Main domino206 bisa dapat bonus hingga 50juta? klik di sini
Sebelum memulai kisahku, aku ingin
memperkenalkan diriku dulu, namaku Nadine,
umur 25 tahun, bagian marketing di sebuah
perusahaan asing di Indonesia. Tubuhku termasuk
tinggi, 172 cm, ditunjang dengan bentuk tubuh
yang pas hasil dari menjaga tubuh secara rutin dengan senam. Rambutku panjang sedada agak
bergelombang, biasa kuikat bila sedang bekerja.
Hari itu aku pulang agak cepat karena ada
beberapa klien yang mengubah jadwal
appointmentnya, meminta pak supir untuk
langsung menuju rumah sahabatku Sandra. Sesampainya di sana aku turun di depan pagar dan
kupikir supirku suruh pulang siapa tahu ibuku ada
keperluan dan pastinya aku tidak bakalan bisa
pulang cepat. Sekian lama tak berjumpa pasti
Sandra akan menahanku lama di sini. Semenjak
suaminya tugas di kota G, Sandra kerap mengundang kami, hanya aku dan Dian sahabat
karibnya untuk sering dimintanya ke rumahnya
bahkan menginap. Dian, kutahu telah sering
menginap di sini. Sedangkan aku baru kedua kali
ini mendapat kesempatan datang disebabkan
jauhnya tempat tinggal kami. Kerap tetangga Sandra yang rata-rata masih muda seumuran
datang berkunjung ke rumahnya pada akhir
minggu. Ada beberapa kawan Sandra yang
kukenal yaitu Tina dan Tamara. Mereka mempunyai
hobi bergosip terkadang omongan mereka
menjurus ke hal-hal urusan kamar tidur kalau sudah begitu ramailah suasana. Keduanya yang
kuketahui bernasib sama dengan Sandra sering
ditinggal suani ke luar kota bahkan sampai
berbulan-bulan. Pada satu hari saat aku pertama
kali datang tanpa sengaja aku mendengar ocehan
mereka saat melintas ruang tamu tempat mereka ngobrol “Sand, apa kamu ngga kesepian tanpa
suami.” (Sand yang dimaksudkan itu adalah
Sandra)
“Kadang-kadang sunyi juga tapi aku sentiasa
sibukan diri dengan pekerjaan. jadinya bisa lupa
jauh dari suami,” aku mendengar jawaban Sandra. “Kalau kesepian kamu boleh ikut kami. Kami
berdua sering mengadakan acara kecil secara
rahasia di rumah Tamara. Kamu bisa ikut kalau
mau.”ujar Tina “Acara apaan sih?” “itu tu, ketemu dan kenalan dengan pejantan
muda.” aku terdengar suara salah satu dan
disambut tertawa cekikikan yang lain. “Paling besar usia 16-17 an tahun loh, boleh pilih,
ada Melayu, Cina, India.” ujar Tamara ngoceh tanpa
malu-malu lagi. “Betul kata Tamara. aku suka si Kikan, orangnya
kurus tinggi dan barangnya besar dan panjang,
bikin gua ketagihan” sahut Tina “Kalau gua sih sukanya si Aliong, bocah Cina itu
putih kulitnya dan kepala burungnya yang merah
walau ukuran barangnya belum setanding dengan
milik Kikan.” “Ahh.. edan kalian berdua,” kata Sandra. “Ngga papa dibilang edan Sand, ketimbang gua
harus nahanin napsu, bisa-bisa benar-benar jadi
edan“ Aku dengar riuh tertawa mereka semua bila
membicarakan lelaki-lelaki muda. Aku pikir lelaki-
lelaki ini pasti lelaki bayaran. Kata orang, gigolo
atau brondong. Aku pernah dengar-dengar
tentang aktivitas para istri kesepian yang
menggunakan jasa gigolo untuk melampiaskan hasrat seks mereka. “Sand, lu boleh cobain Aliong atau Kikan, atau juga
Ipung anak India satu itu memang paling hebat.
