Main domino206 bisa dapat bonus hingga 50juta? klik di sini
Malam telah larut dimana jarum jam menunjukkan
pukul 23.15. Suasana sepi menyelimuti sebuah kost-
kostan yang terletak beberapa kilometer dari
Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.. Kost-kostan
tersebut lokasinya agak jauh dari keramaian
sehingga menjadi tempat favorit bagi siapa saja yang menginginkan suasana tenang dan sepi. Kost-
kostan yang memiliki jumlah kamar mencapai 30
kamar itu terasa sepi karena memang baru saja
dibuka untuk disewakan,hanya beberapa kamar
saja yang sudah ditempati, sehingga suasananya
dikala siang atau malam cukup lengang. Saat itu hujan turun lumayan deras, akan tetapi nampak
sesuatu telah terjadi disalah satu kamar dikost-
kostan itu. Seiring dengan turunnya air hujan, air mata Dinda
juga mulai turun berlinang disaat lelaki itu mulai
menyentuh tubuhnya yang sudah tidak berdaya itu.
Saat ini tubuhnya sudah dalam kekuasaan para lelaki
itu, rasa keputus asaan dan takut datang
menyelimuti dirinya. Beberapa menit yang lalu secara tiba- tiba dirinya diseregap oleh seseorang lelaki
disaat dia masuk kedalam kamar kostnya setibanya
dari sebuah tugas penerbangan. Kedua tangannya
langsung diikat kebelakang dengan seutas tali,
mulutnya disumpal dengan kain dan setelah itu
tubuhnya dicampakkan oleh lelaki itu keatas tempat tidurnya. Ingin rasanya dia berteriak meminta
pertolongan kepada teman-temannya akan tetapi
kendaraan antar jemput yang tadi mengantarkannya
sepertinya sudah jauh pergi meninggalkan kost-
kostan ini, padahal didalam
kendaraan tersebut banyak teman-temannya sesama karyawan. Dinda Fitria Septiani adalah seorang Pramugari pada
sebuah penerbangan swasta, usianya baru
menginjak 19 tahun, wajahnya cantik imut-imut,
postur tubuhnya tinggi dan langsing proporsional.
Dengan dianugerahi penampilan yang cantik ini
sangat memudahkan baginya untuk diterima bekerja sebagai seorang pramugari. Demikian pula
dengan karirnya dalam waktu yang singkat karena
kecantikannya itulah dia telah menjadi sosok
primadona di perusahaan penerbangan itu. Banyak
lelaki yang berusaha merebut hatinya, baik itu
sesama karyawan ditempatnya bekerja atau kawan- kawan lainya. Namun karena alasan masih ingin
berkarir maka dengan secara halus maksud-maksud
dari para lelaki itu ditolaknya. Akan tetapi tidak semua lelaki memahami atas sikap
dari Dinda itu. Paul adalah salah satu dari orang yang
tidak bisa menerima sikap Dinda terhadap dirinya.
Kini dirinya bersama dengan seorang temannya
telah melakukan seuatu perhitungan terhadap
Dinda. Rencana busuk dilakukannya terhadap Dinda. Malam ini mereka telah menyergap Dinda dikamar
kostnya. Paul adalah satu dari sekian banyaknya
lelaki yang menaruh hati kepada dirinya, akan tetapi
Paul bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan
baik karena kedudukannya bukanlah seorang
karyawan penerbangan ditempatnya bekerja atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah
seorang tukang batu yang bekerja dibelakang kost-
kostan ini. Ironisnya, Paul yang berusia setengah
abad lebih dan melebihi usia ayah Dinda itu lebih
sering menghalalkan segala cara dalam
mendapatkan sesuatu, maklumlah dia bukan seseorang yang terdidik. Segala tingkah laku dan
perbuatannyapun cenderung kasar, karena
memang dia hidup dilingkungan orang-orang yang
bertabiat kasar. “Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya
kepada Dinda yang tengah tergolek dikasurnya.
“Aku dapatkan kau sekarang….!”, lanjutnya. Sejak
perjumpaannya pertama dengan Dinda beberapa
bulan yang lalu, Paul langsung jatuh hati kepada
Dinda. Dimata Paul, Dinda bagaikan bidadari yang turun dari khayangan sehingga selalu hadir didalam
lamunnanya. Diapun berniat untuk menjadikannya
sebagai istri yang ke-4. Bak bukit merindukan bulan,
Paul tidak berdaya untuk mewujudkan impiannya
itu. Predikatnya sebagai tukang batu, duda dari 3
kali perkawinan, berusia 51 tahun, lusuh dan miskin menghanyutkan impiannya untuk dapat mendekati
sang bidadari itu.
