Tuesday, December 29, 2015

NGENTOT SAMA KAK INDAH YANG CANTIK

Main domino206 bisa dapat bonus hingga 50juta? klik di sini


Berikut ini adalah kisah nyata gue waktu masih duduk di kelas 2 SMP. Yaitu pengalaman mesum dengan kakak kandung gue sendiri! Oh iya, perkenalkan nama gue Irfan. Selamat menikmati.
Hari Jumat pukul 10 malam gue sedang asyik membaca buku stensilan di tempat tidur. Ditemani juga dengan majalah porno yang telah beberapa kali gue lihat bolak-balik. Maklumlah saat itu lagi musim-musimnya buku–buku begituan. Sebagai anak normal dalam masa puber, gue sedang penasaran dengan segala hal yang berbau porno. Buku-buku tersebut gue pinjam dari teman sekolah. Biasanya buku itu secara bergantian berputar tiap hari diantara teman-teman.
Lagi asyik-asyiknya membaca, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Kemudian muncul kakak kandung gue satu-satunya. Namanya Kak Indah, begitu gue memanggilnya. Usia kami terpaut sekitar 6 tahun. Sekarang dia sedang kuliah di awal semester 3.
Tentu saja gue buru-buru menyembunyikan buku yang gue baca di bawah bantal sambil berharap Kak Indah tidak mengetahui buku apa yang gue baca tadi.
“Fan… Anterin kakak beli nasi goreng yuk…” ajak Kak Indah dengan nada manja.
“Males ah Kak…” jawabku singkat.
Beginilah kebiasaan Kak Indah. Sering banget ngerasa lapar kalau sudah malam. Ujung-ujungnya gue disuruh mengant dia ke depan buat beli nasi goreng, sate, pecel lele atau yang lainnya.
“Ayo dong Fan… Kakak Laper nih…” kata kakak gue yang kali ini dengan wajah memelas.
“Sendirian aja kenapa? Lagi males nih…” ucap gue yang tetap pada pendirian.
“Jangan gitu dong Fan… Beneran laper bangeeet…” lanjut kakak gue terus memaksa.
“Makanya Kak… Jangan biasain makan malem… Badan udah gemuk juga masih makan malem-malem! Lama-lama juga kayak si Atun noh…!” ledek gue.
“Ini bukan gemuk tahu Fan! Ini namanya seksi… Sok tau lu anak kecil…! Hehehe…” kilahnya.
Kakak gue ini memang tidak gemuk, meskipun dia juga tidak dapat dikatakan langsing. Tubuh Kak indah terbilang montok. Wajar aja sih kalo dia mengatakan dirinya seksi. Karena memang sangat menarik untuk dipandang.
“Ayo dong…” ajak Kak Indah lagi sambil menarik lengan gue.
Karena gue memang lagi males. Gue bertahan aja di kasur. Tapi apa daya tarikan Kak Indah membuat posisi tubuh gue bergerak. Dan apa yang gue takutkan dari tadi ternyata menjadi kenyataan.
“Wah… Buku apaan tuh Fan?” mata Kak Indah tertuju ke buku porno yang tadi gue baca.
Ketika dia hendak mengambilnya gue buru-buru mengamankannya.
“Wah parah lu Fan…! Buku stensilan ya? Coba lihat sini…” pinta kakak gue.
“Apaan sih Kakak nih…!!” gue terus berusaha menyembunyikannya.
“Gue bilangin Mama lu…” ujar Kak Indah mengancam.
“Bilang aja ke Mama…! Emang buku apaan ini? Orang komik kura-kura ninja…” jawab gue bohong.
“Jangan ngibul lu Fan…! Orang jelas-jelas ada gambar cewek telanjangnya gitu kok…!” ucap Kak Indah yakin.
“Kura-kura ninja tahu…” gue masih saja terus berkelit.
“Bener ye kura-kura ninja? Gue bilangin Mama nih… Maaaah…!! Mmmhhh…!!!” teriak Kak Indah yang langsung saja buru-buru gue bekap mulut mungilnya itu.
