Tuesday, December 29, 2015

Aku di Perkosa O'om Ku Sendiri

Main domino206 bisa dapat bonus hingga 50juta? klik di sini
 sexygirl

Saat itu aku berusia 16 tahun. Keluargaku tinggal di sebuah daerah
di Jawa Tengah. Kami memang bukan orang kaya raya, tapi
setidaknya kami hidup berkecukupan. Aku berkeinginan untuk
melanjutkan sekolah SMU ku di Jakarta. Pada awalnya orang tuaku
menolak, alasannya karena mereka menganggap hidup di Jakarta
sangatlah sulit. Namun tekadku sudah bulat. Akhirnya aku
berangkat dengan kereta menuju Jakarta. Perjalanan sehari
semalam ini memang membuatku pegal walaupun kereta cukup
nyaman. Aku sulit memejamkan mata karena terus-menerus
membayangkan gemerlapnya Jakarta. Namun niatku bukan untuk
bersenang-senang, aku mau belajar, menuntul ilmu setinggi-
tingginya.
Akhirnya kereta tiba di stasiun Gambir, kira-kira pukul 11 siang.
Ternyata Jakarta sangat terik! Ini memang bukan pertama kalinya
aku ke Jakarta. Pernah beberapa kali sebelumnya aku ke kota ini
untuk keperluan keluarga dan liburan. Tapi kali ini aku pergi sendiri.
Dengan berbekal catatan rute angkutan umum, aku beranikan diri
untuk mencari bus kota. Supir taksi dan ojek pun bertubi-tubi
menawarkan jasa. Aku mau irit sajalah, lagipula hanya 2 kali naik
bus, bisa lahh…
Bus melaju ke selatan Jakarta, tempat dimana tante dan om ku
tinggal. Jalanan cukup lancar siang itu, jam 1 aku sudah tiba di
rumah mereka. Tante dan om menyambut dengan ramah. Aku
langsung diantar ke kamar tamu. Mereka sudah memiliki anak
berumur 3 tahun. Rumah ini memang tidak terlalu besar, namun
cukup nyaman untukku. Hari itu kuhabiskan waktu untuk
bermain-main dengan Dipo, anak tante dan omku.
Hari-hari sekolah sudah dimulai, ini adalah tahun ajaran baru, dan
aku duduk di kelas 1 SMU. Suasana belajar disini tidak seperti di
kampung. Disini lebih ramai dan alat praktikumnya juga lebih
lengkap. Aku sangat bersemangat sekali sekolah. Uang jajan rutin
dikirim orang tuaku. Aku mengakali uang jajanku supaya bisa
tersisa banyak karena ngga mungkin aku minta uang tambahan
pada tante dan om ku. Masa' udah numpang, minta uang pula…
Setiap hari aku juga membantu pekerjaan rumah. Hal ini ngga aku
kerjakan dengan terpaksa, karena ini juga bentuk terima kasih
kepada mereka. Begitulah, setiap harinya kegiatanku, berangkat
sekolah pagi-pagi, pulang jam 4 sore, bantu-bantu pekerjaan
rumah. Bila ada keperluan diluar, aku usahakan untuk tidak pulang
terlalu malam.
Kira-kira sudah 6 bulan aku tinggal disini. Dan mulai hari itu lah
banyak kejadian yang menimpa diriku. Tanteku kini mempunyai
usaha tempat makan yang buka dari jam 5 sore sampai jam 1
malam. Hampir setiap ku pulang sekolah, aku tidak bertemu
tanteku karena dia sudah harus berada di tempat makan tsb jam
setengah 5. Jadi aku hanya akan bertemu dengan om ataupun
Dipo, itu juga kalau Dipo ngga ikut pergi dengan tanteku. Pernah
suatu ketika saat ku pulang sekolah, saat berganti baju di kamar,
omku tiba-tiba membuka pintu. Aku kaget dan reflek menutup
tubuhku yang hanya memakai bra dan cd. Dan dia langsung
bilang maaf dan pergi menutup pintu.
Hari-hari selanjutnya kadang ku memergoki om yang sedang
melihat paha ataupun toketku. Bajuku di rumah juga ngga
menggoda. Kaos dan celana pendek ataupun daster selutut. Suatu
malam, om meminta tolong memijit punggung dan kakinya,
katanya terkilir. Awalnya aku agak ragu, namun aku ngga mau
dibilang membantah. Posisi om sudah tengkurap di atas karpet.
Aku pijit bagian punggungnya walaupun aku sendiri sebenarnya
tidak tau bagaimana cara memijit yang benar.
"Aahh, enak banget pijitanmu, Vie.. Coba ditekan lebih kuat lagi
dong"
Aku menurut saja.
"Pinggang om juga pegal, Vie, tolong bagian situ lebih lama yah"
Tanganku turun ke bagian pinggannya. Ku pijat dengan 2 tangan
dan ditekan lebih keras.
"Enak banget, Vie, Kayaknya pinggang om udah ngga sakit lagi
deh, kamu emang pintar.. Sekarang pindah ke betis dan paha om
yah! Udah pegel bgt nih."
"Ya om," jawabku.
Pertama-tama ku pijat bagian pergelangan kakinya. Lalu pindah ke
betisnya, turun lagi ke bagian pergelangan kakinya, bergitu
berulang-ulang. Om memakai celana yang aga pendek setengah
paha.
"Udah, Vie, sekarang yg bagian paha yaa"
Lalu kupijat bagian paha, sesuai kata om.
"Mmmmhhh mmmhh"
Berulang-ulang om mengaluarkan suara seperti itu.
"Sakit ya, om?
"Ngga kok, Vie, justru enak banget malah! Coba keatasan dikit,
Vi.."
"Disini?"
"Naikan lagi dikit"
"Disini?"
"Iyaaa, enak bgt itu, Vi!"
Aku memijit paha bagian dalam, dekat sekali dengan
selangkangannya om.
Sejujurnya jariku sudah mulai pegal, namun om belum minta
berhenti, malah sepertinya dia keenakan.
Tiba-tiba dia membalikkan badan, lalu meminta aku memijat
pahanya yg bagian depan.
Kulihat sedikit basah di celana om. Tapi aku pura-pura ngga
melihat saja.
"Ayo pijat, kok malah bengong?"
"Ehhh ohh iya… Hehehe"
Sambil kupijat pahanya, kulihat om merem melek dan
mengeluarkan suara desahan yg pelan.
"Vi, kamu punya pacar?"
"Loh kok nanya ky gitu om?"
"Yaa nanya ajaaa, ngga mungkin kan anak seumuran kamu ngga
punya pacar. Tenang aja, om ga akan bilang sapa-sapa."
"Mmmm ya ada sih om."
"Terus kamu pernah ngapain aja sama pacar kamu?"
"Maksud om?
"Ahhh kamu pura-pura ngga ngerti! Apa pernah ciuman, atau
apa? Sejauh mana gitu lohh maksut om."
"Ehh mmm yaa biasa aja sih, om, cuma ciuman aja, sama
pegang-pegang aja."
"Hahaha om ngerti…"
Malam itu sesi pijitnya selesai sampai disitu. Begitulah hampir
setiap malam om memintaku untuk memijitnya. Kalau pulang
sekolah, kadang om suka memberi uang saku untukku, tidak
dikasi ke tanganku, tapi langsung ditaro di kantong bajuku.
Jarinyanya kadang digerakkan dengan sengaja saat didalam saku
baju, sehingga mengenai pentilku. Bagiku, uang 100ribu sangatlah
banyak.
Suatu hari, aku pulang agak malam. Jam 8 aku tiba di rumah.
Hanya ada om sedang menonton tv.
"Dari mana kamu?"
"Oh.. Aku abis dari nonton sama temen-temen, om."
"Yawda sana cepet mandi, abis ini pijitin om ya"
"Iya"
Aku menutup pintu kamar dan agak sedikit sebel karena akupun
lelah, tapi masih saja harus memijit. Kulepaskan kancing bajuku
satu persatu. Kuturunkan risleting rokku. Kini hanya bra dan cd
saja yang menempel di tubuhku. Ku tatap tubuhku di cermin
besar. Sebenarnya aku pulang malam karena tadi pacaran dulu.
Kubuka kaitan bra, dan kutekan-tekan toketku perlahan. Ahh,
toketku agak sakit karena tadi pacarku meremasnya dengan
kencang. Pentilku juga sepertinya jadi lebih mancung akibat
hisapan tadi.. Kuperhatikan bekas gigitan pacarku di samping toket
kiri. Kuremas toketku perlahan dengan kedua tangan. Ahh
nikmatnya… Andaikan pacarku bisa melakukan ini setiap hari.
Kuperhatikan ekspresi wajahku saat ku remas toket ini. Kujepit
perlahan pentilnya. Sungguh nikmatttt…
Tiba-tiba om membuka pintu! Sial!!! Aku memang lupa
menguncinya! Dengan gelagapan kurain kemeja untuk menutupi
badan.
"A.. aaa… Apaan sih om?! Kok ngga ngetok pintu dulu sihh?!"
Suaraku bergetar, aku sangat ketakutan. Terlebih lagi sekarang aku
hanya pakai cd dan om melihatku penuh napsu.
"Ngga, om cuma pengen manggil kamu aja, kirain kamu
ketiduran."
"Ngga kok om, a.. aku inget, nanti ya a.. a aku mau mandi dulu!"
Suaraku makin bergetar, om tau kalau aku sangat ketakutan.
Namun dia ngga beranjak dari pintu kamarku, malah melihatku
semakin lama dengan matanya yang penuh napsu. Senyumnya
terlihat licik!
Lalu dia melangkahkan kakinya kearahku.