Terlebih-lebih ada beberapa kali kejadian yang
sangat menyakitkan hatinya terkait dengan Dinda
sang bidadari bayangannya itu. Sering tegur
sapanya diacuhkan oleh Dinda,tatapan mata Dindapun selalu sinis terhadap dirinya. Lama
kelamaan didalam diri Paul tumbuh subur rasa benci
terhadap Dinda, penilaian terhadapnyapun berubah,
rasa kagumnya telah berubah menjadi benci namun
gairah nafsu sex terhadap Dinda tetap bersemi
didalam dirinya tumbuh subur menghantui dirinya selama ini. Akhirnya dipilihlah sebuah jalan pintas
untuk melampiaskan nafsunya itu, kalaupun
cintanya tidak dapat setidaknya dia dapat menikmati
tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam ini Paul
melakukan aksi nekat, diapun membulatkan hatinya
untuk memberi pelajaran kepada Dinda sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama ini mulai
tumbuh secara subur didalam dirinya. Kini sang bidadari itu telah tergeletak dihadapannya,
air matanyapun telah membasahi wajahnya yang
putih bersih itu. “Lihat aku, cewek *******…..!”,
hardiknya seraya memegang kepala Dinda dan
menghadapkan kewajahnya. “Hmmmphh….!!”,
jeritnya yang tertahan oleh kain yang menyumpal dimulutnya, mata Dinda pun melotot ketika
menyadari bahwa saat ini dia telah berhadapan
dengan Paul seseorang yang dibencinya. Hatinyapun
langsung ciut dan tergetar tatkala Paul yang berada
dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan,
“Hahaha….malam ini kamu jadi pemuasku, gadis cantik”. Keringatpun langsung mengucur deras
membasahi tubuh Dinda, wajahnya nampak tersirat
rasa takut yang dalam, dia menyadari betul akan
apa-apa yang bakal terjadi terhadap dirinya. Disaat
seperti inilah dia menyadari betul akan ketidak
berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya, akan sikap- sikapnya yang tidak berhati-
hati terhadap Paul. Kini dihadapan Dinda, Paul mulai melepaskan baju
kumalnya satu persatu hingga akhirnya telanjang
bulat. Walaupun telah berusia setengah abad lebih,
namun karena pekerjaannya sebagai buruh kasar
maka Paul memiliki tubuh yang atletis, badannya
hitam legam dan kekar, beberapa buah tatto menghiasi dadanya yang bidang itu. Isak tangis
mulai keluar dari mulut Dinda, disaat paul mulai
mendekat ketubuhnya. Tangan kanannya
memegang batang kemaluannya yang telah tegak
berdiri itu dan diarahkannya kewajah Dinda. Melihat
ini Dinda berusaha memalingkan wajahnya, namun tangan kiri Paul secepat kilat mencengkram erat
kepala Dinda dan mengalihkannya lagi persis
menghadap ke batang kemaluannya.. Dan setelah itu
dioles-oleskannya batang kemaluannya itu diwajah
Dinda, dengan tubuh yang bergetar Dinda hanya
bisa memejamkan matanya dengan erat karena merasa ngeri dan jijik diperlakukan seperti itu.
Sementara kepala tidak bisa bergerak-gerak karena
dicengkraman erat oleh tangan Paul.
“Ahhh….perkenalkan rudal gue ini
sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus mengoles-
oleskan batang kemaluannya diwajah Dinda, memutar-mutar dibagian pipi, dibagian mata, dahi
dan hidungnya. Melalui batang kemaluannya itu Paul
tengah menikmati kehalusan wajah Dinda. “Hai
cantik !….sekarang sudah kenal kan dengan ******
gue ini, seberapa mahal sih wajah cantik elo itu hah ?
sekarang kena deh ama ****** gue ini….”, sambungnya. Setelah puas dengan itu, kini Paul mendorong tubuh
Dinda hingga kembali terjatuh kekasurnya.
Sejenak dikaguminya tubuh Dinda yang tergolek tak
berdaya ditempat tidurnya itu. Baju seragam
pramugarinya masih melekat rapi dibadannya. Baju
dalaman putih dengan dasi kupu-kupu berwarna biru ditutup oleh blazer yang berwarna kuning tua
serta rok pendeknya yang berwarna biru seolah
semakin membangkitkan birahi Paul, apalagi roknya
agak tersingkap hingga pahanya yang putih mulus
itu terlihat. Rambutnya yang panjang sebahu masih
digelung sementara itu topi pramugarinya telah tergeletak jatuh disaat penyergapan lagi.
“Hmmpphhh…mmhhh…”, sepertinya Dinda ingin
mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa
perdulinya paling-paling cuma
permintaan ampun dan belas kasihan. Tanpa
membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Dinda menjadi tengkurap, kedua tangannya yang terikat
kebelakang menempel dipunggung sementara dada
dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan
kasar Paul itu kini mengusap-usap bagian pantat
Dinda, dirasakan olehnya pantat Dinda yang sekal.
Sesekali tangannya menyabet bagian itu bagai seorang ibu yang tengah menyabet pantat anaknya
yang nakal “Plak…Plak…”. “Wah sekal sekali
pantatmu…”, ujar Paul sambil terus mengusap-usap
dan memijit- mijit pantat Dinda.
Dinda hanya diam pasrah, sementara tangisannya
terus terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Paul secara perlahan-
lahan mengusap kaki Dinda mulai dari betis naik
terus kebagian paha dan akhirnya menyusup masuk
kedalam roknya hingga menyentuh kebagian
selangkangannya. Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan
kanan Paul, yaitu jari tengahnya menyusup masuk
kecelana dalamnya dan langsung menyentuh
kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan
Dinda agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-
ronta, namun jari tengah Paul tadi langsung menusuk lobang kemaluan Dinda.
“Egghhmmmmm…….”, Dinda menjerit badannya
mengejang tatkala jari telunjuk Paul masuk kedalam
liang kewanitaannya itu. Badan Dindapun langsung
menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan, ketika
Paul memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Dinda. Dengan tersenyum terus dikorek-
koreknyalah lobang kemaluan Dinda, sementara itu
badan Dinda menggeliat-geliat jadinya, matanya
merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan-
rintihan yang teredam oleh kain yang menyumpal
mulutnya itu “Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan
Dindapun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya,
Paul kemudian mencabut jarinya. Tubuh Dindapun dibalik sehingga posisinya
terlentang. Setelah itu roknya disingkapkan keatas
hingga rok itu melingkar dipinggulnya dan celana
dalamnya yang berwarna putih itu ditariknya hingga
bagian bawah Dinda kini telanjang. Terlihat oleh
Paul, kemaluan Dinda yang indah, sedikit bulu-bulu tipis yang tumbuh mengitari lobang kemaluannya
yang telah membengkak itu.
Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki
Dinda hingga mengangkang setelah itu ditekuknya
hingga kedua pahanya menyentuh ke bagian dada.