“Jahat banget sih Kakak…!!” ******* gue.
Kak Indah terlihat berusaha membuka dekapan telapak tangan gue, hingga dia meronta-ronta.
“Awas…! Jangan bilang mama loh…” ancam gue.
Setelah dia menggangguk. Baru gue lepaskan perlahan tangan gue dari mulutnya.
“Janji lu Kak…” ucap gue lagi.
“Iya bawel…! Makanya kalo tadi lu mau nganterin Kakak kan nggak bakalan kejadian kayak begini…” kata kakak gue.
Perkataan kakak gue tadi memang ada benarnya. Maka sebagai upah tutup mulut, saat itu gue pun bersedia mengantarkannya membeli nasi goreng ke depan rumah. Namun dasar sial, setelah beli nasi goreng Kak Indah malah menyantap nasi gorengnya di kamarku. Memang ada untungnya juga, gue jadi bisa ikut menikmati nasi goreng. Tapi kan lebih baik kalo Kak Indah buru-buru pergi. Dan yang bikin kesal lagi, selagi makan Kak Indah terus menginterogasi gue tentang buku itu.
Setelah acara makan selesai Kak Indah malah memaksa ingin melihatnya “Coba dong liat buku yang tadi…”
“Eeeh… Anak cewek nggak boleh liat…!” ujar gue tegas.
“Yeee… Siapa bilang?” tanya kakak gue.
Dengan modal ancaman akan melaporkannya ke orangtua kami, akhirnya dengan terpaksa gue pun memberikannya. Kak Indah sendiri lebih tertarik dengan majalah porno dibandingkan buku stensilan.
Dengan cueknya kami pun membuka buku tersebut bersama-sama di tempat tidur.
“Gila kontolnya nih bule gede banget…!”celetuk Kak Indah.
“Ceweknya juga seksi loh Kak… Liat aja toketnya bagus banget kayak gitu…” aku menimpali.
Kak Indah berlama-lama ketika ada gambar ngentot bareng-bareng. Satu cewek di keroyok lima cowok bule. ******-****** bule itu masing-masing masuk ke memek, dubur dan mulut. Sementara dua ****** lagi di pegang oleh tangan kanan dan kiri cewek tersebut. Entahlah apa yang sedang ada di pikiran kakakku ini. Aku yang juga ikut menikmati gambar tersebut bersama sesekali melirik Kak Indah. Tidak hanya ke arah wajahnya, namun juga bokong, badan dan payudaranya.
“Oh iya… ****** lu berapa panjang Fan?” tanya Kak Indah tiba-tiba.
“Gak pernah di ukur Kak…” jawabku yang tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu.
Namun kemudian gue bangkit dari tempat tidur lalu turun ke lantai dan mengambil penggaris di dalam tas sekolah yang tergatung di dinding. Setelah itu aku turunkan celana pendek serta celana dalam lalu segera mengukur kontolku.
“Waaah… Udah gila lu yeh…” Kak Indah tampak kaget dengan aksi gue yang mengukur ****** di hadapannya.
“14 cm Kak…!” lapor gue sambil cengengesan.
“Ah… Masih kayak anak bocah… Hihihi…” kata Kak Indah datar walaupun gue dapat melihat raut wajahnya yang cukup terkesima.
Setelah itu gue kembali ke pembaringan, namun dengan penampilan sedikit berbeda, yaitu memakai celana pendek namun tanpa menggunakan celana dalam lagi.
“Woi… Pake celana dalamnya dulu sana…” perintah kakak gue.
Aku tidak mau menuruti perkataannya. Bahkan ****** yang tidak juga mau turun itu gue tempelkan pada bokong Kak Indah. Kini posisi gue sudah menindih Kak Indah yang sedang tengkurap sambil membaca majalah.
“Eeeh…!! Fan gila lu…!! Lepasin…!! Lepasin gueeee…!!!!”