Menjerit melolong gua dibuatnya hari itu. Nikmat
ngga ketolongan, gila banget deh” “Mereka itu kan tidak disunat, apa kalian ngga jijik
dan geli?” aku dengar suara Sandra bertanya.
berminat jugakah Sandra, aku bertanya dalam hati. “Kamu belum coba aja, Sand. Malah yang tak
bersunat itulah yang membuat aku ketagihan.” Aku naik ke atas karena tak kuasa mendengar
cerita-cerita seks para istri kesepian itu. Biarkanlah
Sandra ngalur ngidul dengan kawan-kawannya
itu. Tak mungkin aku yang lajang ikut-ikutan
nimbrung obrolan bersama mereka yang sudah
menikah. Kesunyiaan Sandra akan terisi dengan kedatangan kawan-kawannya, dan biarkanlah
mereka dengan cerita orang dewasa. Lebih baik
aku menunggu mereka pulang. Siangnya aku
diperkenalkan Sandra dengan Alfi, anak asuh
mereka yang tadinya adalah loper koran yang
sering mengantar koran ke rumah Didit. Alfi baru pulang dari sekolah. Anak itu baru berusia 16
tahunan. Aku cepat akrab dengan Alfi dan
menyukainya karena tingkah lakunya yang sopan
dan ramah. Sandra memang memberi kami berdua
serep kunci rumahnya, ia ingin kami leluasa
memakai sekaligus mengawasi rumahnya saat ia berangkat menyusul suaminya di kota G. Aku
masuk ke dalam rumah dengan kunci tersebut aku
ingin memberinya kejutan seperti saat-saat kami
masih kuliah dulu. Suasana rumah terasa sepi, aku melirik jam
tanganku, pantas…baru pukul setengah sebelas
lewat sekarang ini, masih agak pagi. Aku lalu
menuju ke tingkat atas. Saat tiba di depan kamar
Sandra aku terdengar suara orang bercakap
mesra. Melalui pintu kamar yang sedikit terbuka sehingga aku dapat mengintip dari celah pintu ke
dalam kamar Sandra. Bukan main kagetnya aku
melihat pemandangan di sana. Aku melihat Sandra
tidak sendirian melainkan bersama seorang pria
yang tak lain adalah Alfi. Dan yang membuat aku
benar-benar terperanjat bila melihat Sandra yang hanya berpakaian baju tidur tipis transparan
sedang membuka kancing resleting celana Alfi.
Anak itu sudah tidak berbaju. Sandra duduk di
pinggir ranjang sementara anak itu berdiri di
hadapannya. Apa yang sedang mereka lakukan.
Apakah Sandra telah berselingkuh sepeninggal suaminya keluar kota seperti yang dilakukan oleh
kedua tetangganya Tina dan Tamara? Dan yang
lebih membuatku tak habis berpikir Sandra
melakukannya dengan Alfi yang merupakan anak
asuh mereka yang masih anak ABG. Apa yang
membuat hal ini terjadi padahal usia perkawinan mereka belum genap satu tahun. Selama ini sudah
tak ada rahasia diantara kami bertiga. Apabila salah
satu dari kami mempunyai problem yang lain
membantu mencarikan solusinya. Apakah untuk
hal yang satu ini ia malu mengatakannya padaku
karena menyangkut masalah tempat tidur dengan sang suami? Entahlah, yang jelas apa yang
terpampang di depan mataku saat ini sungguh
membuat nafasku sesak. Suatu perasaan
‘menggelitik’ mulai menerpaku…turun ke ke
bawah ke antara kedua kaki ku…aku tahu kalau
kemaluanku mulai melembab menyaksikan pemandangan itu. aku baru menyadari kalau
celana dalamku ternyata sangat basah. Kulihat
tanpa disuruh Alfi menarik lepas celana dalamnya
sendiri. Sekarang ia berdiri telanjang bulat di
hadapan Sandra. Sejak masih sekolah dulu
memang aku sudah biasa melihat Sandra telanjang jika bersama aku dan Dian begitupun sebaliknya
ketika sehabis olahraga sepulang sekolah kami
bertiga selalu mandi di bareng di rumah Dian atau
rumahku. Dan menjadi kebiasaan kami mandi
telanjang beramai-ramai. namun kali ini cukup
aneh bagiku menyaksikan seorang anak laki-laki berbugil di hadapan sahabatku Sandra. Nampak Sandra tersenyum melihat benda pada
selangkangan anak itu …batang kemaluan Alfi!