Wajah Dinda semakin tegang, tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun telah basah oleh
keringat yang deras membanjiri tubuhnya, Paul
bersiap-siap melakukan penetrasi ketubuh Dinda.
“Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp…. ..”, Dinda
menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika
Paul mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Dinda. Matanya terbelalak
menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya
menggeliat-geliat sementara Paul terus berusaha
menancapkan seluruh batang kemaluannya.
Memang agak sulit selain Dinda masih perawan,
usianyapun masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit. Akhirnya dengan
sekuat tenaganya, Paul berhasil menanamkan
seluruh batang kemaluannya didalam vagina Dinda.
Tubuh Dinda berguncang-guncang disaat itu karena
dia menangis merasakan sakit dan pedih tak
terkirakan dikemaluannya itu. Diapun menyadari bahwa malam itu keperawanannya akhirnya
terenggut oleh Paul. “Ahh….kena kau sekarang !!!
akhirnya Gue berhasil mendapatkan perawan elo !”,
bisiknya ketelinga Dinda. Hujanpun semakin deras, suara guntur membahana
memiawakkan telinga. Karena ingin mendengar
suara rintihan gadis yang telah ditaklukkannya itu,
dibukannya kain yang sejak tadi menyumpal mulut
Dinda. “Oouuhhh…..baang….saakiitt…banngg….amp
uunn …”, rintih Dinda dengan suara yang megap- megap. Jelas Paul tidak perduli. Dia malahan
langsung menggenjot tubuhnya memopakan
batang kemaluannya keluar masuk lobang
kemaluan Dinda. “Aakkhh….ooohhh
h….oouuhhhh….ooohhhggh… .”, Dinda merintih-
rintih, disaat tubuhnya digenjot oleh Paul, badannyapun semakin menggeliat-geliat. Tidak
disadarinya justru badannya yang menggeliat-geliat
itu malah memancing nafsu Paul, karena dengan
begitu otot-otot dinding vaginanya malah semakin
ikut mengurut-urut batang kemaluan Paul yang
tertanam didalamnya, karenanya Paul merasa semakin nikmat. Menit-menitpun berlalu dengan
cepat, masih dengan sekuat tenaga Paul terus
menggenjot tubuh Dinda, Dindapun nampak
semakin kepayahan karena sekian lamanya Paul
menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya
seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan
hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara
itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan
rintihan lemah, “Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…”. Dan
akhirnya Paulpun berejakulasi di lobang kemaluan
Dinda, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Dinda.
“A..aakkhhh…..”, sambil mengejan Paul melolong
panjang bak srigala, tubuhnya mengeras dengan
kepala menengadah keatas. Puas sudah dia
menyetubuhi Dinda, rasa puasnya berlipat-lipat baik
itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menaklukan Dinda, puas dalam
merobek keperawanan Dinda dan puas dalam
memberi pelajaran kepada gadis cantik itu. Dinda
menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba
terbelalak, dia sadar bahwa pasangannya telah
berejakulasi karena disakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya.
Cairan kental hangat yang bercampur darah itu
memenuhi lobang kemaluan Dinda sampai sampai
meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur.
Dinda yang menyadari itu semua, mulai menangis
namun kini tubuhnya sudah lemah sekali. Dengan mendesah puas Paul merebahkan tubuhnya
diatas tubuh Dinda, kini kedua tubuh itu jatuh lunglai
bagai tak bertulang. Tubuh Paul nampak
terguncang-guncang sebagai akibat dari isak tangis
dari Dinda yang tubuhnya tertindih tubuh Paul.
Setelah beberapa menit membiarkan batang kemaluannya tertanam dilobang kemaluan Dinda,
kini Paul mencabutnya seraya bangkit dari tubuh
Dinda. Badannya berlutut mengangkangi tubuh
lunglai Dinda yang terlentang, kemaluannya yang
nampak sudah melemas itu kembali sedikit- demi
sedikit menegang disaat merapat kewajah Dinda. Dikala sudah benar-benar menegang, tangan kanan
Paul sekonyong-konyong meraih kepala Dinda.
Dinda yang masih meringis-ringis dan menangis
tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan Paul.
Terlebih-lebih melihat batang kemaluan Paul yang
telah menegang itu berkedudukan persis dihadapan wajahnya. Belum lagi sempat menjerit, Paul sudah
mencekoki mulutnya dengan batang kemaluannya.
Walau Dinda berusaha berontak namun akhirnya
Paul berhasil menanamkan penisnya itu kemulut
Dinda. Nampak Dinda seperti akan muntah, karena
mulutnya merasakan batang kemaluan Paul yang masih basah oleh cairan sperma itu. Setelah itu Paul
kembali memopakan batang kemaluannya didalam
rongga mulut Dinda, wajah Dinda memerah jadinya,
matanya melotot, sesekali dia terbatuk-batuk dan
akan muntah. Namun Paul dengan santainya terus
memompakan keluar masuk didalam mulut Dinda, sesekali juga dengan gerakan memutar-mutar.
“Aahhhh….”, sambil memejamkan mata Paul
merasakan kembali kenikmatan di batang
kemaluannya itu mengalir kesekujur tubuhnya. Rasa
dingin, basah dan geli dirasakannya dibatang
kemaluannya. Dan akhirnya, “Oouuuuhhhh…Din ndaaaa…sayanggg… ..”, Paul mendesah panjang
ketika kembali batang kemaluannya berejakulasi
yang kini dimulut Dinda. Dengan terbatuk-batuk
Dinda menerimanya, walau sperma yang
dimuntahkan oleh Paul jumlahnya tidak banyak
namun cukup memenuhi rongga mulut Dinda hingga meluber membasahi pipinya. Setelah
memuntahkan spermanya Paul mencabut batang
kemaluannya dari mulut Dinda, dan Dindapun
langsung muntah-muntah dan batuk-batuk dia
nampak berusaha untuk mengeluarkan cairan-
cairan itu namun sebagian besar sperma Paul tadi telah mengalir masuk ketenggorokannya. Saat ini wajah Dinda sudah acak- acakan akan tetapi
kecantikannya masih terlihat, karena memang
kecantikan dirinya adalah kecantikan yang alami
sehingga dalam kondisi apapun selalu cantik
adanya. Dengan wajah puas sambil menyadarkan
tubuhnya didinding kasur, Paulpun menyeringai melihat Dinda yang masih terbatuk-batuk. Paul
memutuskan untuk beristirahat sejenak,
mengumpulkan kembali tenaganya. Sementara itu
tubuh Dinda meringkuk dikasur sambil terisak-isak.