Gue tidak mempedulikan omongannya. Aku bahkan mulai menggesek-gesek ****** ke bokongnya yang memakai celana pendek super ketat. Sementara tangan gue meremas-remas payudara Kak Indah dari belakang. Mulut gue kini ikut bergerilya ke bagian leher serta wajah Kak Indah. Kakak gue terus berusaha memberontak. Namun ternyata tenaga gue lebih kuat hingga berhasil menguasainya.
Tangannya sudah gue pegang dengan erat, sambil ****** ini terus menggesek bokong bahenol kakak gue.
“Fan… Lepasin dong… Lepasiiiin…!! Gue teriaaak nih…” kakak gue terus menolak namun kali ini dengan tenaga yang sudah hampir habis.
“Jangan dong Kak Indah… Gue kan cuma udah lama penasaran pengen ngerasain yang kayak gini…” jawab gue sambil terus meraba-raba tubuh seksi Kak Indah.
“Irfan… Pleaseee… Ja-jangan entot Kakak… Inget dong gue kan kakak kandung lu Fan…” mohon kakak gue.
Mendengar perkataannya, gue lalu meyakinkan Kak indah, bahwa gue tidak akan ngentot memeknya. Gue hanya ingin mengesek-gesekkan ****** supaya bisa orgasme. Rupanya Kak Indah mengerti dengan keinginan gue tadi. Dia pun membiarkan tubuhnya jadi objek birahi gue. bahkan ketika gue mengangkat kaos dan membongkar bra miliknya, dia tidak menolak lagi.
Namun penolakan baru terjadi ketika gue berusaha membuka celananya.
“Jangan dong… Entar ketauan Mama sama Papa…” kata Kak Indah.
“Aaah… Palingan mereka udah pada ketiduran abis maen…” ucap gue spontan.
“Sok tau deh lu…!” kata kakak gue.
“Beneran kok…! Mama sama Papa kalo maen hot banget deh Kak…” terang gue.
“Emangnya lu tau?” selidik Kak Indah.
“Iya… Gue pernah liat sekali… Waktu siang-siang, pintu kamar mereka kebuka sedikit… Ya udah gue tonton sampe kelar deh… Hehehe…” jawab gue.
Kak Indah mencubit pelan lengan gue “Kakak juga pernah denger sih waktu mereka maen di kamar mandi… Suara Mama sampe ngejerit-jerit loh…! Tapi itu udah lama banget… Waktu masih SMP…” cerita kakak gue.
Kami pun tertawa bersama namun tidak terlalu keras. Akhirnya Kak Indah mau membuka celananya. Kemudian baju dan bra, sehingga kini hanya menyisakan celana dalam warna putih. Tapi Kak Indah meminta gue untuk mengunci pintu kamar dulu.
“Janji lu fan jangan entot kakak… Nggak boleh…!” ujar Kak Indah mengingatkan.
Aku lalu mengangguk tanda menyanggupi. Maka dengan tidak sabar mulailah aku beraksi menikmati tubuh kakak gue sendiri. Mulai dari menindih, menciumi leher hingga menjilati payudara montoknya. Sementara kontolku terus bergerak menggesekan ke bagian-bagian tubuhnya supaya gue orgasme.
“Ooooh… Kakaaaak…!!” aku mendesah menikmati gesekan kontolku.
Hal yang paling mengagetkan adalah ketika gue terus menggesek dan menghisap payudaranya, Kak Indah mendesis sambil menyebut nama pacarnya. Gue sempat terhenti sesaat, namun tidak lama, karena birahi gue yang terus bergolak.
Hingga pada akhirnya sperma gue muncrat dan berceceran di celana dalam serta perut Kak Indah yang mulus dan rata.
“Udah keluar nih Kak…” kata gue sambil tersenyum senang.
Untuk membersihkan sperma yang tumpah dimana-mana, terpaksa kaos gue yang jadi tumbalnya.
“Gila lu Fan…! Banyak banget…” Kak Indah memperhatikan celana dalamnya yang di lumuri sperma.