"Ma mau apa?!"
"Vi, kamu terlihat cantik deh kalo ga pake baju. Om suka
ngeliatnya.."
"Ng nggak!! Sana pergiii!!!"
Aku lempar segala yang ada di atas tempat tidurku. Tas, jam
tangan, bantal, rok. Sulit sekali melempar barang-barang tersebut
sementara tangan kiriku mempertahankan kemeja seadanya yang
menutupi tubuhku.
"Sssh, Vi, jangan galak gitu doong"
Tiba-tiba dia menangkap tanganku, aku berontak sekuat tenaga,
namun tetap saja aku kalah tenaga bila dibandingkan dia. Lalu dia
memegang tanganku yg satu lagi. Kemejanya kini tersibak,
toketku menggantung bebas dan dia tertawa. Tubuhku dihempas
ke tempat tidur sementara tangannya memegang tanganku. Dia
menciumiku dengan paksa, aku berontak, kupalingkan wajahku ke
kanan kiri. Dia menggigit kupingku dan aku tetap melakukan
perlawanan.
PLAKKKKK….!!!
Sebuah temparan keras mendarat dipipiku. Perih sekali rasanya.
"Diam!!! Atau setelah ini om tampar lagi pipi kamu! Kalau masih
ngga mau diam, om sundut toket kamu ini pake rokok!!!"
Aku hanya bisa menangis.
"Ampun omm, jangannnn…. Jangan…"
Namun ngga digubrisnya, dia menciumi bibirku, memasukkan
lidahnya. Menciumi telingaku, menjilatnya sampai basah.
Ciumannya turun ke leher, digigitnya kecil-kecil. Aku ngga
sanggup meronta lagi, tanganku dibekap. Lalu dia berhenti
menciumiku.
"Toket kamu bagus banget, Vi. Om suka. Pacar kamu pasti
pernah ngemut toketmu kan? Tadi aja om liat kamu remas-remas
toketmu sendri! Sekarang om kasi yang lebih enak tapi jangan
melawan ya! Ingat, kalo kamu melawan, om sundut kamu pakai
rokok!"
Perlahan tanganku dilepasnya. Lalu dia mengelus-elus dadaku
sampai ke perut.
"Jangan, om… Plisss…"
Tangisku memang sudah berhenti, hanya tersisa sesengukan.
namun kata-kataku pun sepertinya ngga akan menghentikan om
sialan itu.
Tangannya mulai meraba-raba kedua toketku. Diremas-remasnya
dengan kencang, sambil dicium-cium. Pentilku dimainkan dengan
lidahnya, dihisap, lalu dimainkan lagi dengan lidahnya.
"Ahh…"
Aku tak sengaja mendesah.
"Tuh kan!! Om bilang juga apa, pasti enak kan!"
Lalu dia lanjutkan lagi kuluman pentilnya.
Sungguh, hisapan om memang lebih enak dibandingkan pacarku.
Pentilku dipelintir dengan kedua jarinya, dijepit, ditarik-tarik.
Walopun sedikit sakit, tapi enak.
"Nahh sekarang kamu isep punya om nih!"
"Ta tapi Vi belom pernah ngisep 'itu' om! Vi takut"
"Sini om ajarin ya"
Lalu dia turunkan celana pendeknya. Om ngga pakai celana dalam,
jadi penisnya langsung menyembul keluar. Aku kaget, dan
merasa aneh dengan bentuknya. Baru kali ini aku melihat penis
cowo secara langsung. Biasanya hanya lewat film porno.
Om menuntun tanganku untuk mengocok batang penisnya. Maju
mundur. Lalu mengarahkan ujung penisnya kebibirku.
"Emut ini, tapi jangan sampe kena gigi."
Aku emut ujung penisnya perlahan, kurasakan cairan asin keluar
dari situ.
"Ahhh ya bener, Vi, enak banget! Coba masukin lebih dalam lagi!"
Ku masukkan batang penis lebih dalam lagi ke mulut sambil
kukocok batangnya. Kulihat om merem melek saat kulakukan itu.
Kepalaku didorong maju mundur olehnya. Kadang juga badannya
yang bergerak maju mundur. Lalu om memasukkan penisnya
jauh kedalam mulutku, rasanya sampai ke kerongkongan, aku
terbatuk-batuk, ku dorong pinggulnya menjauh dari mukaku.
"Hahaha.. Keselek ya, Vi? Tapi yg barusan itu enak banget loh,
lama-lama juga kamu terbiasa!"
"Udah, om. Vi ngga mau lagi.." Aku mulai menangis lagi.
"Ngga!!! Udah tanggung nih, om mau jilat memek kamu Vi!"
"Jaa jangan…"
belom sempat kuberontak, om sudah mendorong badanku
hingga terjatuh di tempat tidur. Kakiku digeser ke pinggir tempat
tidur, dia mulai menciumi perutku, lalu menciumi celana dalamku.
Aku coba menahan kaki untuk rapat, tapi percuma saja, pahaku
ditahan oleh kedua tangannya.
Dia mulai lagi menciumi, menjilat dan menggigit vaginaku yang
masih tertutup celana dalam.
"Aaahh oohh jang jangan ommmmm…"
Tapi dia terus menggerakkan bibirnya di vaginaku.
Sekarang jarinya meraba-raba celana dalamku yang sudah basah.
"Celana kamu udah basah tuh! Enak ya? Bentar lagi om kasi yang
lebih enak!"
"Nggaaaaa!!! Jangaannn ommm!! Pliisssss!!!!"
Tapi jarinya udah menggelitik bagian klit ku. Walopun masih
tertutup cd, rasanya seperti nyata.
Klit ku ditekan-tekan, kadang digerakan seperti gerakan
menggaruk.
"Uhhh om.. Udahhhhh!!! Pliissss!"
Kakikuu dibukanya makin lebar. Kepalanya berada diantara
selangkanganku. Jarinya masih bermain di klitku. Lalu dia berhenti,
berdiri, menyuruhku bangun dengan posisi duduk. Dia pindah
duduk dibelakangku. Dadanya menempel di punggungku. Diciumi
pundakku, tangan kanannya meremas payudaraku dan tangannya
satunya memainkan klitku.
"Gimana, Vi? Enak kan? Kamu kaya gini juga ngga ke pacarmu?"
Bibir om tepat di telingaku, aku ngga tau mau jawab apa, rasanya
cuma desahan pelan yang keluar dari mulutku.
Lalu tangannya masuk kedalam celanaku.
"Wah, kamu udah becek banget, Vi. Enak nih, licin!"
Tangannya berputar-putar di vaginaku, sesekali menyentuh klit.
Aku mendesah agak keras saat jarinya menyentuh klit. Om
menyadari itu, lalu dengan sengaja, dia mainkan jarinya di klitku
sementara tangan satunya lagi memilin pentilku dengan cepat.
"Ahhh om.. U udah udahhh!!!"
Tapi gerakan jarinya makin cepat di klitku. Ku rasakan darahku
mengalir sampai ke ubun-ubun. Aku ngga tau perasaan apa ini.
Sangat aneh tapi enak sekali. Jarinya bergerak makin cepat dan
ditekan semakin dalam. Sektika aku merasakan sesuatu yang aneh
yang membuat seluruh tubuhku mengejang.
"Ahhh om!!! Apaan ini!!!"
"Nikmatin aja, Vi, ini pasti bakalan enak banget kok, percaya deh
sama om!"
Ternyata benar, seketika itu tubuhku mengejang, kurasakan
denyutan di klit dan diseluruh tubuhku.
"Ommm udah, udah!!! St stoppp!"
"Gimana? Enak kan?"
Aku ngga menjawab, seluruh tubuhku masih terasa ngilu.
Lalu om bangun dari tempat tidurku, dia berlutut diantara kedua
kakiku. Diturunkan cdku perlahan. Toketku dan pentilku diciumi
sambil melepaskan cdku.
Sekarang aku benar-benar telanjang di depan omku. Aku lihat dia
berdiri dengan penis yang tegak. Dia memuji-muji tubuhku sambil
mengocok penisnya. Vaginaku diusap-usap sambil sesekali
memainkan klitku yang masih ngilu karena orgasme tadi. Lalu dia
jilat-jilat vaginaku. Lidahnya masuk kedalam lubang vaginaku.
"Jangan!!! Jangan dimasukin om!! Plisss"
Tapi lidahnya terus masuk kedalam vaginaku, membuat sensasi
geli dan enak, tapi aku juga takut. Takut kalo selaput daraku akan
sobek karena jilatan itu. Lidah nya terus menari-nari di liang
vaginaku. Sepertinya banyak sekali cairan yang aku keluarkan, tapi
om ngga peduli, dia jilat habisss semua cairanku. Jarinya semakin
menggila memainkan klit ku. Dan aku mendapatkan orgasme
yang kedua.
"Ahh ommm, ahhhhhh uhhh"
Ngga ada lagi kata yang bisa kuucapkan selain desahan. Vaginaku
berkedut hebat seiring detak jantung. Klitku terasa ngilu sekali.
"Vi, kalo kamu orgasme kaya tadi, bikin memek kamu makin
lebar. Sini om kasi yang lebih enak lagi dibanding yang barusan!"
"Ja jangan om! Vi masih perawan, Vi ngga mauu!!! Ja jangannn
om!!!"
Aku meronta sekuat tenaga.
PLAKKKK…!!!
Tamparan mendarat di pipiku. Ini lebih perih dari yang pertama.
Aku cuma bisa menangis, saat om menggesek-gesekkan
penisnya di bibir vaginaku. Aku coba merapatkan paha namun
sia-sia. Kalah tenaga.
Perlahan-lahan kepala penisnya menerobos bibir vaginaku.
"Ssss sa sakitttt ommm!!! Sakitttt!!!"
Om ngga peduli. Dia tetap mendorong penisnya. Ku cengkram