Waktupun berlalu, jam didinding kamar Dinda telah
menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil santai Paulpun menyempatkan diri mengorek-ngorek isi
laci lemari Dinda yang terletak disamping tempat
tidur. Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Dinda,
nampak wajah-wajah cantik Dinda menghiasi isi
album itu, Dinda yang anggun dalam pakaian
seragam pramugarinya, nampak cantik juga dengan baju muslimnya lengkap dengan ****** ketika foto
bersama keluarganya saat lebaran kemarin dikota
asalnya yaitu Bandung. Kini gadis cantik itu tergolek
lemah dihadapannya, setengah badannya telanjang,
kemaluannya nampak membengkak. Selain itu,
ditemukan pula beberapa lembar uang yang berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas
didalam laci itu, dengan tersenyum Paul
memasukkan itu semua kedalam kantung celana
lusuhnya, “Sambil menyelam minum air”, batinnya. Setelah setengah jam lamanya Paul bersitirahat,kini
dia bangkit mendekati tubuh Dinda. Diambilnya
sebuah gunting besar yang dia temukan tadi
didalam laci. Dan setelah itu dengan gunting itu, dia
melucuti baju seragam pramugari Dinda satu persatu.
Singkatnya kini tubuh Dinda telah telanjang bulat, rambutnyapun yang hitam lurus dan panjang
sebahu yang tadi digelung rapi kini digerai oleh Paul
sehingga menambah keindahan menghiasi
punggung Dinda. Sejenak Paul mengagumi
keindahan tubuh Dinda, kulitnya putih bersih,
pinggangnya ramping, payudaranya yang tidak terlalu besar, kemaluannya yang walau nampak
bengkak namun masih terlihat indah menghias
selangkangan Dinda. Tubuh Dinda nampak penuh
dengan kepasrahan, badannya kembali tergetar
menantikan akan apa-apa yang akan terjadi
terhadap dirinya. Sementara itu hujan diluar masih turun dengan
derasnya, udara dingin mulai masuk kedalam kamar
yang tidak terlalu besar itu. Udara dingin itulah yang
kembali membangkitkan nafsu birahi Paul. Setelah
hampir sejam lamanya memberi istirahat kepada
batang kemaluannya kini batang kemaluannya kembali menegang. Dihampirinya tubuh telanjang
Dinda, “Yaa…ampuunnn bangg…udah dong….Dinda
minta ampunn bangg…oohhh….”, Dinda nampak
memelas memohon-mohon kepada Paul. Paul hanya
tersenyum saja mendengar itu semua, dia mulai
meraih badan Dinda. Kini dibaliknya tubuh telanjang Dinda itu hingga dalam posisi tengkurap. Setelah itu
ditariknya tubuh itu hingga ditepi tempat tidur,
sehingga kedua lutut Dinda menyentuh lantai
sementara dadanya masih menempel kasur
dipinggiran tempat tidur, Paulpun berada dibelakang
Dinda dengan posisi menghadap punggung Dinda. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki
Dinda selebar bahu, dan…. “Aaaaaaaaakkkkh
h………”, Dinda melolong panjang, badannya
mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat
Paul menanamkan batang kemaluannya didalam
lobang anus Dinda. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah
selangkangannya, dengan agak susah payah
kembali Paul berhasil menanamkan batang
kemaluannya didalam lobang anus Dinda. Setelah itu
tubuh Dindapun kembali disodok-sodok, kedua
tangan Paul meraih payudara Dinda serta meremas- remasnya. Setengah jam lamnya Paul menyodomi
Dinda, waktu yang lama bagi Dinda yang semakin
tersiksa itu. “Eegghhh….aakkhhh….oohhh…”,
dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-
sodok Dinda merintih-rintih, sementara itu kedua
payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Paul. Paul kembali merasakan akan mendapatkan
klimaks, dengan gerakan secepat kilat dicabutnya
batang kemaluan itu dari lobang anus Dinda dan
dibaliklah tubuh Dinda itu hingga kini posisinya
terlentang. Secepat kilatpula dia yang kini berada
diatas tubuh Dinda menghujamkan batang kemaluannya kembali didalam vagina Dinda.
“Oouuffffhhh……”, Dinda merintih dikala paul
menanamkan batang kemaluannya itu. Tidak lama
setelah Paul memompakan kemaluannya didalam
liang vagina Dinda “CCREETT….CCRROOOT…CROOTT…”,
kembali penis Paul memuntahkan sperma membasahi rongga vagina Dinda, dan Dindapun
terjatuh tak sadarkan diri. Fajar telah menjelang, Paul nampak meninggalkan
kamar kost Dinda dengan tersenyum penuh dengan
kemenangan, sebatang rokok menemaninya dalam
perjalanannya kesebuah stasiun bus antar kota,
sementara itu sakunya penuh dengan lembaran
uang dan perhiasan emas. Entah apa yang akan terjadi dengan Dinda sang pramugari cantik imut-
imut itu, apakah dia masih menjual mahal dirinya.