Akhirnya dia lalu membuka celana dalam tersebut. Tentu saja kini Kak Indah telanjang bulat di hadapanku. Aku sempat terpaku pada memeknya yang tidak ditumbuhi jembut sama sekali. Pasti karena Kak Indah mencukurnya dengan rutin. Sungguh luar biasa indah seperti nama kakakku. Tubuh polosnya benar-benar sangat seksi. Jauh lebih menarik daripada cewek-cewek bule pemeran film bokep atau gambar cewek telanjang yang pernah gue lihat.
“Gara-gara lu nih Fan… Bikin repot aja…” gumamnya.
Setelah itu dia membantingkan lagi tubuhnya di kasur dalam posisi telentang. Tangannya meraih tangan gue, kemudian membimbing jari-jari gue untuk meraih memeknya. Tanpa diduga dia memainkan jari tengahku pada bibir memeknya, serta sesekali mengarahkannya ke klitoris. Ketika gerakan jari gue berjalan sendiri tanpa perlu dituntun, Kak Indah melepaskan pegangannya.
Kedua tangan Kak Indah meremas-remas payudaranya sendiri, sementara jari-jari gue terus bekerja pada memeknya.
“Ohhhh… Teruuuus Fan… Te-teruuuus…!! Iyaaa gituuu… Lagiiiii… Enaaaak bangeeeet…!!!” ceracau kakakku.
Benar-benar pemandangan panas yang tidak pernah gue bayangkan sebelumnya. Apalagi ketika Kak Indah memainkan lidahnya seakan memberi petunjuk agar gue menjilati memeknya. Tanpa pikir panjang gue mulai mengganti peran jari tangan ini dengan lidah untuk segera menjilat-jilat organ tubuh paling sensitifnya. Namun sebelum itu, gue sempat kaget ketika jari yang baru saja menari-nari di memek kakak gue sudah berubah bentuknya. Jari gue terlihat seperti melepuh, layaknya sedang kepanasan. Misteri jari yang di masukan ke memek hingga melepuh itu sampai kini masih membuat tanda tanya besar.
Karena ternyata bukan hanya pada memek kakak gue, di lain waktu juga terjadi hal yang sama ketika melakukan kepada memek cewek gue.
“Ouuughhhh… Faaaan…!! Aaahhh… Nikmaaaat… Nggghhhh…!!” kakak gue menjerit-jerit keenakan.
Setelah beberapa menit, Kak Indah akhirnya bisa mencapai orgsme dengan lidah gue “Ouuuuhhh… Oooooohhh… Enngh… Eeenngh… Kakak sampeeee Fan…”
Gue yang sudah sejak tadi terangsang, langsung menindihnya lagi. Kemudian menggesek-gesekkan ****** gue ke memeknya. Kak Indah sempat mengingatkan kembali agar gue tidak memasukan ****** gue ke dalam memeknya. Memang aku sempat berpikiran untuk tidak menghiraukan perkataannya, namun yang seperti ini juga sudah cukup enak. Namun tetap saja kadang-kadang birahi ini sulit untuk dikendalikan. Bahkan hampir saja kepala kontolku masuk ketika gue melakukan gerakan mendorong.
“Bentar dulu Fan…” kata Kak Indah yang kemudian merubah posisinya menjadi posisi duduk.
Gue hanya menatapnya dengan tatapan tidak rela karena harus kehilangan kenikmatan yang dari tadi sedang gue rasakan.
Ternyata kesabaran gue berbuah manis. Karena saat itu perbuatan kami semakin panas saja ketika Kak Indah ingin menyepong ****** gue sambil tangan gue mulai bekerja di kedua payudaranya. Sungguh terasa nikmat sekali ketika ****** gue dihisap seperti sekarang. Apalagi kenyataan bahwa yang melakukan adalah cewek cantik yang merupakan kakak kandung gue sendiri.
Gue semakin menerawang kemudian memejamkan mata karena inilah kenikmatan yang belum pernah gue rasakan sebelumnya.
“Kaaak…!! Enaknyaaaa…!!” kata gue sambil menikmati dorongan hebat pada ****** gue ini.