Gila…. ia memegangnya! Benda itu berwarna gelap
hitam menegang keras. Kepala kemaluannya
berwarna merah gelap masih ditutupi kulit kulup.
Sandra nampak begitu suka melihat kemaluan Alfi yang besar dan panjang itu. Batang Alfi yang
berkepala bulat besar itu terhangguk-hangguk.
Kepala pelirnya yang hitam memang besar luar
biasa mirip sebuah tomat berukuran sedang.
Sekarang penis itu hanya beberapa inci di hadapan
muka Sandra. Sandra tersenyum melihat penis Alfi yang terhangguk-hangguk di hadapannya. Ia
memegang batang besar itu dan mengurutnya
lembut. Kepalanya mulai kelihatan bila Sandra
menolak kulit kulup ke pangkal. Kepala bulat itu
licin berkilat terkena cahaya lampu. Sandra
menempelkan batang hidungnya yang putih dan mancung ke kepala penis yang licin itu. Ia
kemudian menarik nafas dalam-dalam menghirup
bau kepala pelir Alfi. Alfi hanya tersenyum melihat
Sandra menikmati aroma kepala pelirnya. Tangan
kiri Sandra memegang dan mengocok pelan
batang pelir Alfi. Kepala penisnya yang berwarna merah itu hanya sepertiga saja kelihatan. Aku jadi
teringat obrolan Sandra dan kawan-kawannya
tempo hari kala itu ia mengatakan kalau ia merasa
dia jijik dan geli dengan alat kelamin pria yang tak
bersunat. Tapi sekarang dia sendiri malah
membelai mesra dan sedang menghidup aroma kepala pelir yang tak bersunat. Bahkan
menciuminya dengan penuh gairah. Sandra
mengurut kemaluan Alfi dengan perlahan-lahan.
Alfi tersenyum puas melihat Sandra mengurut
kemaluannya. Tangan lembut Sandra bermain-
main dengan kulit kulup. Didorong dan ditarik hingga kepala merah gelap itu terbuka dan
tertutup. Lama juga Sandra bermain sorong tarik
kulit kulup Alfi. Aku lihat kemaluan besar dan
berkepala tomat itu makin tegang. Bagiku bentuk
zakar Alfi amat hoboh, tapi Sandra melihatnya
dengan penuh gairah dan bernafsu. Aku cukup banyak tahu soal anatomi alat repreduksi laki-laki
dari situs-situs porno di internet saat aku iseng
mengaksesnya dengan teman di kantor. Dari dulu lagi aku rasa geli melihat batang pelir
yang tak berkhitan. Kulit kulup yang menutupi
kepala pelir sama sekali tidak cantik. Tapi agaknya
pandangan setiap wanita berbeda. Wajah Sandra
yang bersinar penuh gairah membuktikannya.
Dengan nafsu yang membara dia medorong dan menarik kulup di kepala pelir. Kulit lebihan di
kepala licin diremas-remas penuh nafsu. Ternyata
selera Sandra sama saja dengan selera Tina dan
Tammi yang menyukai zakar tak bersunat. Aku
lihat Sandra tidak hanya memberi perhatian
kepada batang zakar Alfi. Biji testis yang berwarna hitam itu ikut diremas-remasnya. Penis epal yang
licin dan lembab itu dicium penuh gairah oleh
Sandra. Aku dapat melihat Sandra meresapi dalam-
dalam aroma kepala zakar Alfi. Lama sekali Sandra
mencium kepala licin dan bongkok seperti pisang
tanduk itu. Telur Alfi yang berkedut dan berbulu keriting itupun dicium Sandra penuh rakus. Badan
dan paha Sandra bergetar dan berombak.