Entahlah, yang jelas setelah dia berhasil menikmati
gadis cantik itu, hal itu bukan urusannya lagi.
pukul 23.15. Suasana sepi menyelimuti sebuah kost-
kostan yang terletak beberapa kilometer dari
Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.. Kost-kostan
tersebut lokasinya agak jauh dari keramaian
sehingga menjadi tempat favorit bagi siapa saja yang menginginkan suasana tenang dan sepi. Kost-
kostan yang memiliki jumlah kamar mencapai 30
kamar itu terasa sepi karena memang baru saja
dibuka untuk disewakan,hanya beberapa kamar
saja yang sudah ditempati, sehingga suasananya
dikala siang atau malam cukup lengang. Saat itu hujan turun lumayan deras, akan tetapi nampak
sesuatu telah terjadi disalah satu kamar dikost-
kostan itu. Seiring dengan turunnya air hujan, air mata Dinda
juga mulai turun berlinang disaat lelaki itu mulai
menyentuh tubuhnya yang sudah tidak berdaya itu.
Saat ini tubuhnya sudah dalam kekuasaan para lelaki
itu, rasa keputus asaan dan takut datang
menyelimuti dirinya. Beberapa menit yang lalu secara tiba- tiba dirinya diseregap oleh seseorang lelaki
disaat dia masuk kedalam kamar kostnya setibanya
dari sebuah tugas penerbangan. Kedua tangannya
langsung diikat kebelakang dengan seutas tali,
mulutnya disumpal dengan kain dan setelah itu
tubuhnya dicampakkan oleh lelaki itu keatas tempat tidurnya. Ingin rasanya dia berteriak meminta
pertolongan kepada teman-temannya akan tetapi
kendaraan antar jemput yang tadi mengantarkannya
sepertinya sudah jauh pergi meninggalkan kost-
kostan ini, padahal didalam
kendaraan tersebut banyak teman-temannya sesama karyawan. Dinda Fitria Septiani adalah seorang Pramugari pada
sebuah penerbangan swasta, usianya baru
menginjak 19 tahun, wajahnya cantik imut-imut,
postur tubuhnya tinggi dan langsing proporsional.
Dengan dianugerahi penampilan yang cantik ini
sangat memudahkan baginya untuk diterima bekerja sebagai seorang pramugari. Demikian pula
dengan karirnya dalam waktu yang singkat karena
kecantikannya itulah dia telah menjadi sosok
primadona di perusahaan penerbangan itu. Banyak
lelaki yang berusaha merebut hatinya, baik itu
sesama karyawan ditempatnya bekerja atau kawan- kawan lainya. Namun karena alasan masih ingin
berkarir maka dengan secara halus maksud-maksud
dari para lelaki itu ditolaknya. Akan tetapi tidak semua lelaki memahami atas sikap
dari Dinda itu. Paul adalah salah satu dari orang yang
tidak bisa menerima sikap Dinda terhadap dirinya.
Kini dirinya bersama dengan seorang temannya
telah melakukan seuatu perhitungan terhadap
Dinda. Rencana busuk dilakukannya terhadap Dinda. Malam ini mereka telah menyergap Dinda dikamar
kostnya. Paul adalah satu dari sekian banyaknya
lelaki yang menaruh hati kepada dirinya, akan tetapi
Paul bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan
baik karena kedudukannya bukanlah seorang
karyawan penerbangan ditempatnya bekerja atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah
seorang tukang batu yang bekerja dibelakang kost-
kostan ini. Ironisnya, Paul yang berusia setengah
abad lebih dan melebihi usia ayah Dinda itu lebih
sering menghalalkan segala cara dalam
mendapatkan sesuatu, maklumlah dia bukan seseorang yang terdidik. Segala tingkah laku dan
perbuatannyapun cenderung kasar, karena
memang dia hidup dilingkungan orang-orang yang
bertabiat kasar. “Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya
kepada Dinda yang tengah tergolek dikasurnya.
“Aku dapatkan kau sekarang….!”, lanjutnya. Sejak
perjumpaannya pertama dengan Dinda beberapa
bulan yang lalu, Paul langsung jatuh hati kepada
Dinda. Dimata Paul, Dinda bagaikan bidadari yang turun dari khayangan sehingga selalu hadir didalam
lamunnanya. Diapun berniat untuk menjadikannya
sebagai istri yang ke-4. Bak bukit merindukan bulan,
Paul tidak berdaya untuk mewujudkan impiannya
itu. Predikatnya sebagai tukang batu, duda dari 3
kali perkawinan, berusia 51 tahun, lusuh dan miskin menghanyutkan impiannya untuk dapat mendekati
sang bidadari itu.