Saat Kak Indah sedang mengulum dan menyedot-nyedot kemaluan gue, dia mulai mengeluarkan suara-suara erotis diantara keluar dan masuknya ****** ini ke dalam mulutnya. Saat gue kembali membuka mata, gue melihat tangan kirinya meremas-remas payudaranya. Tidak heran badannya ikut bergetar saat mengulum ****** gue.
“Sluuurrrp… Hmmmm…” terdengar suara desahan Kak Indah yang sungguh merangsang.
Ketika ****** gue sudah tidak tahan menerima rangsangan, gue sempat memberi tanda karena sperma di dalam akan segera keluar. Kak Indah mengerti dan melepaskan hisapannya. Dia lalu telentang dan membuka lebar-lebar memeknya.
Belahan memek berwarna merah muda itu sepertinya sudah siap menerima rudal gue.
Namun hal tersebut harus gue urungkan karena Kak Indah kemudian berkata “Tumpahin di sini Fan… Jangan dimasukin yah…”
Setengah tidak rela, gue pun paham dengan maksudnya. Maka ketika gue orgasme gue menyemprotkan sperma tersebut ke arah memeknya.
“Aaaah…!! Kak Indaaaaah… Oooooh…” aku meneriakkan namanya ketika sperma gue keluar dalam jumlah yang tidak dapat dibilang sedikit.
Sebagian bahkan ikut masuk ke dalam daging merah dan sisanya lagi mengotori sekitar perut Kak Indah.
Gue dan Kak Indah lalu saling berperlukan, hingga akhirnya dia tidur di kamar gue tanpa ada kecurigaan dari orangtua kami. Begitulah kisah malam yang panas dengan kakak gue sendiri. Sejak saat itu, gue dan kak indah jadi semakin abrab. Bahkan Kak Indah secara terus terang bercerita bahwa dirinya sudah sering ngentot dengan pacarnya, namun tentu saja dia tidak membolehkan gue sebagai adiknya melakukan hal yang sama.
Kami berdua tetap sering mengadakan acara mesum seperti malam tersebut, Terutama ketika Kak Indah sedang meminta bantuan. Gue mengajukan syarat agar upahnya berupa pelayanan birahi. Tapi gue tetap tidak sampe memasukan ****** ke dalam memeknya.
Hingga pada suatu malam, gue yang sedang terangsang berniat sekali akan melakukan perbuatan mesum dengan Kak Indah. Tapi gue dongkol karena Ketika Kak Indah pulang ke rumah malah membawa temannya, bahkan kakak gue berkata bahwa dia akan menginap disini. Namanya adalah Santi, yang merupakan teman kuliahnya. Santi memang merupakan teman baik Kak Indah. Sudah sangat sering dia maen ke rumah, makanya gue sebenarnya sudah cukup akrab dengannya.
Karena niat gue terganggu dengan keberadaan Santi, maka sambil cemberut gue menonton TV tanpa ada niat mengobrol dengan mereka. Jika Kak Indah dan Santi bertanya, maka gue males-malesan menjawabnya. Martabak telor yang di bawa oleh kakak gue pun tidah selera untuk disantap. Kak Indah malah senyum-senyum saja melihat kelakuan gue begini sambil melahap martabak bawaannya.
“Adik lu jutek banget sih Ndah?” tanya Santi yang tidak mengerti dengan kelakuan gue yang berubah 180 derajat.
“Tau tuh… Salah makan kali…” canda kakak gue yang sepertinya sudah paham dengan aksi gue ini.
“Apa mungkin sakit Ndah? Liat aja tuh mukanya sampe pucet kayak gitu…” lanjut Santi yang masih penasaran.
“Hah? Burungnya kali yang sakit… Hehehe…” Kak Indah tertawa yang kemudian juga diikuti dengan ejekan Santi kepada gue.
Jadilah kedua cewek cantik itu menggoda gue terus-menerus. Mereka saling melempar kata dengan obyek penderitanya adalah gue yang sedang horny berat!
“Gue mau pipis dulu ya…” kata Santi kemudian pergi ke belakang.