lengannya kuat-kuat. Sedangkan tanga satunya lagi mencengkram
sperei yang sudah berantakan.
Perih dan sakit sekali saat ujung penis itu masuk walaupun
perlahan.
"Liat nih, Vi, kepala ****** om udah masuk!"
Aku ngga mempedulikannya. Aku cuma meringis menahan sakit.
Om masih berusaha memasukan penisnya, kulihat batang
penisnya berlumuran darah namun ngga begitu banyak. Aku tau,
itu darah perawanku. Air mataku mengalir karena ku menyesali
kenapa harus kehilangan keperawananku dengan cara seperti ini.
Penis om masuk semaik dalam. Kurasakan penisnya berhimpitan
dengan tulang-tulang dalam vaginaku. Lalu penisnya digerakkan
mundur perlahan, lalu bergerak maju, begitu seterusnya.
Sungguh, aku ngga merasakan nikmat. Hanya sakit yang
kurasakan.
"Uhh.. Sssaakittt ommm!! Pe pelannn pelllannn..."
Penisnya bergerak maju mundur, dan sesekali dia tegangkan
penisnya sehingga membuatku mendesah lebih kencang. Kedua
pentilku sambil dipelintir dengan tangannya dan penisnya bergerak
maju mundur. Kali ini sedikit lebih cepat. Kulihat om mengeluarkan
desahan yang semakin kencang. Dagunya terangkat dan matanya
terpejam.
"Aaahh, Vi… Om mau keluar nih… Ahhhhh"
Aku mengerti kalau om sudah akan ejakulasi.
Dia cabut penisnya dan air mani bermuncratan ke perutku.
Rasanya hangat. Om masih mengocok batang penisnya yang
berlumuran darah.
"Aahhh Vi, memek kamu eennnnakkkk banget, peju om sampe
keluar benyak banget kan tuhh… Coba kamu jilat peju om dehâ
€¦"
Lalu om menuntun jariku, mencolek peju yang berlumuran diatas
perutku.
"Coba buka mulutnya"
Jari ber-peju itu ditempel ke lidahku.
"Gimana rasanya?"
"Anehh om, ngga enak ah"
"Hahaha kamu nanti lama-lama bakal ketagihan loh! Dah sana
kamu mandi. Sepreinya dicuci, tuh darah perawan kamu tumpah-
tumpah. Inget ya, Vi, jangan bilang siapa-siapa. Kalo ngga, badan
kamu yg bagus ini bakalan kena sundut rokok, mungkin juga lebih
dari itu."
Aku cuma diam.
Saat itu cuma ada dendam terhadap om ku.
Begitulah setiap harinya, hampir setiap malam kalau tante dan
Dipo ngga ada dirumah, aku jadi budak napsu om bejat itu.
Permintaannya pun semakin aneh-aneh. Kadang dia ikat tangan ku
dan menyumpal mulutku dengan celana dalam yg kupakai lalu
badanku dilumuri lelehan coklat dan dia jilat seluruh badanku.
Pernah pentilku dijepit dengan jepitan jemuran dan lubang
vaginaku dimasukkan vibrator selama 3 jam, lalu aku disuruh
melakukan tarian erotis.
Salah satunya kejadiannya seperti ini...
Suatu hari tante ada keperluan di luar kota selama 3 hari. Di rumah
hanya tinggal aku, om dan Dipo. Setiap malam selama 3 hari itu,
om selalu menyelinap ke kamarku. Aku yang sedang tertidur tiba-
tiba merasakan ada tangan yang menyelinap kebawah dasterku.
Jari-jarinya masuk, dikocoknya g-spotku sampai aku orgasme.
Aku memang ngga pernah memakai bra dan cd saat tidur jadi
membuatnya semakin mudah saja. Ternyata om sudah
menyiapkan 'peralatan' untuk menyiksaku. Dia telanjangi aku dan
menyumpal mulutku dengan celana dalamnya. Lalu tanganku
diikat ke teralis jendela. Kaki ku diikat ke ujung kaki tempat tidur
sehingga tubuhku membentuk huruf X. Lalu om keluar kamar dan
kembali dengan membawa plastik hitam. Dia mengeluarkan
jepitan jemuran. Jepitan jemuran diarahkan ke pentilku.
"Jaangan om! Itu pasti sakit!! Ja….."
Suaraku terdengar tidak jelas karena disumpal
Jlepppp!!!!
Jepitan jemuran itu kini sudah menjepit pentil kiriku.
"Ahhhhhhh.. sakiiittt! Ampunn omm!!!!"
Jlepppp!!!
Kini pentil kananku juga dijepit dengan jepitan jemuran.
Dia tersenyum melihat ekspresiku yang kesakitan.
Rambutku dijambak dan diciumi sambil meremas-remas toketku
yang menegang.
"Kamu udah jadi budakku! Kamu harus nurut!"
Sekarang dia meraih tas plastik hitam yang tadi dibawa.
Ada kain panjang berwarna hitam lalu dia lilitkan dikepalaku,
menutupi mata.
Sekarang aku ngga bisa lihat apapun.
Lalu terdengar bunyi sesuatu yang dikeluarkan dari tas plastik. Aku
ngga tau apa itu. Om cuma tertawa pelan.
Benda itu mengeluarkan suara getaran.
Zzzzzz zzzzz zzzzz
Ahh! Tidaaakk!! Itu pasti vibrator!
Kukerahkan tenaga ku untuk melepaskan tali yang mengikat dan
tiba-tiba vibrator itu berada di bibir vagina. Bergetar di klitorisku,
ditekan dengan kuat disitu dan akhirnya aku orgasme.
Om tertawa melihatku orgasme karena vibrator itu. Lalu dia
masukkan kedalam vaginaku. Speednya pun bertambah makin
cepat. Vaginaku dikocok dengan vibrator. Sensasinya memang
luar biasa apalagi kalau dilakukan dengan cepat.
"Mmmmhhh!!! Mmmhhh!!"
Eranganku tidak terdengar jelas saat vibrator itu dicopot dan
diletakkan di penjepit jemuran yang kini menjepit pentilku. Lalu
dimasukkan lagi ke vaginaku.
Tak lama kemudian aku pun orgasme. Kakiku mengejang dan
tubuhku ahirnya terkulai lemas. Namun om tetap membiarkan
vibratornya didalam vaginaku
"Tenang Vi sayang, aku akan menaruh vibrator ini selama 5 jam
di dalam memek kamu."
"Aahh!!! Ngga!!! Ngga mau!!! Dasar bajingan!!! Sialan!!!"
Walau suaraku tidak terdengar jelas, aku yakin om tau
perkataanku.
Namun dia diam saja disampingku sambil meraba toketku.
Terdengar suara plastik diambil, sepertinya om mengambil
sesuatu lagi didalam situ.
"Vi, aku masih punya 1 lagi nih!"
Ternyata masih ada 1 lagi vibrator. Lalu dia nyalakan dan dia
tempelkan vibrator itu di penjepit jemuran yang kini menjepit
pentilku.
Aku rasakan sensai geli dan sakit secara bersamaan.
"Gimana, Vi? Yang ini pasti lebih enak."
Tak lama kemudian aku orgasme hebat karena vibrator dalam
vaginaku. Dan itu berlangsung selama 5 jam. Entah berapa
orgasme yang kudapatkan, pastinya lebih dari 10 kali.
Sudah jam 5 subuh. Om melepaskan penutup mataku. Kulihat dia
telanjang dengan penis yang tegak.
"Vi, om udah napsu banget dari 5 jam lalu waktu om siksa kamu.
Sekarang gantian ****** om yang masuk situ yah."
Kontolnya dimasukkan maju mundur dengan gerakan cepat,
dihentakkan dalam-dalam dan jarinya memainkan klitorisku. Aku
pasrah karena tak ada lagi tenaga yang tersisa.
"Aahhh, Viiiii, om mau keluar nihhhh… Aaaahh…"
Lalu buru-buru dia cabut penisnya dan dilepaskan celana dalam
yang menyumpal mulutku. Dia masukkan dalam-dalam penisnya
yang berdenyut itu. Cairan hangat menyembur ke dalam
kerongkonganku. Aku sampai tersedak karena banyak sekali peju
yang dikeluarkan.
Ngga semuanya aku telan, ada yang aku keluarkan karena aku
mual. Lalu om membasuh mukaku dengan pejunya yang tumpah
dari mulutku.
Penisnya yang masih belepotan peju dilap ke toketku. Dia
tersenyum puas. Puas karena sudah semalaman mengerjai aku.
"Makasih ya, Vi sayang…"
Lalu dilepaskan tali yang mengikat tangan dan kakiku. Setelah
vibrator tsb diambil, dia pergi begitu saja dari kamar.
Dan kini sudah 3 tahun aku tinggal bersama mereka. Aku pun
memutuskan untuk kuliah di Bandung. Kelakuan bejat om ku
selama ini sepertinya tidak diketahui oleh tanteku. Om
menyayangkan keputusanku untuk kuliah di Bandung. Dia bilang
kalau aku memutuskan untuk kuliah di Jakarta, dia mau
membantu biaya kuliahku. Cih! Aku tau betul maksud kata-katanya
itu. Tapi keputusanku sudah bulat.
Kini aku kuliah di Bandung, di kampus incaranku. Kebetulan juga
aku mendapat beasiswa disini. Hal-hal yang terjadi di masa lalu
membuatku tegar dan menjadikan ku orang yang berbeda. Kini
aku menjadi liar untuk urusan seks. Aku suka sekali menyiksa
pasangan seksku. Mendengarkan jeritan dan melihat ekspresi
ketakutan mereka membuatku semakin bergairah. Jadi, inilah aku
yang sekarang.
E N D

