Monday, January 4, 2016

Bakat playboyku

Main domino206 bisa dapat bonus hingga 50juta? klik di sini
 sexy ungu

Bakat playboyku mulai muncul setelah
aku menjadi seorang kepala rumah
tangga. Aku mulai menyadari daya
tarikku sebagai seorang pria normal dan
seorang pejantan tangguh. Sejak
diangkat sebagai kabag bagian
pemasaran inilah, pikiran-pikiran kotor
mulai singgah di otakku. Apalagi aku
juga hobi menonton film-film biru.
Wanita lain yang sempat hadir dihatiku
adalah Maya. Dia adalah rekan kerjaku,
sesama pegawai tapi dari jurusan
berbeda, Accounting. Dia berasal dari
Surakarta, tinggal di Bandung sudah
lama. Kami sempat menjalin hubungan
gelap setahun setelah aku menikah
dengan Lilis, istriku. Hubungan kami
tidak sampai melakukan hal-hal yang
menjurus kepada aktivitas seksual.
Hubungan kami hanya berlangsung
selama 6 bulan, karena dia pindah ke
lain kota dan dinikahkan dengan orang
tuanya dengan pria pilihan mereka.
Dasar nasib!!! Niatku berpoligami
hancur sudah. Padahal aku sudah
berniat menjadikannya istri keduaku,
walau istri pertamaku suka atau tidak.
Karena frustasi, untuk beberapa bulan
hidupku terasa hampa. Untungnya
sikapku ini tidak bertahan lama, karena
di tahun yang sama aku berkenalan
dengan seorang teman yang
mengajariku gaya hidup sehat,
bodybuilding.
Saat itu, sekitar tahun 1998, yang
namanya olahraga fitness, bukanlah
suatu trend seperti sekarang.
Peminatnya masih sedikit. Gym-gympun
masih jarang. Sejujurnya aku malas
berbodybuilding seperti yang dilakukan
temanku itu. Apalagi saat itu sedang
panas-panasnya isu politik dan
kerusuhan sosial. Belum lagi adanya
krismon yang benar-benar merusak
perekonomian Indonesia. Untungnya
perusahaan tempatku bekerja cukup
kuat bertahan badai akibat krismon,
hingga aku tidak turut diPHK. Namun
temanku yang sangat baik itu terus
memotivasiku, hingga tak sampai 3
bulan, aku yang tadinya hanya seorang
pria berpostur biasa-biasa saja-
walaupun aku bertubuh atletis, menjadi
seorang atlet bodybuilding baru yang
cukup berprestasi di kejuaraan-
kejuaraan daerah maupun nasional.
Hebatnya lagi kantorku dan seluruh
keluargaku ikut mendukung semua
aktivitasku itu. Kata mereka ”kantor kita
punya Ade Rai baru, hingga kita tidak
perlu satpam atau bodyguard baru”
suatu anekdot yang sudah menjadi
santapanku berhari-hari.
Semakin berlalunya waktu, aktivitas
bodybuilderku kukurangi. Apalagi aku
sudah diangkat menjadi kabag
pemasaran sekarang, di mana
keuntungan mulai berpihak pada
perusahaan tempatku bekerja. Aku
mulai bertambah sibuk sekarang.
Namun untuk menjaga fisikku agar tetap
bugar dan prima, aku tetap rutin basket,
voli, dan bersepeda. Hanya 2 kali
seminggu aku pergi ke tempat fitness.
Hasilnya tubuhku tetap kelihatan atletis
dan berotot, namun tidak sebagus
ketika aku menjadi atlet bodybuilding
dadakan.
Sewaktu aku menjadi atlet bodybuilding,
banyak wanita melirikku. Beberapa di
antaranya mengajakku berkencan. Tapi
karena saat itu aku sedang asyik
menekuni olahraga ini, tanggapan dan
godaan mereka tidak kutanggapi. Salah
satu yang suka menggodaku adalah Mia.
Dia adalah puteri tetangga mertuaku.
Baru saja lulus SMA, dan dia akan
melanjutkannya ke sebuah PTn terkenal
di kota Bandung. Gadis itu suka
menggoda di setiap mimpiku dan
bayangannya selalu menghiasi pikiranku
saat aku menyetubuhi istriku. Kisahku
dengan Mia akan kuceritakan lain
waktu.