Dia memang sudah tidak asing lagi dengan rumah ini. Jadi tidak perlu minta diantar seperti layaknya tamu baru.
“Kakak ngapain sih bawa santi nginep segala?” tanya gue ketika Santi sudah menghilang.
“Lah? Emang kenapa sih?” jawab Kak Indah dengan enteng.
Gue terus memarahi Kak Indah, sementara kakak gue tidak begitu peduli. Dia malah cengar–cengir saja menanggapinya. Bener juga memang, tidak ada salahnya teman-temannya pada menginap. Yang jadi masalahnya sekarang gue sedang ingin sekali berbuat mesum sama Kak Indah.
“Ndah… Pinjem kaos buat tidur dong… Sekalian celana pendeknya…” ujar Santi dari belakang.
Gue dibuat kaget setengah mati karena ketika Santi berjalan, dia tidak mengenakan sehelai benang pun alias telanjang bulat! Pakaian yang dia kenakan semula kini sudah berada di dalam genggaman tangannya. Tubuh Santi sungguh terlihat bagus. Sudah langsing, payudara besar menggantung hingga kulit yang putih.
“Udah lu tidur telanjang aja kayak gitu Sant…” kata Kak Indah asal.
“Tuh… Si Irfan aja doyan ngeliatin lu terus… Hehehe…” ledek Kak Indah sambil melihat ke arah gue yang masih terpaku dengan tubuh Santi.
Gue yang tersadar segera mengalihkan pandangan ketika mendengar ucapan Kak Indah seperti itu.
Lagi-lagi kedua cewek itu cekikian menggoda gue. Langsung saja gue pura-pura menonton TV saja.
Tanpa dapat diduga, tiba-tiba saja Santi mendekati tempat duduk gue.
“Gue tidur di kamar lu aja ya Fan…” ujar Santi pelan.
Santi lalu duduk di pangkuan gue. Dia kini menciumi wajah serta leher gue. Payudaranya yang tidak kalah besar dengan Kak Indah, mulai digesek-gesekkan ke dada gue. Tentu saja kelakuannya membuat gue terangsang berat. Namun gue tetap berlagak jual mahal.
“Daripada nonton TV nggak jelas kayak gitu, mendingan main sama gue deh…” lanjutnya lagi yang kali ini berhasil mengalihkan perhatian gue.
Santi mendekati telinga gue lalu berbisik “Gue udah tahu semua kelakuan lu sama si Indah… Makanya gue juga mau ikutan…”
Karena masih belum percaya begitu saja, gue langsung melirik ke arah Kak Indah yang sedang tersenyum-senyum penuh arti. Tidak lama Santi membuka kaos oblong gue. Kemudian dibangunkannya gue dari kursi.
Setelahnya, dia mulai membuka celana gue hingga bugil seluruhnya.
“Kontol adik lu udah keras banget… Lumayan panjang juga yah buat anak seumuran dia… Pantesan aja lu doyan Ndah…” ujar Santi kepada kakak gue yang tanpa banyak basa-basi lagi langsung mengulum ****** di depannya.
“Ssssh… Aggghh… Aaaaghh…!!” gue mendesis nikmat.
Hingga pada akhirnya gue pun larut dalam permainan Santi.
“Ajak gue ke kamar lu Fan… Gue lagi pengen banget ngentot nih…” bisik santi.
Dengan tidak sabar gue lalu menggirjng Santi ke kamar. Sesampainya di sana, gue terus diserang bertubi-tubi oleh Santi di atas kasur. Ketika Santi ingin memasukan ****** gue ke memeknya, tiba-tiba Kak Indah masuk.
“Eh… Tunggu…! Dasar udah pada gatel lu pada…” teriak kakak gue.
“Ganggu aja lu Ndah…! Gue udah berapa bulan nih nggak ngentot… Lah kalo lu baru juga berapa jam yang lalu ngentot ama cowok lu…” protes Santi kepada kakak gue.
Kak Indah hanya nyengir kuda. Dasar memang nih gue punya kakak model kayak begini.