sepupu Lisa

Main domino206 bisa dapat bonus hingga 50juta? klik di sini
lady

Kisah ini adalah kisahku sebenarnya. Dalam cerita ini aku buat nama-nama tokoh kisah ini dengan nama yang berbeda, karena aku takut orang yang bersangkutan dengan cerita ini mengetahui, makanya aku buat demikian. Kisah ini adalah pengalamanku sebenarnya yang terjadi sekitar bulan januari 1982 dimana namaku (tokoh) dan tempat kejadiannya kurubah. Jika ada di antara pembaca merasa terbawa dalam kisahku ini aku mohon maaf kepada saudara/i. Sebelumnya aku perkenalkan diriku dulu. Namaku Sultan, wajahku lumayan lah. Kata teman-temanku, aku tampan. Itu kata mereka, kalau menurutku, aku biasa-biasa saja. Aku anak dari seorang pejabat. Papaku bekerja di suatu kantor pemerintahan, waktu itu ayah menjabat sebagai wakil walikota.
Awal kisah ini terjadi sekitar awal Januari, dimana waktu itu aku sedang sendiri di rumah, sedang nonton TV tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara bel berbunyi.Kringg.. kring.. suara bel berbunyi itu membuat aku terkejut.Kemudian aku membuka pintu, aku melihat seorang gadis berdiri menggunakan baju kaos berwarna putih dan rok mini berwarna hijau sampai ke lutut, wajahnya cantik dan sedap dipandang mata.Aku bertanya, Cari siapa dik..?Dia balas dengan bertanya, Benarkah ini rumah paman Rizal..?Aku terkejut, karena nama yang dia sebutkan adalah nama papaku. Kemudian aku bertanya lagi.Adik ini siapa?Dia hanya tersenyum. Senyumannya manis sekali, lalu aku jawab, Benar, ini rumah paman Rizal, sambungku lagi.Dan sekali lagi dia tersenyum, manis sekali, membuat hatiku dag dig dug.Aku bertanya lagi, Adik ini siapa sih..?Sambil terseyum dia memperkenalkan dirinya, Namaku Lisa, kata-katanya terhenti, Aku datang kemari disuruh mama untuk menyampaikan sesuatu untuk paman Rizal.Oh iyah.. aku sampai lupa mempersilakan dia masuk ke rumah. Lalu kusuruh dia masuk.Silakan masuk, kataku.Aku persilakan dia masuk, Kan ngga enak bicara di depan pintu, apa lagi tamu.Setelah berbicara sebenter di depan pintu, dia masuk dan duduk di kursi ruang tamu. Setelah kupersilakan duduk, aku mulai bertanya lagi tentang dia, dan siapa dia bagaimana hubungannya dengan papaku.Kalau boleh tau, adik ini siapa yah..?Hihihi.. dia tertawa, aku jadi heran, tetapi dia malah tertawa.Kalau ngga salah, pasti abang ini bang.. Sultan yah? sambungnya.Aku terkejut, dari mana dia tahu namaku, lalu aku bertanya, Kog adik tau nama abang?Lalu dia tertawa lagi, Hihihi ..tau dong.Masa abang lupa sama aku? lanjutnya. Aku Lisa, bang. Aku anaknya tante Maria, celotehnya menjelaskan.Aku terkejut, ..ah.. jadi kamu anaknya tante Maria? tambahku.
Aku jadi termangu. Aku baru ingat kalau tante Maria punya anak, namanya Lisa. Waktu itu aku masih SMP kelas 3 dan Lisa kelas 1 SMP. Kami dulu sering bermain di taman bersama. Waktu itu kami belum tahu tentang apa yang namanya cinta/sex dan kami tidak berjumpa lagi karena waktu itu aku pergi ke Australia sekitar 2 tahun. Sekembalinya dari Autralia aku tidak pernah ke rumahnya karena sibuk sekolah. Sudah kira-kira 3 tahun kami tidak berjumpa, sampai aku mahasiswa tingkat 2, aku tidak ingat namanya lagi, kini bertemu sudah besar dan cantik lagi.Lalu kubertanya kembali menghamburkan lamunanku sendiri, Bagaimana kabar mamamu? tanyaku.Baik jawabnya.Kamudian dia mengulangi maksud dan tujuannya. Katanya, papaku diminta mamanya untuk datang ke rumahnya untuk membicarakan sesuatu hal.Lalu aku balik bertanya dengan penasaran, Kira-kira yang akan dibicarakan apa sih..?Dia menjawab sambil tersenyum manis nan menggoda. Sambil tersenyum, aku memperhatikan dirinya penasaran.
Tiba-tiba dia bicara, Ternyata abang ganteng deh, ternyata mama ngga salah bilang.Aku jadi salah tingkah dan wajahku memerah karena dipuji. Adik ini ada-ada saja pikirku. Kemudian aku sambut kata-katanya, Ternyata tante Maria punya anak cantik juga. dia hanya tersenyum saja.Paman Rizal kemana bang? dia bertanya membuka keheningan.Belum pulang kerja. jawabku.Hmmm gumamnya.Ya udah deh, titip pesen aja gitu tadi, ya bang! memastikan.Iya oke. jawabku pasti.Jangan lupa yah..! lebih memastikan.Iya.. aku tegaskan lagi.Oke deh.. kalau gitu Lisa pamit dulu yah.. ngga bisa lama-lama nih.. mama bilang jangan lama-lama. jelasnya. Pamit yah bang! tambahnya.Oke deh, mengiyakan. Hati-hati yah! sambungku seperti cowok-cowok lain pada cewek umumnya.Dia hanya tersenyum menjawabnya, Iya bang
Nah, detik itu jugalah momen itu terjadi. Tidak tahu kenapa dia tiba-tiba menarik tanganku dan mencium pipiku. Bercampur rasa bingung dan asyik di hatiku.Waduh buat apa itu tadi? tanyaku bodoh. Dia hanya tersenyum.Abang ganteng deh, jelasnya sambil melepaskan pegangan tangannya.Nah, itu dia, karena menurutku aji mumpung perlu diterapkan, aku menangkap tangannya dan balik mencium pipinya. Dia menjadi kaget dan aku hanya tersenyum saja, memasang wajah innocent yang jauh dari sempurna. Balas dendam pikirku. Karena kepalang keasyikan dan sudah timbul nafsu. Aku memberanikan diri lagi untuk mencium bibirnya mengusik kediamannya karena kaget pada ciuman pertamaku tadi.
Mumpung rumah sepi kesempatan nih.. pikirku dalam hati.Aku memberanikan diri untuk lebih lagi dengan meraba tonjolan yang ada di dadanya yang terbungkus bra dari luar.Dia mendesah, ..ahh..hem..Tonjolannya agak lumayan kalau tidak salah taksir, kira-kira 32b besarnya. Karena sudah sangat bernafsu, dan ego kelelakianku meningkat, hasrat itu pun timbul. Aku belai tubuhnya perlahan dan terus menaik sampai ke lehernya. Kubuka baju yang dia pakai hingga terlepas. Dan aku terus meraba bongkongnya yang lumayan juga besarnya kalau tidak salah taksir dapurnya kira-kira 61.Seperti penyanyi saja, gumamku dalam hati.
Karena keadaan kurang memungkinkan, kugendong dia ke kamarku sambil kami berciuman terus. Kurebahkan dia di kasur dan kutindih dia. Kubuka perlahan-lahan kaos yang dia pakai dan BH-nya aku buka hingga polos. Terpampang di depanku sebuah pemandangan yang indah, sebuah gunung dua yang sangat indah dengan pucuknya berwarna merah ranum. Aku dengan rakusnya meremas dan mengulum kanan dan kiri. Tanganku dengan aktif terus menjalar ke rok yang dia pakai. Perlahan-lahan aku turunkan hingga terbuka semuanya. Aku melihat kodam (kolor,dalam) warna putih dengan berenda bunga. Kubuka perlahan-lahan dengan sabar, hati-hati dan lembut. Tiba-tiba dia menepis tanganku.Jangan bang..! Jangan bang..! dia memohon, tetapi aku yang sudah dirasuki setan tidak ambil pikir.Kemudian kucium bibirnya dan kuremas kembali gunungnya. Dia terangsang. Kucoba mengulang kembali, kutarik kodamnya (kolor,dalam) perlahan-lahan. Dia tidak menepis tanganku, terus kubuka dan kuterpana melihat pemandangan yang begitu indah yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata. Aku melihat sebuah kemaluan yang masih gundul yang hanya dikelilingi dengan rambut yang masih belum lebat.
Kusibak hutan yang masih agak gundul. Ada cairan bening yang keluar dari dalam hutannya. Dia sudah terangsang. Kubuka bajuku tergesa-gesa. Pakaianku hanya tinggal kodam (kolor dalam) saja tetapi Ucokku (kejantananku) sudah mau lompat saja, ingin mencari sasaran. Sudah tidak tahan ucokku sehingga aku langsung meraba hutannya. Kusibak (buka) hutannya dan aku menciumnya. Kemudian kujilat semacam daging yang keluar dari kemaluannya. Kujilat terus kelentitnya hingga dia meyilangkan kakinya ke leherku.Ahh.. ohh.. yaa.. desahnya.Kumasukan jari tanganku satu dan kukorek-korek dalam hutanya. Dia semakin merapatkan kakinya ke leherku sehingga mukaku terbenam dalam hutannya. Aku tidak bisa bernafas. Aku terus hajar hutannya.
Hauhh.. ahh.. yahh.. huhhh.. terdengar suara desahya.Aku terus hisap sehingga timbul suara yang entah dia dengar atau tidak. Kemudian perlahan-lahan kakinya agak melonggar sehingga aku bisa nafas dengan bebas kembali. Aku terus menghisap dalam hutannya. Setelah puas kubermain di hutanya, kuhisap lagi gunung kembarnya, kiri dan kanan.Bang.. aku udah ngga tahan nih.. mau keluar.. desahnya.Kupercepat lagi hisapanku, dia merintih.Ahh.. oohhh.. yahh.. serrrr.. dia lemas. Ternyata dia sudah klimaks.Kubuka kodamku dan kejantananku ini kukeluarkan. Taksiranku, kejantananku kira-kira 18 cm panjangnya kalau sudah tegang. Kubimbing kejantananku (ucok) ke arah hutannya. Kugesek-gesekan kejantananku pada liang kelaminnya, kusodok perlahan-lahan. Awalnya meleset, tidak masuk. Wah, ternyata dia masih perawan. Kucoba lagi perlahan-lahan, tidak juga bisa masuk. Kuberi air ludah ke batang kejantananku agar tambah licin. Kemudian kucoba lagi, hanya masuk ujung kepalanya saja, dia merintih.
Aduh.. sakit bang.. sakit.. rintihnya.Aku berhenti sejenak, tidak melanjutkan sodokanku, kukulum lagi gunungnya, dadanya terangkat ke atas. Tidak lama dia terangsang lagi, lalu kucoba lagi untuk meyodok (seperti permainan bola billyard). Kusodok terus dengan hati-hati, aku tidak lupa memberi ludahku ke kejantananku. Karena hutannya becek akibat klimaks tadi jadi agak licin sehingga kepala kejantananku bisa masuk dia merintih.Aduh.. sakit bangTahan dikit yah.. adikku manis..`ngga sakit kok.. cuman sebentar aja sakitnya bisikku di daun telinganya.Dia diam saja. Kusodok lagi, akhirnya masuk juga kepala si ucok, terus kusodok agak keras biar masuk semua.Slupp.. blesss.. dan akhirnya masuk juga ucokku. Dia menggigit bibirnya menahan sakit. Karena kulihat dia menahan sakit aku berhenti menunggu dia tidak kesakitan lagi. Ucokku masih terbenam dalam hutannya, kulihat dia tidak menggigit bibirnya lagi. Kusodok lagi ucokku perlahan-lahan dan lembut, ternyata dia meresapinya dan kembali terangsang. Kusodok terus.
Ahh.. auuohhh.. yahh.. terus bang.. pintanya karena dia teransang hebat sambil mengoyangkan pinggulnya ke kiri kanan. Rupanya dia sudah tidak kesakitan lagi. Semakin kuat kusodok.Auoohhh.. ahhh.. yahh.. uhhh.. terus bang! kakinya dililitkan ke leherku.Ahh.. yaa.. rintihnya lagi, terus kusodok agak keras.Selupp.. selup.. suara ucokku keluar masuk, aku juga merasakan ada denyutan dalam hutannya seperti menghisap (menarik) ucokku. Rasanya tidak bisa dikatakan dengan kata-kata.Yahh.. aouuhh yahh.. suaraku tanpa sadar karena nikmatnya.Bang.. enak bang. kusodok terus.Uohh.. ahhh.. yahh.. terusss bang! Yahh.. yahh.. ngga tahan nih bang.. dia terus berkicau keenakan, oohh.. yahh aouuhh.. yaa.. i coming.. yes.. terus dia berkicau.Entah apa katanya, aku tidak tahu karena aku juga merasakan sedotan dalam hutanya semakin kuat.
Dia meremas kain penutup tilam sampai koyak. Aku terus meyodok dan terus tidak henti-henti.Aouhhh.. ahhh.. yahh.. yaa.. mau keluar nih bang.. dan, Slerrrr dia keluar, terasa di kepala ucokku. Dia klimaks yang kedua kalinya.Aku terus memacu terus mengejar klimaksku, Yahh.. aouuu.. yahh.. ada denyutan di kepala ucokku.Yahh.. ahhh.. aku keluar, kutarik ucokku keluar, kuarahkan ke perutnya.Air maniku sampai 3x menyemprot, banyak juga maniku yang keluar, lalu kukecup keningnya.Terima kasih.. aku ucapkan.Kulihat ada bercak darah di sprei tilam, ternyata darah perawanya. Lalu kuajak dia membersihkan diri di kamar mandi, dia mengangguk. Kami mandi bersama. Tiba-tiba ucokku bangkit lagi melihat bongkongnya yang padat dan kenyal itu. Kutarik bokongnya dan kutunggingkan. Kusodok dari belakang.Aduh.. gumamnya karena masih agak sempit dan masih terasa ngilu karena baru hilang keperawanannya.
Dia terangsang kembali, kuremas gunung kembarnya, aku berdengus. Ahh.. aouhhh.. yaaa.Crottt.. croottt.. crottt.. kukeluarkan maniku dan kutumpahkan di bokongnya.Kami terus bermain sampai 3 kali. Aku teringat kalau sebentar lagi mama akan pulang, lalu kusuruh cepat-cepat si Lisa mandi dan mengenakan pakaiannya. Kami tersenyum puas.Terima kasih yah bang, aku tersenyum saja dan aku mencium bibirnya lagi serta membisikkan ke telinganya, Kapan-kapan kita main lagi yah!Dia hanya tersenyum dan, ..iya, jawabnya.Setelah berpakain dan merapihkan diri, kuantar dia ke depan rumah. Dan ciuman manis di bibir tidak lupa dia berikan kepadaku sebelum pergi. Aku hanya bisa melihat dia berjalan pergi dengan langkah yang agak tertatih karena merasakan nyeri di selangkangannya.Oh nikmatnya dunia hari ini. pikirku dalam hati sambil menutup pintu.