Terangkat-angkat badannya menikmati aroma
zakar Alfi. Seterusnya Sandra menghisap-hisap
kepala kemaluan Alfi dengan penuh nafsu. Terlihat
lidah Sandra bermain-main di sekitar kepala zakar Alfi. Lidah Sandra yang kasar dan basah itu menari-
nari di kepala licin. Kepala tomat itu menjadi
sasaran belaian mulut Sandra. Bibir Sandra yang
merah basah itu mencucup penuh mesra kepala
hitam kemerahan milik Alfi. Kembung kedua pipi
Sandra bila kepala tomat itu menhujam ke dalam mulut Sandra. sekali sekala Sandra menjilat dan
mengulum batang dan bijinya. Selepas puas
menghisap kepala merah milik anak asuhnya itu,
Sandra berdiri. Alfi membuka satu persatu kancing
baju tidur yang dipakai Sandra hingga baju itu
terlepas jatuh ke lantai lalu menarik ke bawah celana dalam Sandra. Kini tiada sehelai benangpun
menutupi tubuh keduanya. Sandra sememangnya
tidak memakai bra hingga nampak jelas gunung
kembarnya dan bukit kemaluannya yang berbulu
hitam yang dipangkas rapi. Kulitnya yang putih
halus masih terawat dan kemaluannya yang dirawat rapi memang cantik. Sandra berdiri tegak.
Dadanya membusung, pinggangnya ramping dan
pinggulnya lebar memang sempurna sebagai
seorang wanita. Buah dadanya yang lumayan
besar itu bulat tegang dan dengan putingnya
warna merah kecoklatan mengacung tegak. Alfi yang sedang berdiri memeluk Sandra. Pipi
Sandra diciumnya dan bibirnya yang merah basah
dikulumnya. Lidah Alfi yang merah menari-nari di
bibir Sandra yang menggairahkan. Lidah merah itu
kemudian menjulur ke dalam mulut Sandra. Sandra
mengisap lidah Alfi penuh gairah. Alfi merangkul leher Sandra dan mulutnya benar-benar beradu
dengan mulut Sandra. Air liur mereka saling
bertukar. Sandra menelan liur Alfi sementara Alfi
menelan liur Sandra penuh selera. Puas saling
berkucupan, Alfi mengalihkan perhatiannya ke
gunung kembar Sandra. Alfi melumat puting Sandra dan mengisapinya bagai seorang bayi
kehausan. Sesekali puting sebesar chery berwarna
pink itu dihisap dan digigit-gigit manja. Sandra
hanya mampu mengerang. Ulah anak itu membuat
badannya bergetar dan mengelinjang nikmat. “Fiii,Gelii… kakak tidaak tahaaaan,” terdengar suara
Sandra mendesah lirih. Sandra merebahkan badannya yang sintal itu di
tengah tengah kasur tidur telentang menunggu
tindakan anak itu. Gunung kembar yang
membusung dengan kedua puting yang tegak
mengacung, sementara kedua pahanya dibuka
lebar. Bulu bulu halus yang terjaga rapi menghiasi bukit kemaluan yang membengkak sungguh
pemandangan yang mampu menaikan napsu pria
yang memandangnya. Kulihat kepala anak itu
mengambil tempat di antara paha putih Sandra.