Seperti biasanya, aku bangun pagi. Pagi
itu aku bangun pukul 04.30 pagi.
Setelah cuci muka, aku mulai berganti
pakaian. Aku akan melakukan olahraga
pagi. Udara pagi yang sehat memang
selalu memotivasiku untuk jogging
keliling kompleks perumahanku. Dengan
cuek aku memakai baju olahraga yang
cukup ketat dan pas sekali ukurannya di
tubuh machoku ini. Kemudian aku
mengenakan celana boxer yang juga ikut
mencetak pantatku yang seperti dipahat
ini. Aku sengaja bersikap demikian demi
mewujudkan impianku, menggoda Mia
dengan keindahan tubuhku. Menurut
kabar, dia juga suka jogging. Niatku
bersenang-senang dengan Mia memang
sudah lama kupendam. Namun selama
ini gadis itu selalu membuatku gemas
dan penasaran. Dia seperti layangan
yang diterbangkan angin, didekati
menjauh, dijauhi mendekat.
Tak berapa lama jogging, tubuhku pun
sudah mulai keringatan. Peluh yang
membasahi kaus olahragaku, membuat
tubuh kokoh ini tercetak dengan jelas.
Aku membayangkan Mia akan
terangsang melihatku. Tetapi sialnya,
pagi itu tidak ada tanda-tanda Mia
sedang berjogging. Tidak kelihatan pula
tetanggaku lainnya yang biasa berjogging
bersama. Padahal aku sudah berjogging
sekitar 30 menit. Saat itu aku baru
sadar, aku bangun terlalu pagi. Padahal
biasanya aku jogging jam 06.00 ke atas.
Dengan perasaan kecewa aku balik ke
rumah mertuaku. Dari depan rumah itu
tampak sepi. Aku maklum, penghuninya
masih tertidur lelap. Tadi pun saat aku
bangun, tidak terdengar komentar
istriku karena dia sedang terlelap tidur
setelah semalaman dia menemani
anakku bermain playstation. Saat aku
berjalan ke arah dapur untuk minum,
aku melihat ibu mertuaku yang seksi itu
sedang mandi. Tampaknya dia sudah
bangun ketika aku berjogging tadi.
Kamar mandi di rumah mertuaku
memang bersebelah-sebelahan dengan
dapurnya. Setiap kali anda ingin minum,
anda harus melewati kamar mandi itu.
Seperti disengaja, pintu kamar mandi itu
dibiarkan sedikit terbuka, hingga aku
bisa melihat bagian belakang tubuh
molek mertuaku yang menggairahkan itu
dengan jelas. Mertuaku walaupun
usianya sudah kepala 4, tapi masih
kelihatan seksi dan molek, karena dia
sangat rajin merawat tubuhnya. Dia rajin
senam, aerobik, body language, minum
jamu, ikut diet sehat, sehingga tak heran
tubuhnya tidak kalah dengan tubuh
wanita muda usia 30-an.
Melihat pemandangan syur itu, kontan
batangku mengeras. Batang besar,
panjang, dan keras itu ingin merasakan
lubang hangat yang nikmat, basah, dan
lembab. Batang itu juga ingin diremas-
remas, dikulum, dan memuncratkan
pelurunya di lubang yang lebih sempit
lagi. Sambil meremas-remas batangku
yang sudah mulai tegak sempurna ini,
kuperhatikan terus aktivitas mandi
mertuaku itu. Akhirnya timbul niatku
untuk menggaulinya. Setelah
menimbang-nimbang untung atau
ruginya, aku pun memutuskan nekat
untuk ikut bergabung bersama ibu
mertuaku, mandi bersama. Kupeluk dia
dari belakang, sembari tanganku
menggerayang liar di tubuh mulusnya.
Meraba mulai dari leher sampai
kemaluannya. Awalnya ibu mertuaku
kaget, tetapi setelah tahu aku yang
masuk, wajah cantiknya langsung
tersenyum nakal.