Paksa Ngentot Adiku Yang Nakal

Main domino206 bisa dapat bonus hingga 50juta? klik di sini
sexygirl


Nama saya adalah Joni sungaceng, seorang anak smu yang doyan banget nge-seks dan jilatin memek seorang cewek. Aq punya adik cewek yang namanya Fina angelina. Aku dan adikku adalah anak orang kaya. Jika aku kelas 3 Smu, fina adikku saat ini duduk di kelas 3 smp mau lulus. Fina di sekolahny termasuk gadis, cewek yang sangat populer karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Aq sebagai seorang kakaknya selalu membayangkan jika adikku yang manis dan cantik itu aku setubuhi sendiri. Pasti kontolku bakalan nut-nutan.
Singkat kata, adikku fina memang seorang gadis yang sangat cantik dan merupakan kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat pandai membawa diri di hadapan orang lain sehingga semua orang menyukainya. Namun di balik semua itu, sang "putri" ini sebetulnya tidaklah perfect. Kepribadiannya yang manis ternyata hanya topeng belaka. Di dunia ini, hanya aku, kakak laki-lakinya, yang tahu akan kepribadiannya yang sesungguhnya. Kedua orang tuaku yang sering keluar kota untuk berbisnis selalu menitipkan rumah dan adikku kepadaku. Tapi mereka tidak tahu kalau aku kesulitan untuk mengendalikan adikku yang bandelnya bukan main. Di hadapanku, dia selalu bersikap membangkang dan seenaknya. Bila aku berkata A, maka dia akan melakukan hal yang sebaliknya. Pokoknya aku sungguh kewalahan untuk menanganinya.
Suatu hari, semuanya berubah drastic. Hari itu adalah hari Sabtu yang tak akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, seperti biasanya kedua orang tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Mereka akan kembali minggu depannya. Kebetulan, aku dan adikku juga sedang liburan panjang. Sebetulnya kami ingin ikut dengan orang tua kami keluar kota, tapi orang tuaku melarang kami ikut dengan alasan tak ingin kami mengganggu urusan bisnis mereka. Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi aku tahu kalau dia sangat kesal di hatinya. Setelah mereka pergi, aku mencoba untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukan saja dia tidak menerima kebaikanku, bahkan dia membanting pintu kamarnya di depan hidungku.
Inilah penghinaan terakhir yang bisa kuterima. Akupun menonton DVD sendirian di ruang tamu. Tapi pikiranku tidaklah focus ke film, melainkan bagaimana caranya membalas perbuatan adikku. Di rumah memang cuma ada kami berdua. Orang tua kami berpendapat bahwa kami tidak memerlukan pembantu dengan alasan untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran ngawur pun melintas di benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku nanti malam dan memfoto tubuh telanjangnya waktu tidur dan menggunakannya untuk memaksa adikku agar menjadi adik yang penurut.
Malam itu, jam menunjukan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan pintu kamar adikku. Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan apa adikku sudah tertidur. Ternyata tidak ada suara TV ataupun radio di kamarnya. Memang biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, akan segera pergi tidur lebih awal. Akupun menggunakan keahlianku sebagai mahasiswa jurusan teknik untuk membuka kunci pintu kamar adikku. Kebetulan aku memang mempunyai kit untuk itu yang kubeli waktu sedang tour ke luar negeri. Di tanganku aku mempunyai sebuah kamera digital.
Di kamar adikku, lampu masih terang karena dia memang tidak berani tidur dalam kegelapan. Akupun berjalan perlahan menuju tempat tidurnya. Ternyata malam itu dia tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster putih. Tanganku bergerak perlahan dan gemetar menyingkap dasternya ke atas. Dia diam saja tidak bergerak dan napasnya masih halus dan teratur. Ternyata dia memakai celana dalam warna putih dan bergambar bunga mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun bisa melihat ada bulu-bulu halus menyembul keluar di sekitar daerah vaginanya yang tertutup celana dalamnya.
Kemudian aku menggunakan gunting dan menggunting dasternya sehingga akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di luar dugaanku, ternyata dia tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu besar, mungkin ukuran A, tapi lekukannya sungguh indah dan menantang. Jakunku bergerak naik turun dan akupun menelan ludah melihat pemandangan paling indah dalam hidupku. Kemudian dengan gemetar dan hati-hati, aku pun membuka celana dalamnya. Adikku masih tertidur pulas.
Pemandangan indah segera terpampang di hadapanku. Sebuah hutan kecil yang tidak begitu lebat terhampar di depan mataku. Sangking terpesonanya, aku hanya bisa berdiri untuk sekian lamanya memandang dengan kamera di tanganku. Aku lupa akan maksud kedatanganku kemari. Sebuah pikiran setanpun melintas, kenapa aku harus puas hanya dengan memotret tubuh adikku. Apakah aku harus mensia-siakan kesempatan satu kali ini dalam hidupku? Apalagi aku masih perjaka ting-ting. Tapi kesadaran lain juga muncul di benakku, dia adalah adik kandungku., For God Sake. Kedua kekuatan kebajikan dan kejahatan berkecamuk di pikiranku.
Akhirnya, karena pikiranku tidak bisa memutuskan, maka aku membiarkan "adik laki-lakiku" di selangkangku memutuskan. Ternyata beliau sudah tegang siap perang. Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang menentukan. Kemudian aku meletakan kamera di meja. Aku pun menggunakan kain daster yang sudah koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat tidur. Sengaja aku membiarkan kakinya bebas agar tidak menghalangi permainan setan yang akan segera kulakukan. Adikku masih juga tidak sadar kalau bahaya besar sudah mengancamnya. Aku pun segera membuka bajuku dan celanaku hingga telanjang bulat.
Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Ternyata daerah itu sangat harum, kelihatan kalau adikku ini sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai menjilati daerah lipatan dan klitoris adikku. Adikku masih tertidur pulas, tapi setelah beberapa lama, napasnya sudah mulai memburu. Semakin lama, vagina adikku semakin basah dan merekah. Aku sudah tak tahan lagi dan mengarahkan moncong meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu. Kedua tanganku memegang pergelangan kaki adikku dan membukanya lebar-lebar.
Ujung kepala penisku sudah menempel di bibir vagina adikku. Sejenak, aku ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku dan membuang jauh keraguanku. Dengan sebuah sentakan aku mendorong pantatku maju ke depan dan penisku menembus masuk vagina yang masih sangat rapat namun basah itu. Sebuah teriakan nyaring bergema di kamar," Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN??" Adikku terbangun dan menjerit melihatku berada di atas tubuhnya dan menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan dan menahan rasa sakit yang luar biasa. Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba melepaskan diri. Begitu juga kakinya mencoba melepaskan diri dari pegangannku. Namun semua upaya itu tidak berhasil. Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir kalau aku akan berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah selangkangan. Ternyata vagina adikku mengeluarkan darah, darah keperawanan.
Aku tidak menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum pernah kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di dalam vagina adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina adikku. Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun segera menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku. Adikku menangis dan menjerit:" Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana ss…sakitt!!" "Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! " Aku tidak tahan dengan rengekan adikku, karena itu aku segera menggunakan celana dalam adikku untuk menyumpal mulutnya sehingga yang terdengar hanya suara Ughh..Ahhh.
Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih berkucuran di sekitar vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku semakin cepat menggerakan pinggulku karena aku merasa akan segera mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku agar dia menggoyangkan pinggulnya sambil berkata:' Who is your Daddy?" Sebuah dilema muncul di pikiranku. Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku atau di luar? Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan pil KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan hangat di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan darah keperawanan adikku membasahi selangkangan kami dan sprei tempat tidur.
Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit. Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku hanya diam membisu seribu bahasa dan masih menangis. Posisinya masih tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia masih menangis tersedu-sedu.
Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu. Hidupku bisa berakhir di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di kamera. Sebuah ide jenius muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya dan segera memfoto tubuh telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku dan bertanya: "Kak Adi, Apa yang kau lakukan? Hentikan, masih belum cukupkah perbuatan setanmu malam ini? Hentikan…" Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah memperkirakan ini dan lebih sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku berhasi menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari kameranya dan berkata: "Kalau kamu tidak mau foto ini tersebar di website sekolahmu, kejadian malam ini harus dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga harus menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang."
Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang di pipinya. Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah perasaan ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu, kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang bandel ini. Kemudian aku memerintahkan dia untuk membereskan ruangan kamarnya dan menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan dasternya yang koyak. Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan badan, tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk menggunakan jari-jari lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.
Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Selama seminggu kepergian orang tuaku, aku selalu meniduri adikku di setiap kesempatan yang ada. Pada hari keempat, adikku sudah terbiasa dan tidak lagi menolakku biarpun dia masih kelihatan sedih dan tertekan setiap kali kita bercinta. Aku juga memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan memasakan makanan kesukaanku. Aku juga memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selama seminggu ketika aku menonton TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan menyuruhnya untuk menelannya.
Ketika orang tuaku kembali minggu depannya, aku memerintahkan adikku untuk bersikap sewajarnya menyambut mereka. Ketika ibuku memeluk adikku, aku melihat wajah adikku yang seperti ingin melaporkan peristiwa yang terjadi selama seminggu ini. Aku pun bertindak cepat dan berkata pada ibuku: "Ibu, gimana perjalanan ibu? Tunjukan dong FOTOnya kepada kami berdua." Ibuku tersenyum mendengar ini dan tidak mencurigai apa pun. Tapi adikku menjadi sedikit pucat dan tahu makna dari perkataanku. Dia pun tidak jadi berkata apa-apa.
Sejak itu, setiap kali ada kesempatan, aku selalu meniduri adikku. Tentu saja kami mempraktekan safe sex dengan kondom dan pil. Setelah dia lulus SMA, kami masih melakukannya, bahkan sekarang dia sudah menikmati permainan kami. Terkadang, dia sendiri yang datang memintanya. Ketika dia lulus SMA, aku yang sekarang sudah bekerja di sebuah bank bonafid dipindahkan ke Jakarta. Aku meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di Jakarta. Tentu saja aku beralasan bahwa aku akan menjaganya agar adikku tidak terseret dalam pergaulan bebas. Orang tuaku setuju dan adikku juga pasrah. Sekarang kami berdua tinggal di Jakarta dan menikmati kebebasan kami. Hal yang berbeda hanyalah aku bisa melihat bahwa adikku telah berubah menjadi gadis yang lebih binal.