Terlebih-lebih ada beberapa kali kejadian yang
sangat menyakitkan hatinya terkait dengan Dinda
sang bidadari bayangannya itu. Sering tegur
sapanya diacuhkan oleh Dinda,tatapan mata Dindapun selalu sinis terhadap dirinya. Lama
kelamaan didalam diri Paul tumbuh subur rasa benci
terhadap Dinda, penilaian terhadapnyapun berubah,
rasa kagumnya telah berubah menjadi benci namun
gairah nafsu sex terhadap Dinda tetap bersemi
didalam dirinya tumbuh subur menghantui dirinya selama ini. Akhirnya dipilihlah sebuah jalan pintas
untuk melampiaskan nafsunya itu, kalaupun
cintanya tidak dapat setidaknya dia dapat menikmati
tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam ini Paul
melakukan aksi nekat, diapun membulatkan hatinya
untuk memberi pelajaran kepada Dinda sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama ini mulai
tumbuh secara subur didalam dirinya. Kini sang bidadari itu telah tergeletak dihadapannya,
air matanyapun telah membasahi wajahnya yang
putih bersih itu. “Lihat aku, cewek *******…..!”,
hardiknya seraya memegang kepala Dinda dan
menghadapkan kewajahnya. “Hmmmphh….!!”,
jeritnya yang tertahan oleh kain yang menyumpal dimulutnya, mata Dinda pun melotot ketika
menyadari bahwa saat ini dia telah berhadapan
dengan Paul seseorang yang dibencinya. Hatinyapun
langsung ciut dan tergetar tatkala Paul yang berada
dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan,
“Hahaha….malam ini kamu jadi pemuasku, gadis cantik”. Keringatpun langsung mengucur deras
membasahi tubuh Dinda, wajahnya nampak tersirat
rasa takut yang dalam, dia menyadari betul akan
apa-apa yang bakal terjadi terhadap dirinya. Disaat
seperti inilah dia menyadari betul akan ketidak
berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya, akan sikap- sikapnya yang tidak berhati-
hati terhadap Paul. Kini dihadapan Dinda, Paul mulai melepaskan baju
kumalnya satu persatu hingga akhirnya telanjang
bulat. Walaupun telah berusia setengah abad lebih,
namun karena pekerjaannya sebagai buruh kasar
maka Paul memiliki tubuh yang atletis, badannya
hitam legam dan kekar, beberapa buah tatto menghiasi dadanya yang bidang itu. Isak tangis
mulai keluar dari mulut Dinda, disaat paul mulai
mendekat ketubuhnya. Tangan kanannya
memegang batang kemaluannya yang telah tegak
berdiri itu dan diarahkannya kewajah Dinda. Melihat
ini Dinda berusaha memalingkan wajahnya, namun tangan kiri Paul secepat kilat mencengkram erat
kepala Dinda dan mengalihkannya lagi persis
menghadap ke batang kemaluannya.. Dan setelah itu
dioles-oleskannya batang kemaluannya itu diwajah
Dinda, dengan tubuh yang bergetar Dinda hanya
bisa memejamkan matanya dengan erat karena merasa ngeri dan jijik diperlakukan seperti itu.
Sementara kepala tidak bisa bergerak-gerak karena
dicengkraman erat oleh tangan Paul.
“Ahhh….perkenalkan rudal gue ini
sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus mengoles-
oleskan batang kemaluannya diwajah Dinda, memutar-mutar dibagian pipi, dibagian mata, dahi
dan hidungnya. Melalui batang kemaluannya itu Paul
tengah menikmati kehalusan wajah Dinda. “Hai
cantik !….sekarang sudah kenal kan dengan ******
gue ini, seberapa mahal sih wajah cantik elo itu hah ?
sekarang kena deh ama ****** gue ini….”, sambungnya. Setelah puas dengan itu, kini Paul mendorong tubuh
Dinda hingga kembali terjatuh kekasurnya.
Sejenak dikaguminya tubuh Dinda yang tergolek tak
berdaya ditempat tidurnya itu. Baju seragam
pramugarinya masih melekat rapi dibadannya. Baju
dalaman putih dengan dasi kupu-kupu berwarna biru ditutup oleh blazer yang berwarna kuning tua
serta rok pendeknya yang berwarna biru seolah
semakin membangkitkan birahi Paul, apalagi roknya
agak tersingkap hingga pahanya yang putih mulus
itu terlihat. Rambutnya yang panjang sebahu masih
digelung sementara itu topi pramugarinya telah tergeletak jatuh disaat penyergapan lagi.
“Hmmpphhh…mmhhh…”, sepertinya Dinda ingin
mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa
perdulinya paling-paling cuma
permintaan ampun dan belas kasihan. Tanpa
membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Dinda menjadi tengkurap, kedua tangannya yang terikat
kebelakang menempel dipunggung sementara dada
dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan
kasar Paul itu kini mengusap-usap bagian pantat
Dinda, dirasakan olehnya pantat Dinda yang sekal.
Sesekali tangannya menyabet bagian itu bagai seorang ibu yang tengah menyabet pantat anaknya
yang nakal “Plak…Plak…”. “Wah sekal sekali
pantatmu…”, ujar Paul sambil terus mengusap-usap
dan memijit- mijit pantat Dinda.
Dinda hanya diam pasrah, sementara tangisannya
terus terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Paul secara perlahan-
lahan mengusap kaki Dinda mulai dari betis naik
terus kebagian paha dan akhirnya menyusup masuk
kedalam roknya hingga menyentuh kebagian
selangkangannya. Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan
kanan Paul, yaitu jari tengahnya menyusup masuk
kecelana dalamnya dan langsung menyentuh
kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan
Dinda agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-
ronta, namun jari tengah Paul tadi langsung menusuk lobang kemaluan Dinda.
“Egghhmmmmm…….”, Dinda menjerit badannya
mengejang tatkala jari telunjuk Paul masuk kedalam
liang kewanitaannya itu. Badan Dindapun langsung
menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan, ketika
Paul memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Dinda. Dengan tersenyum terus dikorek-
koreknyalah lobang kemaluan Dinda, sementara itu
badan Dinda menggeliat-geliat jadinya, matanya
merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan-
rintihan yang teredam oleh kain yang menyumpal
mulutnya itu “Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan
Dindapun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya,
Paul kemudian mencabut jarinya. Tubuh Dindapun dibalik sehingga posisinya
terlentang. Setelah itu roknya disingkapkan keatas
hingga rok itu melingkar dipinggulnya dan celana
dalamnya yang berwarna putih itu ditariknya hingga
bagian bawah Dinda kini telanjang. Terlihat oleh
Paul, kemaluan Dinda yang indah, sedikit bulu-bulu tipis yang tumbuh mengitari lobang kemaluannya
yang telah membengkak itu.
Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki
Dinda hingga mengangkang setelah itu ditekuknya
hingga kedua pahanya menyentuh ke bagian dada.
Wajah Dinda semakin tegang, tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun telah basah oleh
keringat yang deras membanjiri tubuhnya, Paul
bersiap-siap melakukan penetrasi ketubuh Dinda.
“Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp…. ..”, Dinda
menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika
Paul mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Dinda. Matanya terbelalak
menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya
menggeliat-geliat sementara Paul terus berusaha
menancapkan seluruh batang kemaluannya.
Memang agak sulit selain Dinda masih perawan,
usianyapun masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit. Akhirnya dengan
sekuat tenaganya, Paul berhasil menanamkan
seluruh batang kemaluannya didalam vagina Dinda.
Tubuh Dinda berguncang-guncang disaat itu karena
dia menangis merasakan sakit dan pedih tak
terkirakan dikemaluannya itu. Diapun menyadari bahwa malam itu keperawanannya akhirnya
terenggut oleh Paul. “Ahh….kena kau sekarang !!!
akhirnya Gue berhasil mendapatkan perawan elo !”,
bisiknya ketelinga Dinda. Hujanpun semakin deras, suara guntur membahana
memiawakkan telinga. Karena ingin mendengar
suara rintihan gadis yang telah ditaklukkannya itu,
dibukannya kain yang sejak tadi menyumpal mulut
Dinda. “Oouuhhh…..baang….saakiitt…banngg….amp
uunn …”, rintih Dinda dengan suara yang megap- megap. Jelas Paul tidak perduli. Dia malahan
langsung menggenjot tubuhnya memopakan
batang kemaluannya keluar masuk lobang
kemaluan Dinda. “Aakkhh….ooohhh
h….oouuhhhh….ooohhhggh… .”, Dinda merintih-
rintih, disaat tubuhnya digenjot oleh Paul, badannyapun semakin menggeliat-geliat. Tidak
disadarinya justru badannya yang menggeliat-geliat
itu malah memancing nafsu Paul, karena dengan
begitu otot-otot dinding vaginanya malah semakin
ikut mengurut-urut batang kemaluan Paul yang
tertanam didalamnya, karenanya Paul merasa semakin nikmat. Menit-menitpun berlalu dengan
cepat, masih dengan sekuat tenaga Paul terus
menggenjot tubuh Dinda, Dindapun nampak
semakin kepayahan karena sekian lamanya Paul
menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya
seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan
hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara
itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan
rintihan lemah, “Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…”. Dan
akhirnya Paulpun berejakulasi di lobang kemaluan
Dinda, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Dinda.
“A..aakkhhh…..”, sambil mengejan Paul melolong
panjang bak srigala, tubuhnya mengeras dengan
kepala menengadah keatas. Puas sudah dia
menyetubuhi Dinda, rasa puasnya berlipat-lipat baik
itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menaklukan Dinda, puas dalam
merobek keperawanan Dinda dan puas dalam
memberi pelajaran kepada gadis cantik itu. Dinda
menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba
terbelalak, dia sadar bahwa pasangannya telah
berejakulasi karena disakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya.
Cairan kental hangat yang bercampur darah itu
memenuhi lobang kemaluan Dinda sampai sampai
meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur.
Dinda yang menyadari itu semua, mulai menangis
namun kini tubuhnya sudah lemah sekali. Dengan mendesah puas Paul merebahkan tubuhnya
diatas tubuh Dinda, kini kedua tubuh itu jatuh lunglai
bagai tak bertulang. Tubuh Paul nampak
terguncang-guncang sebagai akibat dari isak tangis
dari Dinda yang tubuhnya tertindih tubuh Paul.
Setelah beberapa menit membiarkan batang kemaluannya tertanam dilobang kemaluan Dinda,
kini Paul mencabutnya seraya bangkit dari tubuh
Dinda. Badannya berlutut mengangkangi tubuh
lunglai Dinda yang terlentang, kemaluannya yang
nampak sudah melemas itu kembali sedikit- demi
sedikit menegang disaat merapat kewajah Dinda. Dikala sudah benar-benar menegang, tangan kanan
Paul sekonyong-konyong meraih kepala Dinda.
Dinda yang masih meringis-ringis dan menangis
tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan Paul.
Terlebih-lebih melihat batang kemaluan Paul yang
telah menegang itu berkedudukan persis dihadapan wajahnya. Belum lagi sempat menjerit, Paul sudah
mencekoki mulutnya dengan batang kemaluannya.
Walau Dinda berusaha berontak namun akhirnya
Paul berhasil menanamkan penisnya itu kemulut
Dinda. Nampak Dinda seperti akan muntah, karena
mulutnya merasakan batang kemaluan Paul yang masih basah oleh cairan sperma itu. Setelah itu Paul
kembali memopakan batang kemaluannya didalam
rongga mulut Dinda, wajah Dinda memerah jadinya,
matanya melotot, sesekali dia terbatuk-batuk dan
akan muntah. Namun Paul dengan santainya terus
memompakan keluar masuk didalam mulut Dinda, sesekali juga dengan gerakan memutar-mutar.
“Aahhhh….”, sambil memejamkan mata Paul
merasakan kembali kenikmatan di batang
kemaluannya itu mengalir kesekujur tubuhnya. Rasa
dingin, basah dan geli dirasakannya dibatang
kemaluannya. Dan akhirnya, “Oouuuuhhhh…Din ndaaaa…sayanggg… ..”, Paul mendesah panjang
ketika kembali batang kemaluannya berejakulasi
yang kini dimulut Dinda. Dengan terbatuk-batuk
Dinda menerimanya, walau sperma yang
dimuntahkan oleh Paul jumlahnya tidak banyak
namun cukup memenuhi rongga mulut Dinda hingga meluber membasahi pipinya. Setelah
memuntahkan spermanya Paul mencabut batang
kemaluannya dari mulut Dinda, dan Dindapun
langsung muntah-muntah dan batuk-batuk dia
nampak berusaha untuk mengeluarkan cairan-
cairan itu namun sebagian besar sperma Paul tadi telah mengalir masuk ketenggorokannya. Saat ini wajah Dinda sudah acak- acakan akan tetapi
kecantikannya masih terlihat, karena memang
kecantikan dirinya adalah kecantikan yang alami
sehingga dalam kondisi apapun selalu cantik
adanya. Dengan wajah puas sambil menyadarkan
tubuhnya didinding kasur, Paulpun menyeringai melihat Dinda yang masih terbatuk-batuk. Paul
memutuskan untuk beristirahat sejenak,
mengumpulkan kembali tenaganya. Sementara itu
tubuh Dinda meringkuk dikasur sambil terisak-isak.