Wajahnya hanya beberapa senti dari kemaluan
Sandra yang akan menjadi sasaran selanjutnya. Alfi mengusap lembut selangkangan Sandra. Jari-
jarinya bermain-main di bibir vagina Sandra yang
kelihatan merekah merah. Bibir kemaluan Sandra
masih merapat dengan bibir dalam warna merah
muda. Dengan jari tangannya Alfi berusaha
mencari daging kecil yang berada di penjuru atas gua kenikmatan Sandra. Setelah ditemukannya lalu
ia membenamkan mukanya ke selangkangan
Sandra dan daging kecil itu dijilati dengan
rakusnya. Ouuggghh…..Fiii!!!!!!…. Slepp..slepp..cleppp…Sandra menggerang dan
menggelinjang Terlihat belahan vagina Sandra licin mengkilap di
bawah sinar lampu karena cairannya mengalir
deras dari kemaluannya tanpa terbendung seiring
nikmat yang dirasakannya. membanjiri permukaan
vaginanya itu seluruhnya menjadi sasaran mulut
Alfi. Bunyi sumbang terdengar saat ia menyeruput setiap tetes cairan yang keluar tanpa sisa. Kakiku gemetar melihat bagaimana kelakuan ABG
itu terhadap sahabatku. Sebagai wanita nomal
pemandangan ini telah mematik api gairah dari
dalam diriku, tanpa dapat kucegah cairan keluar
dari dalam selangkanganku terasa merembes
membasahi celana dalamku. Dalam kamar berhawa dingin itu aku lihat manik-manik peluh di badan
Sandra. Nafsu dan gairah telah membakar tubuh
Sandra. Ia hanya mampu melempar kepalanya kiri
kanan sambil tangannya menarik narik sprey
menahan gejolak kenikmatan yang dirasainya bila
lidah Alfi melingkari kelentitnya. Hingga akhirnya ia tak lagi mampu menahan kenikmatan tersebut
meledak seiring pekiknya “Fiii!!!!!!!….kakak keluarrrrrr…ouughhhhhhh!!!!!” Sandra mengangkat pinggulnya sambil menekan
kepala Alfi kuat-kuat ke selangkangannya. Baru
kali ini aku melihat seorang wanita mengalami
orgasme. Dampaknya yang kuat telah ikut
membawa letupan-letupan kecil yang nikmat pada
kemaluanku. Mendadak vaginaku berkontraksi “Oh..uh..uhhh” aku merintih lirih Nikmatnya bukan kepalang hingga nyaris aku
mengeluarkan rintihan lebih keras. Ketika hal itu
terjadi pada diriku. Kakiku tak kuat menopang
tubuhku untuk berdiri aku jatuh terduduk
meresapi denyutan demi denyutan pada bagian
kewanitanku. Sungguh tak kumengerti kenikmatan itu datang hanya dengan menonton
adengan mereka berdua tanpa melakukan
keintiman. Sandra kelihatan lemah dan tubuhnya
menjadi tiada daya sama sekali, namun kapala Alfi
masih terjepit di antara kedua pahanya yang putih
dan masih terus merangsangnya dengan remasan dan belaian di seluruh daerah sensitifnya. Mulut
dan lidahnya melakukan hisapan dan jilatan liar
pada kemaluan Sandra. Sementara tangannya juga
meremas gundukan daging kenyal yang dibaluti
kulit halus dan kencang puting kembar payudara
Sandra tegak mengacung ke atas. Aku rasa tenaga Sandra telah pulih semula.