Diperkosa Tapi Enak

Main domino206 bisa dapat bonus hingga 50juta? klik di sini
 boygirl


Waktu itu aku bersama teman-teman kantor berlibur ke Pangandaran, kami pergi berempat.. Aku, Lina, Mita dan cowoknya Mita.. Edy namanya. Setelah menempuh perjalanan lebih dari 5 jam, akhirnya kami tiba di Pangandaran.. Dan kami langsung menyewa satu bungalow yang terdiri 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 dapur.
Karena kami tiba sudah larut malam, maka setelah menurunkan barang-barang.. Kami pun langsung masuk ke kamar masing-masing, aku satu kamar bersama Lina, sedangkan Mita satu kamar bersama cowoknya, kamar yang aku tempati terdiri atas dua ranjang yang terpisah, sebuah lemari pakaian dan meja rias dengan kacanya yang besar dan jendela yang menghadap ke laut.
Karena capek, lelah dan ngantuk.. Kami pun langsung tidur tanpa ganti baju lagi. Keesokan harinya aku bangun jam 10 pagi dan aku melihat Lina sudah tidak ada ditempat tidurnya, aku pun langsung bangun dan menyisir rambutku yang panjang (sebahu lebih) dan keluar kamar, ternyata tidak ada siapa-siapa..
“Wah pada kemana mereka..” pikirku, tetapi tiba-tiba HP ku berbunyi, ternyata Lina menelphon.
“Sudah bangun non..” serunya.
“Kalian lagi dimana sih?” seruku.
“Oh iya.. Sorry, kita lagi pergi cari film nih.. Tadi enggak tega bangunin kamu..” seru Lina.
“Yaa.. sudah.. Titip makanan yaa..” sahutku
“Okey non” lalu hubungan terputus.
Kini aku sendirian di bungalow itu, lalu aku pun segera mandi.. Dan menikmati segarnya guyuran air dari shower, setelah mandi akupun memakai CD dan BH warna pink (aku suka yang satu warna) dan memakai kimono, setelah itu aku duduk-duduk disofa tamu sembari mengeringkan rambutku dengan handuk, tiba-tiba aku melihat secarik kertas diatas meja, disitu tertulis ‘menyediakan jasa pijat, urut dan lulur’ dan dibawahnya ada nomor teleponnya.
“Ah betapa enaknya dipijat.. Kebetulan badan lagi pegel..” pikirku sembari membayangkan dipijat oleh si mbok dirumah, lalu aku menelphon nomor itu dan diterima oleh seorang wanita disana, setelah mengutarakan maksudku, akhirnya wanita itu bilang.. Tidak lama lagi akan datang pemijat ke kamar aku, setelah itu akupun duduk menanti..
Tak lama kemudian pintu diketuk dari luar, segera aku bangkit dan membuka pintu.. Dan.. Terkejutlah aku, karena tampak seorang pria dengan baju putih berdiri diambang pintu, lalu.
“Selamat siang neng.. Anu.. Tadi manggil tukang pijat yaa?” seru pria itu.
Tampak pria itu berumur kira-kira 45-an, tidak terlalu tinggi tapi kekar dan berkulit coklat.
“Eh.. nggak.. Anu.. Iya pak..” sahut aku, “Anu.. Bapak tukang pijatnya..?” tanyaku.
Pria itu tersenyum lalu, “Iya neng”.
Wah.. Kini aku rada sedikit panik, tidak menduga kalau tukang pijatnya seorang pria, tapi tanpa aku sadari aku malah mempersilahkan bapak itu masuk, setelah masuk.
“Mau dipijat dimana Neng?” tanyanya.
“Ngk.. Di.. Kamar aja pak” sahutku, lalu aku membiarkan bapak itu mengikutiku menuju kamar, tiba didalam kamar, bapak itu segera dengan cekatan membereskan ranjang tidurku, lalu menyuruhku untuk tengkurep diatas ranjang.
Aku mengikutinya, dan berbaring tengkurep diatas ranjang.. Lalu terasa tangan si bapak itu yang kasar itu mulai memijat-mijat telapak kaki dan kedua betisku, aku benar-benar merasakan nikmatnya pijatan bapak itu, kemudian.
“Maaf neng.. Kimononya dibuka yaa” serunya,
Aku hanya diam saja ketika kimonoku dibuka dan diletak diranjang satunya lagi, kini hanya tinggal CD dan bra saja, setelah memijat betis dan bagian paha.. Si bapak beralih ke punggungku, memang terasa enak pijatan si bapak ini, setelah itu aku merasakan si bapak menuangkan oil ke atas punggungku dan mulai mengosoknya, lalu.
“Maaf yaa Neng” serunya sembari melepas tali BHku, aku hanya diam saja, kedua tanganku aku taruh dibawa bantal sementara kepalaku menoleh ke arah tembok, terasa geli juga ketika si bapak mulai mengurut bagian samping tubuhku.
Lalu terasa tangan si bapak mulai mengurut kebagian bawah dan menyentuh CD ku, lalu “Maaf yaa neng..” serunya sembari tangannya menarik CDku kebawah, aku terkejut tapi anehnya aku membiarkan si bapak itu melorotkan CD ku hingga lepas, kini si bapak dengan leluasa mengurut tubuhku bagian belakang yang sudah telanjang itu, lalu si bapak mengosokan oil ke seluruh tubuhku bagian belakang dari pundak sampai ketelapak kaki dan dibawah sinar lampu kamar, aku yakin tubuhku akan tampak mengkilap karena oil itu.
Aku hanya berdiam diri saja.. Dan membiarkan si bapak mengurut bagian dalam pahaku, kedua kaki ku direnggangkan.. Oouhh.. Pasti sekarang dibapak dapat melihat kemaluanku dari belakang.. Pikirku, tapi aku hanya diam saja.. Dan diam-diam merasakan nikmat ketika tangan dibapak menyentuh-nyentuh bibir vaginaku, lalu dibapak naik ke atas tempat tidur dan duduk berlutut diantara kedua paha ku, aku hanya bisa pasrah saja ketika si bapak merenggangkan kedua pahaku lebih lebar lagi dan membiarkan kedua tangan si bapak mengurut-urut bagian pinggir vaginaku..
Gilaa.. Aku terangsang hebat.. Dan setiap jari-jari si bapak menyentuh bibir vagina ku.. Akupun mengelinjang.. Setelah cukup lama, akhirnya si bapak menuangkan oil ke atas pantatku.. Terasa cairan oil itu merambat melewati anus dan terus sampai ke vaginaku, kemudian dengan kedua tangannya.. si bapak mulai mengurut bongkah pantatku, dan aku benar-benar merasakan nikmat dan membiarkan si bapak membuka bongkah pantatku dan pasti dia dapat melihat bentuk kemaluanku dengan jelas dari belakang berikut anus ku.. Oohh
Tiba-tiba terasa jari-jari si bapak mengusap-usap anus ku.. Gilaa.. Aku terangsang hebat.. Apalagi terasa sedikit demi dikit jari telunjuk dibapak itu dicolok-colok ke dalam anus ku.. Bergetar hebat tubuhku.. Dan tanpa aku sadari aku mengangkat pantatku hingga setengah menungging, tiba-tiba kedua tangan si bapak memegang pangkal paha ku dan mengangkat pantatku ke atas, aku menurut saja.. Hingga akhirnya aku menungging dihadapan si bapak itu, kepala ku.. kubenamkan ke atas bantal.. Dan membiarkan si bapak mempermainkan vaginaku dengan jari-jarinya..
Tiba-tiba.. Ooouuhh.. Aku mengeluh panjang ketika terasa jari si bapak menyusup masuk ke dalam anusku.. Terasa sedikit mules ketika jari telunjuk si bapak itu di sodok-sodok keluar masuk lobang pantatku, oohh.. Aku hanya bisa meringis saja dan akupun mengelinjang hebat ketika tangan si bapak yang satunya menyusupkan jarinya ke dalam liang vaginaku..
Gilaa.. Aku merasakan nikmat luar biasa.. Aku hanya pasrah saja dan membiarkan si bapak mengocok-ngocok vagina dan anusku dengan jari-jarinya,
Tanpa sadar aku meluruskan kedua tanganku untuk menopang tubuhku.. Hingga kini posisiku seperti orang merangkak, sementara si bapak tetap duduk berlutut dibelakang. Cukup lama juga jari-jari si bapak menyodok-nyodok liang vaginaku dan lobang pantatku.. Dan aku benar-benar menikmati.. Sehingga tanpa sadar vaginaku sudah basah bercampur dengan oil.. Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menempel dimulut vaginaku, ternyata si bapak telah mengarahkan batang kemaluannya ke bibir vaginaku, aku hanya pasrah dan membiarkan ketika secara pelan-pelan batang kemaluan si bapak mulai ditekan masuk ke dalam vaginaku.. Oohh.. Nikmat.. Tanpa disadari.. Aku mengerak-gerakan pinggulku juga, tubuhku terguncang-guncang ketika si bapak mulai menyodok-nyodok vaginaku dengan batang kemaluannya..
Aahh.. Nggkk.. Ohh.. Aku benar-benar merasakan nikmat.. Dan diam-diam aku mencapai klimaks tanpa sepengetahuan si bapak itu, tiba-tiba si bapak mencabut batang kemaluannya dari vaginaku.. Lalu oohh.. Gilaa.. Terasa ujung batang kemaluan si bapak ditempelkan ke anusku.. Wah dia mau menyodomi aku.. Pikirku memang aku pernah melakukan anal sex.. Tapi ini..
Lalu si bapak menarik kedua tanganku kebelakang dan menyuruh aku membuka belahan pantatku dengan kedua tanganku sendiri.. Kemudian terasa jari-jari si bapak mengolesi anusku dengan oil.. Dan kadang-kadang menyusupkan satu dua jari nya ke dalam.. Kemudian terasa pelan-pelan batang kemaluan si bapak menerobos masuk ke dalam anus ku.. Aakk.. Nggkk.. Aku mengeluh.. Rada sakit dikit.. Tapi setelah semua batang kemaluan si bapak amblas.. Dan ketika si bapak mulai menyodok-nyodok keluar masuk.. Ahh.. Nikmatnya.. Terasa sedikit mules tapi aku benar-benar enjoy anal sex ini..
Tetapi kini aku merasakan kenikmatan yang.. Tidak klimaks-klimaks.. Sampai basah tubuh ku dengan peluh.. Tetapi si bapak tidak kunjung klimaks juga, rasa nikmat.. Mules.. Campur aduk.. Aku hanya bisa meringis-ringis sembari memejamkan mata saja, tetapi akupun tidak tinggal diam.. Jika si bapak menghentikan gerakannya, maka aku langsung mengerakan pinggulku maju-mundur sehingga batang kemaluan si bapak tetap keluar masuk lobang pantatku hingga akhirnya lama kelamaan gerakan si bapak semakin cepat.. Dan terdengar nafasnya yang semakin memburu, rupanya si bapak sudah mau klimaks.. Dan
Akupun membuka belahan pantatku semakin lebar dengan kedua tanganku, lalu terdengar si bapak mengerang aahh.. Nggkk.. Lalu ia menjabut batang kemaluannya dari lobang pantatku lalu disemburnya airmaninya kepunggungku crot.. crot.. Terasa ada cairan kental dan hangat membasahi punggungku.. Sampai kerambutku dan akupun seketika rebah telungkup.. Dengan nafas masih memburu.. Dan masih merasakan nyeri di duburku.
Setelah itu si bapak.. Pergi ke kamar mandi.. Akupun segera mengambil CD ku dan mengelap air mani si bapak yang belepotan dipunggung ku.. Tiba-tiba aku mendengar suara pintu dibuka.. Akupun segera mengenakan kimonoku dan berjalan keluar kamar.. Ternyata si bapak itu sudah tidak ada.. Loh gimana sih ini orang.. Pikirku.. Ah.. Biar aja kalau enggak mau dibayar..
Lalu akupun menuju kamar mandi.. Terasa lengket punggung ku karena oil tadi, tetapi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.. Akupun segera merapihkan kimonoku dan berpikir.. Pasti si Lina dan kawan-kawan sudah pulang, ketika pintu aku buka tampak seorang ibu-ibu dengan kebaya berdiri diluar.. Lalu.
“Selamat siang neng.. Neng yang.. Mau dipijet kan?” seru ibu itu.
“Iya.. Ibu siapa” tanyaku
“Saya tukang pijatnya neng” sahutnya..
Gilaa.. Siapa dong bapak tadi.. Walaupun aku terkejut.. Tetapi jujur.. Aku enjoy sekali dengan permainan si bapak itu.. Tapi.. Andaikan tunangan kutahu.. Ah.. Jangan sampailah.