Waktupun berlalu, jam didinding kamar Dinda telah
menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil santai Paulpun menyempatkan diri mengorek-ngorek isi
laci lemari Dinda yang terletak disamping tempat
tidur. Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Dinda,
nampak wajah-wajah cantik Dinda menghiasi isi
album itu, Dinda yang anggun dalam pakaian
seragam pramugarinya, nampak cantik juga dengan baju muslimnya lengkap dengan ****** ketika foto
bersama keluarganya saat lebaran kemarin dikota
asalnya yaitu Bandung. Kini gadis cantik itu tergolek
lemah dihadapannya, setengah badannya telanjang,
kemaluannya nampak membengkak. Selain itu,
ditemukan pula beberapa lembar uang yang berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas
didalam laci itu, dengan tersenyum Paul
memasukkan itu semua kedalam kantung celana
lusuhnya, “Sambil menyelam minum air”, batinnya. Setelah setengah jam lamanya Paul bersitirahat,kini
dia bangkit mendekati tubuh Dinda. Diambilnya
sebuah gunting besar yang dia temukan tadi
didalam laci. Dan setelah itu dengan gunting itu, dia
melucuti baju seragam pramugari Dinda satu persatu.
Singkatnya kini tubuh Dinda telah telanjang bulat, rambutnyapun yang hitam lurus dan panjang
sebahu yang tadi digelung rapi kini digerai oleh Paul
sehingga menambah keindahan menghiasi
punggung Dinda. Sejenak Paul mengagumi
keindahan tubuh Dinda, kulitnya putih bersih,
pinggangnya ramping, payudaranya yang tidak terlalu besar, kemaluannya yang walau nampak
bengkak namun masih terlihat indah menghias
selangkangan Dinda. Tubuh Dinda nampak penuh
dengan kepasrahan, badannya kembali tergetar
menantikan akan apa-apa yang akan terjadi
terhadap dirinya. Sementara itu hujan diluar masih turun dengan
derasnya, udara dingin mulai masuk kedalam kamar
yang tidak terlalu besar itu. Udara dingin itulah yang
kembali membangkitkan nafsu birahi Paul. Setelah
hampir sejam lamanya memberi istirahat kepada
batang kemaluannya kini batang kemaluannya kembali menegang. Dihampirinya tubuh telanjang
Dinda, “Yaa…ampuunnn bangg…udah dong….Dinda
minta ampunn bangg…oohhh….”, Dinda nampak
memelas memohon-mohon kepada Paul. Paul hanya
tersenyum saja mendengar itu semua, dia mulai
meraih badan Dinda. Kini dibaliknya tubuh telanjang Dinda itu hingga dalam posisi tengkurap. Setelah itu
ditariknya tubuh itu hingga ditepi tempat tidur,
sehingga kedua lutut Dinda menyentuh lantai
sementara dadanya masih menempel kasur
dipinggiran tempat tidur, Paulpun berada dibelakang
Dinda dengan posisi menghadap punggung Dinda. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki
Dinda selebar bahu, dan…. “Aaaaaaaaakkkkh
h………”, Dinda melolong panjang, badannya
mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat
Paul menanamkan batang kemaluannya didalam
lobang anus Dinda. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah
selangkangannya, dengan agak susah payah
kembali Paul berhasil menanamkan batang
kemaluannya didalam lobang anus Dinda. Setelah itu
tubuh Dindapun kembali disodok-sodok, kedua
tangan Paul meraih payudara Dinda serta meremas- remasnya. Setengah jam lamnya Paul menyodomi
Dinda, waktu yang lama bagi Dinda yang semakin
tersiksa itu. “Eegghhh….aakkhhh….oohhh…”,
dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-
sodok Dinda merintih-rintih, sementara itu kedua
payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Paul. Paul kembali merasakan akan mendapatkan
klimaks, dengan gerakan secepat kilat dicabutnya
batang kemaluan itu dari lobang anus Dinda dan
dibaliklah tubuh Dinda itu hingga kini posisinya
terlentang. Secepat kilatpula dia yang kini berada
diatas tubuh Dinda menghujamkan batang kemaluannya kembali didalam vagina Dinda.
“Oouuffffhhh……”, Dinda merintih dikala paul
menanamkan batang kemaluannya itu. Tidak lama
setelah Paul memompakan kemaluannya didalam
liang vagina Dinda “CCREETT….CCRROOOT…CROOTT…”,
kembali penis Paul memuntahkan sperma membasahi rongga vagina Dinda, dan Dindapun
terjatuh tak sadarkan diri. Fajar telah menjelang, Paul nampak meninggalkan
kamar kost Dinda dengan tersenyum penuh dengan
kemenangan, sebatang rokok menemaninya dalam
perjalanannya kesebuah stasiun bus antar kota,
sementara itu sakunya penuh dengan lembaran
uang dan perhiasan emas. Entah apa yang akan terjadi dengan Dinda sang pramugari cantik imut-
imut itu, apakah dia masih menjual mahal dirinya.
Entahlah, yang jelas setelah dia berhasil menikmati
gadis cantik itu, hal itu bukan urusannya lagi.
0 comments:
Post a Comment