”Panji, nakal kamu” katanya sambil balas
memelukku. Dia berbalik, langsung
mencium mulutku. Tak lama kami sudah
berpagut, saling cium, raba, dan remas
tubuh masing-masing. Dengan tergesa
kubuka bajuku dibantu mertuaku hingga
aku sudah bertelanjang bulat. Batangku
pun mengacung tegang, besar, dan
gagah.
Kami pun melakukan pemanasan sekitar
10 menit dengan permainan oral yang
nikmat di batangku, sebelum
kemaluannya kutusuk dengan batangku.
Permainan birahi itu berlangsung seru.
Aku menyetubuhinya dalam posisi
doggy style. Aku merabai payudaranya
yang kencang itu, meremas-remasnya,
mempermainkan putingnya yang sudah
mengeras. 30 menit berlalu, ibu
mertuaku sudah sampai pada
puncaknya sebanyak 2 kali. 1 kali dalam
posisi doggy, 1 kali lagi dalam posisi
berhadap-hadapan di dinding kamar
mandi. Namun sayangnya, batangku
masih saja mengeras. Aku panik
karenanya. Aku khawatir jika batangku
ini masih saja bangun sementara hari
sudah mulai pagi. Aku khawatir kami
akan dipergoki istriku. Rupanya
mertuaku mengerti kepanikanku itu. Dia
kembali mengoral batangku yang masih
bugar dan perkasa ini, lalu dia berbisik
mesra,
”Jangan khawatir panji sayang, waktunya
masih lama” katanya nakal.
Aku bingung mendengar ucapannya,
tapi kubiarkan aktivitasnya itu sambil
terus mendesah-desah nikmat. Tiba-tiba
ibu mertuaku menghentikan
perbuatannya itu. Dia langsung berdiri.
Melihat itu, aku pun protes,
”Lho, bu, aku khan belum keluar?”
suaraku parau, penuh birahi.
”Sabar sayang, kita lanjut di kamarku
saja yuk” katanya mesra.
Aku pun tambah bingung. ”Tapi khan
ada bapak?” suaraku masih saja parau,
karena birahi.
”Tenang saja, bapakmu itu sudah pergi
tak lama setelah kamu jogging tadi, dia
ada tugas ke Jawa” sahut ibu mertuaku
sambil mengemasi pakaian olahragaku
yang tercecer di kamar mandi dan
kemudian menggandengku ke arah
kamarnya. Begitu sampai di kamarnya,
aku disuruhnya telentang di ranjang,
sementara dia mengelap sisa-sisa air,
keringat, dan sabun di tubuhnya
dengan handuk kering yang sudah ada
di kamarnya. Lalu dia melakukan hal
yang sama padaku. Setelah itu dia
langsung saja mengambil posisi 69,
mulai mengoral batangku kembali. Tak
lama nafsuku pun bangkit kembali. Kali
ini aku bertekad akan membuat
mertuaku keluar sampai tiga kali. Aku
memang khawatir hubunganku di pagi
ini akan ketahuan istriku, tapi
persetanlah…que sera-sera. Apapun
yang akan terjadi terjadilah.
Aku pun balik menyerang ibu mertuaku.
Mulut dan lidahku dengan ganas
mempermainkan miliknya. Tanganku
juga ikut aktif merabai, meremasi bibir
kemaluan dan menusuki lubang anal ibu
mertuaku. Kelentitnya yang sudah
membengkak karena rangsangan seksual
kujilati, dan keremasi dengan gemas.
Kumainkan pula apa yang ada di sekitar
daerah kemaluannya. Gabungan
remasan jari, kobokan tangan di
kemaluannya, dan serangan lidahku
berhasil membuat mertuaku keluar lagi
untuk yang ketiga kalinya.
”Aaaaahhhh…. panji sayang ….” jerit
nikmat ibu mertuaku. Cairan birahi ibu
mertua keluar deras dari lubang
vaginanya. Langsung saja kuhisap dan
kutelan habis hingga tidak ada yang
tersisa.