NGENTOT SAMA KAK INDAH YANG CANTIK

Main domino206 bisa dapat bonus hingga 50juta? klik di sini


Berikut ini adalah kisah nyata gue waktu masih duduk di kelas 2 SMP. Yaitu pengalaman mesum dengan kakak kandung gue sendiri! Oh iya, perkenalkan nama gue Irfan. Selamat menikmati.
Hari Jumat pukul 10 malam gue sedang asyik membaca buku stensilan di tempat tidur. Ditemani juga dengan majalah porno yang telah beberapa kali gue lihat bolak-balik. Maklumlah saat itu lagi musim-musimnya buku–buku begituan. Sebagai anak normal dalam masa puber, gue sedang penasaran dengan segala hal yang berbau porno. Buku-buku tersebut gue pinjam dari teman sekolah. Biasanya buku itu secara bergantian berputar tiap hari diantara teman-teman.
Lagi asyik-asyiknya membaca, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Kemudian muncul kakak kandung gue satu-satunya. Namanya Kak Indah, begitu gue memanggilnya. Usia kami terpaut sekitar 6 tahun. Sekarang dia sedang kuliah di awal semester 3.
Tentu saja gue buru-buru menyembunyikan buku yang gue baca di bawah bantal sambil berharap Kak Indah tidak mengetahui buku apa yang gue baca tadi.
“Fan… Anterin kakak beli nasi goreng yuk…” ajak Kak Indah dengan nada manja.
“Males ah Kak…” jawabku singkat.
Beginilah kebiasaan Kak Indah. Sering banget ngerasa lapar kalau sudah malam. Ujung-ujungnya gue disuruh mengant dia ke depan buat beli nasi goreng, sate, pecel lele atau yang lainnya.
“Ayo dong Fan… Kakak Laper nih…” kata kakak gue yang kali ini dengan wajah memelas.
“Sendirian aja kenapa? Lagi males nih…” ucap gue yang tetap pada pendirian.
“Jangan gitu dong Fan… Beneran laper bangeeet…” lanjut kakak gue terus memaksa.
“Makanya Kak… Jangan biasain makan malem… Badan udah gemuk juga masih makan malem-malem! Lama-lama juga kayak si Atun noh…!” ledek gue.
“Ini bukan gemuk tahu Fan! Ini namanya seksi… Sok tau lu anak kecil…! Hehehe…” kilahnya.
Kakak gue ini memang tidak gemuk, meskipun dia juga tidak dapat dikatakan langsing. Tubuh Kak indah terbilang montok. Wajar aja sih kalo dia mengatakan dirinya seksi. Karena memang sangat menarik untuk dipandang.
“Ayo dong…” ajak Kak Indah lagi sambil menarik lengan gue.
Karena gue memang lagi males. Gue bertahan aja di kasur. Tapi apa daya tarikan Kak Indah membuat posisi tubuh gue bergerak. Dan apa yang gue takutkan dari tadi ternyata menjadi kenyataan.
“Wah… Buku apaan tuh Fan?” mata Kak Indah tertuju ke buku porno yang tadi gue baca.
Ketika dia hendak mengambilnya gue buru-buru mengamankannya.
“Wah parah lu Fan…! Buku stensilan ya? Coba lihat sini…” pinta kakak gue.
“Apaan sih Kakak nih…!!” gue terus berusaha menyembunyikannya.
“Gue bilangin Mama lu…” ujar Kak Indah mengancam.
“Bilang aja ke Mama…! Emang buku apaan ini? Orang komik kura-kura ninja…” jawab gue bohong.
“Jangan ngibul lu Fan…! Orang jelas-jelas ada gambar cewek telanjangnya gitu kok…!” ucap Kak Indah yakin.
“Kura-kura ninja tahu…” gue masih saja terus berkelit.
“Bener ye kura-kura ninja? Gue bilangin Mama nih… Maaaah…!! Mmmhhh…!!!” teriak Kak Indah yang langsung saja buru-buru gue bekap mulut mungilnya itu.
“Jahat banget sih Kakak…!!” ******* gue.
Kak Indah terlihat berusaha membuka dekapan telapak tangan gue, hingga dia meronta-ronta.
“Awas…! Jangan bilang mama loh…” ancam gue.
Setelah dia menggangguk. Baru gue lepaskan perlahan tangan gue dari mulutnya.
“Janji lu Kak…” ucap gue lagi.
“Iya bawel…! Makanya kalo tadi lu mau nganterin Kakak kan nggak bakalan kejadian kayak begini…” kata kakak gue.
Perkataan kakak gue tadi memang ada benarnya. Maka sebagai upah tutup mulut, saat itu gue pun bersedia mengantarkannya membeli nasi goreng ke depan rumah. Namun dasar sial, setelah beli nasi goreng Kak Indah malah menyantap nasi gorengnya di kamarku. Memang ada untungnya juga, gue jadi bisa ikut menikmati nasi goreng. Tapi kan lebih baik kalo Kak Indah buru-buru pergi. Dan yang bikin kesal lagi, selagi makan Kak Indah terus menginterogasi gue tentang buku itu.
Setelah acara makan selesai Kak Indah malah memaksa ingin melihatnya “Coba dong liat buku yang tadi…”
“Eeeh… Anak cewek nggak boleh liat…!” ujar gue tegas.
“Yeee… Siapa bilang?” tanya kakak gue.
Dengan modal ancaman akan melaporkannya ke orangtua kami, akhirnya dengan terpaksa gue pun memberikannya. Kak Indah sendiri lebih tertarik dengan majalah porno dibandingkan buku stensilan.
Dengan cueknya kami pun membuka buku tersebut bersama-sama di tempat tidur.
“Gila kontolnya nih bule gede banget…!”celetuk Kak Indah.
“Ceweknya juga seksi loh Kak… Liat aja toketnya bagus banget kayak gitu…” aku menimpali.
Kak Indah berlama-lama ketika ada gambar ngentot bareng-bareng. Satu cewek di keroyok lima cowok bule. ******-****** bule itu masing-masing masuk ke memek, dubur dan mulut. Sementara dua ****** lagi di pegang oleh tangan kanan dan kiri cewek tersebut. Entahlah apa yang sedang ada di pikiran kakakku ini. Aku yang juga ikut menikmati gambar tersebut bersama sesekali melirik Kak Indah. Tidak hanya ke arah wajahnya, namun juga bokong, badan dan payudaranya.
“Oh iya… ****** lu berapa panjang Fan?” tanya Kak Indah tiba-tiba.
“Gak pernah di ukur Kak…” jawabku yang tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu.
Namun kemudian gue bangkit dari tempat tidur lalu turun ke lantai dan mengambil penggaris di dalam tas sekolah yang tergatung di dinding. Setelah itu aku turunkan celana pendek serta celana dalam lalu segera mengukur kontolku.
“Waaah… Udah gila lu yeh…” Kak Indah tampak kaget dengan aksi gue yang mengukur ****** di hadapannya.
“14 cm Kak…!” lapor gue sambil cengengesan.
“Ah… Masih kayak anak bocah… Hihihi…” kata Kak Indah datar walaupun gue dapat melihat raut wajahnya yang cukup terkesima.
Setelah itu gue kembali ke pembaringan, namun dengan penampilan sedikit berbeda, yaitu memakai celana pendek namun tanpa menggunakan celana dalam lagi.
“Woi… Pake celana dalamnya dulu sana…” perintah kakak gue.
Aku tidak mau menuruti perkataannya. Bahkan ****** yang tidak juga mau turun itu gue tempelkan pada bokong Kak Indah. Kini posisi gue sudah menindih Kak Indah yang sedang tengkurap sambil membaca majalah.
“Eeeh…!! Fan gila lu…!! Lepasin…!! Lepasin gueeee…!!!!”
Gue tidak mempedulikan omongannya. Aku bahkan mulai menggesek-gesek ****** ke bokongnya yang memakai celana pendek super ketat. Sementara tangan gue meremas-remas payudara Kak Indah dari belakang. Mulut gue kini ikut bergerilya ke bagian leher serta wajah Kak Indah. Kakak gue terus berusaha memberontak. Namun ternyata tenaga gue lebih kuat hingga berhasil menguasainya.
Tangannya sudah gue pegang dengan erat, sambil ****** ini terus menggesek bokong bahenol kakak gue.
“Fan… Lepasin dong… Lepasiiiin…!! Gue teriaaak nih…” kakak gue terus menolak namun kali ini dengan tenaga yang sudah hampir habis.
“Jangan dong Kak Indah… Gue kan cuma udah lama penasaran pengen ngerasain yang kayak gini…” jawab gue sambil terus meraba-raba tubuh seksi Kak Indah.
“Irfan… Pleaseee… Ja-jangan entot Kakak… Inget dong gue kan kakak kandung lu Fan…” mohon kakak gue.
Mendengar perkataannya, gue lalu meyakinkan Kak indah, bahwa gue tidak akan ngentot memeknya. Gue hanya ingin mengesek-gesekkan ****** supaya bisa orgasme. Rupanya Kak Indah mengerti dengan keinginan gue tadi. Dia pun membiarkan tubuhnya jadi objek birahi gue. bahkan ketika gue mengangkat kaos dan membongkar bra miliknya, dia tidak menolak lagi.
Namun penolakan baru terjadi ketika gue berusaha membuka celananya.
“Jangan dong… Entar ketauan Mama sama Papa…” kata Kak Indah.
“Aaah… Palingan mereka udah pada ketiduran abis maen…” ucap gue spontan.
“Sok tau deh lu…!” kata kakak gue.
“Beneran kok…! Mama sama Papa kalo maen hot banget deh Kak…” terang gue.
“Emangnya lu tau?” selidik Kak Indah.
“Iya… Gue pernah liat sekali… Waktu siang-siang, pintu kamar mereka kebuka sedikit… Ya udah gue tonton sampe kelar deh… Hehehe…” jawab gue.
Kak Indah mencubit pelan lengan gue “Kakak juga pernah denger sih waktu mereka maen di kamar mandi… Suara Mama sampe ngejerit-jerit loh…! Tapi itu udah lama banget… Waktu masih SMP…” cerita kakak gue.
Kami pun tertawa bersama namun tidak terlalu keras. Akhirnya Kak Indah mau membuka celananya. Kemudian baju dan bra, sehingga kini hanya menyisakan celana dalam warna putih. Tapi Kak Indah meminta gue untuk mengunci pintu kamar dulu.
“Janji lu fan jangan entot kakak… Nggak boleh…!” ujar Kak Indah mengingatkan.
Aku lalu mengangguk tanda menyanggupi. Maka dengan tidak sabar mulailah aku beraksi menikmati tubuh kakak gue sendiri. Mulai dari menindih, menciumi leher hingga menjilati payudara montoknya. Sementara kontolku terus bergerak menggesekan ke bagian-bagian tubuhnya supaya gue orgasme.
“Ooooh… Kakaaaak…!!” aku mendesah menikmati gesekan kontolku.
Hal yang paling mengagetkan adalah ketika gue terus menggesek dan menghisap payudaranya, Kak Indah mendesis sambil menyebut nama pacarnya. Gue sempat terhenti sesaat, namun tidak lama, karena birahi gue yang terus bergolak.
Hingga pada akhirnya sperma gue muncrat dan berceceran di celana dalam serta perut Kak Indah yang mulus dan rata.
“Udah keluar nih Kak…” kata gue sambil tersenyum senang.
Untuk membersihkan sperma yang tumpah dimana-mana, terpaksa kaos gue yang jadi tumbalnya.
“Gila lu Fan…! Banyak banget…” Kak Indah memperhatikan celana dalamnya yang di lumuri sperma.
Akhirnya dia lalu membuka celana dalam tersebut. Tentu saja kini Kak Indah telanjang bulat di hadapanku. Aku sempat terpaku pada memeknya yang tidak ditumbuhi jembut sama sekali. Pasti karena Kak Indah mencukurnya dengan rutin. Sungguh luar biasa indah seperti nama kakakku. Tubuh polosnya benar-benar sangat seksi. Jauh lebih menarik daripada cewek-cewek bule pemeran film bokep atau gambar cewek telanjang yang pernah gue lihat.
“Gara-gara lu nih Fan… Bikin repot aja…” gumamnya.
Setelah itu dia membantingkan lagi tubuhnya di kasur dalam posisi telentang. Tangannya meraih tangan gue, kemudian membimbing jari-jari gue untuk meraih memeknya. Tanpa diduga dia memainkan jari tengahku pada bibir memeknya, serta sesekali mengarahkannya ke klitoris. Ketika gerakan jari gue berjalan sendiri tanpa perlu dituntun, Kak Indah melepaskan pegangannya.
Kedua tangan Kak Indah meremas-remas payudaranya sendiri, sementara jari-jari gue terus bekerja pada memeknya.
“Ohhhh… Teruuuus Fan… Te-teruuuus…!! Iyaaa gituuu… Lagiiiii… Enaaaak bangeeeet…!!!” ceracau kakakku.
Benar-benar pemandangan panas yang tidak pernah gue bayangkan sebelumnya. Apalagi ketika Kak Indah memainkan lidahnya seakan memberi petunjuk agar gue menjilati memeknya. Tanpa pikir panjang gue mulai mengganti peran jari tangan ini dengan lidah untuk segera menjilat-jilat organ tubuh paling sensitifnya. Namun sebelum itu, gue sempat kaget ketika jari yang baru saja menari-nari di memek kakak gue sudah berubah bentuknya. Jari gue terlihat seperti melepuh, layaknya sedang kepanasan. Misteri jari yang di masukan ke memek hingga melepuh itu sampai kini masih membuat tanda tanya besar.
Karena ternyata bukan hanya pada memek kakak gue, di lain waktu juga terjadi hal yang sama ketika melakukan kepada memek cewek gue.
“Ouuughhhh… Faaaan…!! Aaahhh… Nikmaaaat… Nggghhhh…!!” kakak gue menjerit-jerit keenakan.