“Oke… Gue paham deh… Sebenernya gini loh Fan… Kak Indah sengaja bawa Santi supaya lu bisa ngerasain yang namanya ngentot… Lagipula biar kita berdua nggak ngelakuin hal yang kayak dulu lagi… Gue takut aja ketauan sama Mama dan Papa…” terang Kak Indah panjang.
Lalu kakak gue melanjutkan kalau gue sekarang belum bisa berjanji, maka acara ini akan dibatalkan. Dengan berat hati gue menyetujuinya. Lagipula gue kan pengen ngerasaain yang namanya ngentot memek cewek. Karena Kak Indah juga tidak pernah memberikan memeknya dimasuki oleh ****** gue.
Begitulah, ahirnya gue dan Santi ngentot di kamar ini. Sementara itu Kak Indah hanya jadi penonton saja sambil sesekali meremas payudaranya.
Santi terlihat sangat berpengalaman. Entah sudah berapa banyak jam terbangnya, hingga dia begitu mahir memuaskan nafsu birahi gue. Dalam permainan itu gue dan Santi masing-masing bisa orgasme hingga dua kali. Sebelum akhirnya istirahat makan dan menonton TV lagi.
Ketika jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, Kak Indah terlihat mengantuk. Dia pun pamit untuk pergi tidur ke kamarnya. Beberapa saat kemudian gue yang sudah datang lagi birahinya, mengajak santi untuk menutup malam dengan satu permainan lagi. Namun ternyata Santi punya rencana lain. Dia ingin melakukan bertiga bersama Kak Indah.
Gue pun tentu saja setuju dengan niatnya. Santi kemudian mengeluarkan selembar dasi almamater dari dalam tas. Kami pun masuk ke dalam kamar kakak gue dalam keadaan bugil. Di dalam kamar, Kak Indah ternyata sudah tidur dengan pulas.
“Liat kakak lu tuh kecapean… Berapa ronde tadi siang dia ngentot ama pacarnya…” kata Santi pelan supaya tidak membuat kakak gue terbangun.
Gue diarahkan santi untuk memegang tangan kak indah. Dengan beberapa gerakan saja tangan kak indah sudah teringat ke atas dengan dasi. Kak indah terbangun dan kaget melihat tangannya sudah terikat.
“Hei…!! Apa-apan sih nih? Santi…! Irfan…! Lepasin gue dong…!” teriak Kak Indah sambil berusaha membuka ikatan pada tangannya.
“Udah deh… Nikmatin aja Ndah… Gue pengen buat lu orgasme…” jawab Santi dengan tenangnya.
“Ayo Fan kita mulai kerjain kakak lu…” lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Santi melepas bagian bawah pakaian Kak Indah. Celana pendek dan celana dalamnya dilemparkan jauh-jauh. Sementara itu gue kebagian melepas kaos ketat dan bra milik Kak Indah. Tubuh kakak gue yang sudah telanjang bulat serta dalam keadaan terikat tidak berdaya sungguh terlihat sangat menggoda bagi siapapun yang menyaksikannya.
“Wow… Memek lu bagus banget Ndah…! Pantesan aja cowok lu demen banget ngentot…” puji Santi.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Santi langsung menjilati memek Kak Indah. Sementara gue dapat bagian payudaranya. Sesekali kami saling bertukar posisi menggarap Kak Indah. Diam-diam ternyata kakak gue juga ikut menikmati. Apalagi ketika Santi memberikan memeknya ke arah wajah Kak Indah, denga sangat rakus dia menjilatinya. Begitu juga ketika gue menyuguhkan ****** gue, Kak Indah juga tidak menolak. Kakak gue yang cantik itu akhirnya mencapai orgasme dengan jilatan lidah santi pada memeknya.
Ikatan dasi Santi kemudian dilepas ketika permainan kami bertiga semakin panas, dan tidak ada lagi penolakan dari kakak gue. Santi kemudian menyusul mencapai orgasme dengan jilatan lidah Kak Indah. Sementara itu gue juga telah mencapai klimaks di dalam memek Santi.

0 comments:

Post a Comment