Akupun tersenyum, lalu aku merubah
posisiku. Tanpa memberikan
kesempatan ibu mertuaku untuk
beristirahat, kuarahkan batangku yang
masih bugar dan perkasa ini ke arah
vaginanya, lalu kusetubuhi dia dalam
posisi misionaris. Kurasakan batangku
menembus liang vagina seorang wanita
kepala 4 yang sudah beranak tiga, tapi
masih terasa kekenyalan dan
kekesatannya. Tampaknya program jamu
khusus organ tubuh wanita yang dia
minum berhasil dengan baik. Miliknya
masih terasa enak dan nikmat
menggesek batangku saat keluar masuk.
Sambil menyetubuhi ibu mertuaku, aku
mempermainkan buah dadanya yang
besar dan kenyal itu, dengan mulut dan
tanganku. Kuraba-raba, kuremas-remas,
kujilat, kugigit, sampai payudara itu
kemerah-merahan. Puas bermain
payudara tanganku mempermainkan
kelentitnya, sementara mulutku
bergerilya di ketiaknya yang halus tanpa
bulu, sementara tangan satunya masih
mempermainkan payudaranya. Tangan
ibu mertuaku yang bebas, meremas-
remas rambutku, dan mencakar-cakar
punggungku. Posisi nikmat ini kami
lakukan selama bermenit-menit, hingga
45 menit kemudian ibu mertuaku
mencapai orgasmenya yang keempat.
Setelah itu dia meminta istirahat. Aku
sebenarnya malas mengabulkan
permintaannya itu, karena aku sedang
tanggung, hampir mencapai posisi
puncak. Namun akhirnya aku mengalah.
”Panji kamu hebat banget deh, kamu
sanggup membuat ibu keluar sampai
empat kali” puji ibu mertuaku.
”Aah ibu bisa saja deh” kataku
merendah.
”Padahal kamu sudah jogging 45 menit,
tapi kamu masih saja perkasa” lanjut
pujiannya.
”Itukan sudah jadi kebiasaanku, bu” aku
berkata yang sebenarnya.
”Kamu benar-benar lelaki perkasa, Lilis
beruntung mendapatkanmu” puji
mertuaku lagi.
Lalu kami bercakap-cakap seperti
biasanya. Sambil bercakap-cakap,
tangan ibu mertuaku nakal bergerilya di
sekujur tubuhku. Terakhir dia kembali
mempermainkan batangku yang sudah
mengerut ukurannya.
Aku bangkit, lalu beranjak dari tempat
tidur. Ibu mertuaku memandangku
heran, dikiranya aku akan keluar dari
kamarnya dan mengakhiri permainan
cinta kami. Tapi kutenangkan dia sambil
berkata, ”Sebentar bu, aku akan
mengecek keadaan dulu”. Aku memang
khawatir, aku takut istri dan anakku
bangun. Dengan cepat kukenakan
kembali pakaian olahragaku dan keluar
kamar mertuaku. Ternyata dugaanku
salah. Hari memang sudah beranjak pagi,
sekitar jam 6.15 menit, tapi istri dan
anakku belum juga bangun. Penasaran
kuhampiri kamarku dan kamar tempat
anakku tidur. Ternyata baik anak
maupun istriku masih tertidur lelap. Aku
lega melihatnya. Sepertinya permainan
playstation semalam, berhasil membuat
mereka kolaps. Aku mendatangi jam
weker di kamar keduanya, lalu kustel ke
angka 9 pagi.
Aku menatap wajah istriku yang tertidur
penuh kedamaian, sambil berkata dalam
hati, ”Tidurlah yang lama sayang, aku
belum selesai menikmati tubuh ibumu”
lalu mengecup pipinya. Setelah itu, aku
kembali ke kamar mandi, mencuci
tubuhku, lalu balik lagi ke kamar
mertuaku. Kami terlibat kembali dalam
persetubuhan nikmat lagi. Dalam
persetubuhan terakhir ini, aku dan ibu
mertuaku sama-sama meraih orgasme
kami bersama dalam posisi doggy anal.
Sesudahnya aku balik ke kamar istriku,
setelah membersihkan diri di kamar
mandi untuk yang terakhir kali, dan
kemudian mengenakan baju tidurku
kembali.
Begitulah cerita seksku dengan Ibu
mertuaku di suatu pagi hari yang indah.
Tidak ada Mia, ada Arini, mertuaku yang
molek dan menggairahkan.
Tamat

0 comments:

Post a Comment