Setelah beberapa menit, Kak Indah akhirnya bisa mencapai orgsme dengan lidah gue “Ouuuuhhh… Oooooohhh… Enngh… Eeenngh… Kakak sampeeee Fan…”
Gue yang sudah sejak tadi terangsang, langsung menindihnya lagi. Kemudian menggesek-gesekkan ****** gue ke memeknya. Kak Indah sempat mengingatkan kembali agar gue tidak memasukan ****** gue ke dalam memeknya. Memang aku sempat berpikiran untuk tidak menghiraukan perkataannya, namun yang seperti ini juga sudah cukup enak. Namun tetap saja kadang-kadang birahi ini sulit untuk dikendalikan. Bahkan hampir saja kepala kontolku masuk ketika gue melakukan gerakan mendorong.
“Bentar dulu Fan…” kata Kak Indah yang kemudian merubah posisinya menjadi posisi duduk.
Gue hanya menatapnya dengan tatapan tidak rela karena harus kehilangan kenikmatan yang dari tadi sedang gue rasakan.
Ternyata kesabaran gue berbuah manis. Karena saat itu perbuatan kami semakin panas saja ketika Kak Indah ingin menyepong ****** gue sambil tangan gue mulai bekerja di kedua payudaranya. Sungguh terasa nikmat sekali ketika ****** gue dihisap seperti sekarang. Apalagi kenyataan bahwa yang melakukan adalah cewek cantik yang merupakan kakak kandung gue sendiri.
Gue semakin menerawang kemudian memejamkan mata karena inilah kenikmatan yang belum pernah gue rasakan sebelumnya.
“Kaaak…!! Enaknyaaaa…!!” kata gue sambil menikmati dorongan hebat pada ****** gue ini.
Saat Kak Indah sedang mengulum dan menyedot-nyedot kemaluan gue, dia mulai mengeluarkan suara-suara erotis diantara keluar dan masuknya ****** ini ke dalam mulutnya. Saat gue kembali membuka mata, gue melihat tangan kirinya meremas-remas payudaranya. Tidak heran badannya ikut bergetar saat mengulum ****** gue.
“Sluuurrrp… Hmmmm…” terdengar suara desahan Kak Indah yang sungguh merangsang.
Ketika ****** gue sudah tidak tahan menerima rangsangan, gue sempat memberi tanda karena sperma di dalam akan segera keluar. Kak Indah mengerti dan melepaskan hisapannya. Dia lalu telentang dan membuka lebar-lebar memeknya.
Belahan memek berwarna merah muda itu sepertinya sudah siap menerima rudal gue.
Namun hal tersebut harus gue urungkan karena Kak Indah kemudian berkata “Tumpahin di sini Fan… Jangan dimasukin yah…”
Setengah tidak rela, gue pun paham dengan maksudnya. Maka ketika gue orgasme gue menyemprotkan sperma tersebut ke arah memeknya.
“Aaaah…!! Kak Indaaaaah… Oooooh…” aku meneriakkan namanya ketika sperma gue keluar dalam jumlah yang tidak dapat dibilang sedikit.
Sebagian bahkan ikut masuk ke dalam daging merah dan sisanya lagi mengotori sekitar perut Kak Indah.
Gue dan Kak Indah lalu saling berperlukan, hingga akhirnya dia tidur di kamar gue tanpa ada kecurigaan dari orangtua kami. Begitulah kisah malam yang panas dengan kakak gue sendiri. Sejak saat itu, gue dan kak indah jadi semakin abrab. Bahkan Kak Indah secara terus terang bercerita bahwa dirinya sudah sering ngentot dengan pacarnya, namun tentu saja dia tidak membolehkan gue sebagai adiknya melakukan hal yang sama.
Kami berdua tetap sering mengadakan acara mesum seperti malam tersebut, Terutama ketika Kak Indah sedang meminta bantuan. Gue mengajukan syarat agar upahnya berupa pelayanan birahi. Tapi gue tetap tidak sampe memasukan ****** ke dalam memeknya.
Hingga pada suatu malam, gue yang sedang terangsang berniat sekali akan melakukan perbuatan mesum dengan Kak Indah. Tapi gue dongkol karena Ketika Kak Indah pulang ke rumah malah membawa temannya, bahkan kakak gue berkata bahwa dia akan menginap disini. Namanya adalah Santi, yang merupakan teman kuliahnya. Santi memang merupakan teman baik Kak Indah. Sudah sangat sering dia maen ke rumah, makanya gue sebenarnya sudah cukup akrab dengannya.
Karena niat gue terganggu dengan keberadaan Santi, maka sambil cemberut gue menonton TV tanpa ada niat mengobrol dengan mereka. Jika Kak Indah dan Santi bertanya, maka gue males-malesan menjawabnya. Martabak telor yang di bawa oleh kakak gue pun tidah selera untuk disantap. Kak Indah malah senyum-senyum saja melihat kelakuan gue begini sambil melahap martabak bawaannya.
“Adik lu jutek banget sih Ndah?” tanya Santi yang tidak mengerti dengan kelakuan gue yang berubah 180 derajat.
“Tau tuh… Salah makan kali…” canda kakak gue yang sepertinya sudah paham dengan aksi gue ini.
“Apa mungkin sakit Ndah? Liat aja tuh mukanya sampe pucet kayak gitu…” lanjut Santi yang masih penasaran.
“Hah? Burungnya kali yang sakit… Hehehe…” Kak Indah tertawa yang kemudian juga diikuti dengan ejekan Santi kepada gue.
Jadilah kedua cewek cantik itu menggoda gue terus-menerus. Mereka saling melempar kata dengan obyek penderitanya adalah gue yang sedang horny berat!
“Gue mau pipis dulu ya…” kata Santi kemudian pergi ke belakang.
Dia memang sudah tidak asing lagi dengan rumah ini. Jadi tidak perlu minta diantar seperti layaknya tamu baru.
“Kakak ngapain sih bawa santi nginep segala?” tanya gue ketika Santi sudah menghilang.
“Lah? Emang kenapa sih?” jawab Kak Indah dengan enteng.
Gue terus memarahi Kak Indah, sementara kakak gue tidak begitu peduli. Dia malah cengar–cengir saja menanggapinya. Bener juga memang, tidak ada salahnya teman-temannya pada menginap. Yang jadi masalahnya sekarang gue sedang ingin sekali berbuat mesum sama Kak Indah.
“Ndah… Pinjem kaos buat tidur dong… Sekalian celana pendeknya…” ujar Santi dari belakang.
Gue dibuat kaget setengah mati karena ketika Santi berjalan, dia tidak mengenakan sehelai benang pun alias telanjang bulat! Pakaian yang dia kenakan semula kini sudah berada di dalam genggaman tangannya. Tubuh Santi sungguh terlihat bagus. Sudah langsing, payudara besar menggantung hingga kulit yang putih.
“Udah lu tidur telanjang aja kayak gitu Sant…” kata Kak Indah asal.
“Tuh… Si Irfan aja doyan ngeliatin lu terus… Hehehe…” ledek Kak Indah sambil melihat ke arah gue yang masih terpaku dengan tubuh Santi.
Gue yang tersadar segera mengalihkan pandangan ketika mendengar ucapan Kak Indah seperti itu.
Lagi-lagi kedua cewek itu cekikian menggoda gue. Langsung saja gue pura-pura menonton TV saja.
Tanpa dapat diduga, tiba-tiba saja Santi mendekati tempat duduk gue.
“Gue tidur di kamar lu aja ya Fan…” ujar Santi pelan.
Santi lalu duduk di pangkuan gue. Dia kini menciumi wajah serta leher gue. Payudaranya yang tidak kalah besar dengan Kak Indah, mulai digesek-gesekkan ke dada gue. Tentu saja kelakuannya membuat gue terangsang berat. Namun gue tetap berlagak jual mahal.
“Daripada nonton TV nggak jelas kayak gitu, mendingan main sama gue deh…” lanjutnya lagi yang kali ini berhasil mengalihkan perhatian gue.
Santi mendekati telinga gue lalu berbisik “Gue udah tahu semua kelakuan lu sama si Indah… Makanya gue juga mau ikutan…”
Karena masih belum percaya begitu saja, gue langsung melirik ke arah Kak Indah yang sedang tersenyum-senyum penuh arti. Tidak lama Santi membuka kaos oblong gue. Kemudian dibangunkannya gue dari kursi.
Setelahnya, dia mulai membuka celana gue hingga bugil seluruhnya.
“Kontol adik lu udah keras banget… Lumayan panjang juga yah buat anak seumuran dia… Pantesan aja lu doyan Ndah…” ujar Santi kepada kakak gue yang tanpa banyak basa-basi lagi langsung mengulum ****** di depannya.
“Ssssh… Aggghh… Aaaaghh…!!” gue mendesis nikmat.
Hingga pada akhirnya gue pun larut dalam permainan Santi.
“Ajak gue ke kamar lu Fan… Gue lagi pengen banget ngentot nih…” bisik santi.
Dengan tidak sabar gue lalu menggirjng Santi ke kamar. Sesampainya di sana, gue terus diserang bertubi-tubi oleh Santi di atas kasur. Ketika Santi ingin memasukan ****** gue ke memeknya, tiba-tiba Kak Indah masuk.
“Eh… Tunggu…! Dasar udah pada gatel lu pada…” teriak kakak gue.
“Ganggu aja lu Ndah…! Gue udah berapa bulan nih nggak ngentot… Lah kalo lu baru juga berapa jam yang lalu ngentot ama cowok lu…” protes Santi kepada kakak gue.
Kak Indah hanya nyengir kuda. Dasar memang nih gue punya kakak model kayak begini.
“Oke… Gue paham deh… Sebenernya gini loh Fan… Kak Indah sengaja bawa Santi supaya lu bisa ngerasain yang namanya ngentot… Lagipula biar kita berdua nggak ngelakuin hal yang kayak dulu lagi… Gue takut aja ketauan sama Mama dan Papa…” terang Kak Indah panjang.
Lalu kakak gue melanjutkan kalau gue sekarang belum bisa berjanji, maka acara ini akan dibatalkan. Dengan berat hati gue menyetujuinya. Lagipula gue kan pengen ngerasaain yang namanya ngentot memek cewek. Karena Kak Indah juga tidak pernah memberikan memeknya dimasuki oleh ****** gue.
Begitulah, ahirnya gue dan Santi ngentot di kamar ini. Sementara itu Kak Indah hanya jadi penonton saja sambil sesekali meremas payudaranya.
Santi terlihat sangat berpengalaman. Entah sudah berapa banyak jam terbangnya, hingga dia begitu mahir memuaskan nafsu birahi gue. Dalam permainan itu gue dan Santi masing-masing bisa orgasme hingga dua kali. Sebelum akhirnya istirahat makan dan menonton TV lagi.
Ketika jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, Kak Indah terlihat mengantuk. Dia pun pamit untuk pergi tidur ke kamarnya. Beberapa saat kemudian gue yang sudah datang lagi birahinya, mengajak santi untuk menutup malam dengan satu permainan lagi. Namun ternyata Santi punya rencana lain. Dia ingin melakukan bertiga bersama Kak Indah.
Gue pun tentu saja setuju dengan niatnya. Santi kemudian mengeluarkan selembar dasi almamater dari dalam tas. Kami pun masuk ke dalam kamar kakak gue dalam keadaan bugil. Di dalam kamar, Kak Indah ternyata sudah tidur dengan pulas.
“Liat kakak lu tuh kecapean… Berapa ronde tadi siang dia ngentot ama pacarnya…” kata Santi pelan supaya tidak membuat kakak gue terbangun.
Gue diarahkan santi untuk memegang tangan kak indah. Dengan beberapa gerakan saja tangan kak indah sudah teringat ke atas dengan dasi. Kak indah terbangun dan kaget melihat tangannya sudah terikat.
“Hei…!! Apa-apan sih nih? Santi…! Irfan…! Lepasin gue dong…!” teriak Kak Indah sambil berusaha membuka ikatan pada tangannya.
“Udah deh… Nikmatin aja Ndah… Gue pengen buat lu orgasme…” jawab Santi dengan tenangnya.
“Ayo Fan kita mulai kerjain kakak lu…” lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Santi melepas bagian bawah pakaian Kak Indah. Celana pendek dan celana dalamnya dilemparkan jauh-jauh. Sementara itu gue kebagian melepas kaos ketat dan bra milik Kak Indah. Tubuh kakak gue yang sudah telanjang bulat serta dalam keadaan terikat tidak berdaya sungguh terlihat sangat menggoda bagi siapapun yang menyaksikannya.
“Wow… Memek lu bagus banget Ndah…! Pantesan aja cowok lu demen banget ngentot…” puji Santi.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Santi langsung menjilati memek Kak Indah. Sementara gue dapat bagian payudaranya. Sesekali kami saling bertukar posisi menggarap Kak Indah. Diam-diam ternyata kakak gue juga ikut menikmati. Apalagi ketika Santi memberikan memeknya ke arah wajah Kak Indah, denga sangat rakus dia menjilatinya. Begitu juga ketika gue menyuguhkan ****** gue, Kak Indah juga tidak menolak. Kakak gue yang cantik itu akhirnya mencapai orgasme dengan jilatan lidah santi pada memeknya.
Ikatan dasi Santi kemudian dilepas ketika permainan kami bertiga semakin panas, dan tidak ada lagi penolakan dari kakak gue. Santi kemudian menyusul mencapai orgasme dengan jilatan lidah Kak Indah. Sementara itu gue juga telah mencapai klimaks di dalam memek Santi.