Matanya memberi isyarat agar Alfi
menyetubuhinya. Alfi naik menindih tubuhnya,
namun ia tidak segera ke sasarannya. Kedua
payudara Sandra kembali dijilati dan dihisapinya
mesra. Sandra hanya mengerang menahan nikmat. Sandra meronta-ronta kegelian bila puting susunya
terus dihisap oleh Alfi. Terlihat cairan nikmat yang
hangat makin banyak mengalir keluar membasahi
bibir-bibir lembut dan paha Sandra. “Oughhhh….Kakak sudah tak tahan, setubuhi
kakak sekarang Fi!” Tubuh Alfi makin rapat ke Sandra. Sekarang kedua
paha Sandra terkangkang lebar memberi akses
seluasnya hingga posisi kemaluannya terbuka siap
dimasuki kemaluan anak itu. Mataku tak lepas
menatap kejadian saat itu, napasku seakan
tercekat di kerongkonganku. Meski aku pernah menonton film biru namun yang akan kusaksikan
kali ini adalah sebuah persetubuhan secara nyata,
apalagi ini bukan hanya sekedar persetubuhan
normal namun ini adalah sebuah persetubuhan
antara seorang wanita dewasa dengan seorang
anak laki-laki di bawah umur. Kulihat Alfi memegang batang penisnya yang mengacung
tegak dan mengarahkan kepala berkulupnya ke
celah vagina Sandra. Diusapkannya ujung
berkulup itu ke permukaan bibir vagina Sandra
baru kemudian ditekannya kuat. Aku pun
penasaran melihat pemandangan yang menakjubkan itu, muatkah seluruh batang
kemaluan Alfi masuk ke dalam vagina Sandra yang
kecil dan mungil itu? Aku dapat melihat kepala
kulup tersebut mulai membelah dan menyelam ke
dalam lubang vagina Sandra. Perlahan, terus
melesak masuk sampai akhirnya lenyap dan terbenam seluruhnya di dalam liang rahim Sandra,
saat itu tubuh Sandra benar-benar telah menyatu
dengan tubuh anak itu. “Ougghh!!!….Fiiii!!!…enak bangetttt!!!” Sandra
mengerang keenakan seiring terbenamnya daging
hitam berkulup Alfi ke dalam liang cintanya. Gila!!! masuk semua pikirku, sungguh beruntung
bangsat kecil ini… betapa tubuh sempurna Sandra
kini sudah di nikmatinya secara utuh dan hal itu ia
peroleh tanpa paksaan. Hal tabu itu betul-betul
terpampang di hadapanku. Sandra sahabatku
yang cantik saat ini merintih dalam tindihan seorang ABG. Awalnya aku tak menyangka anak
seusia Alfi mampu menyetubuhi seorang gadis
dewasa dugaanku selama ini ternyata meleset . Alfi
begitu penuh cinta dan gairah untuk sebuah
persetubuhan. Kini ia menggerakkan penisnya
maju mundur sementara mulutnya terus melumat puting susu Sandra dan menghisapinya secara
bergantian. Kedua paha Sandra yang putih mulus
itu menjepit pinggangnya Sandra tersenyum
kepada Alfi seolah-olah memuji kejantanan Alfi.
Kurang lebih 10 minit Alfi bergerak maju mundur
hingga Sandra kembali menjerit tertahan. Arggggggg!!!..Fiiiiiiii!!!
Kkaakaakkkkk..kaluuu..arrrrrr!!! aku rasa Sandra telah mengalami orgasme lagi.
Orgasme yang begitu kuat sampai-sampai ia harus
mencengram seprey sedemikian kerasnya hingga
nyaris robek tertarik. Alfi masih rajin mengocok
dengan kuat. penisnyanya dengan cepat kelihatan
keluar masuk lubang vagina Sandra. Hingga satu saat kelihatan badan Alfi menggigil dan pahanya
bergetar. “Ka..kak manisss…Alfi dapetttt..kakk.sekaranggg…
Oughhhh!!” kulihat anak itu mengenjan sambil
menekan dalam-dalam kemaluannya hingga
bongkahan pantatnya terlihat kempot Aku kembali kaget ketika itu Alfi tidak mencabut
penisnya saat berejakulasi. ia melepaskan air
maninya di dalam kemaluan Sandra! Sa..sa…Sandra
membiarkan anak itu berejakulasi di dalam liang
senggamanya. Apakah ia tidak takut benih anak
itu membuahinya atau Sandra sedang tidak dalam keadaan subur. Jika tidak alangkah cerobohnya
sahabatku ini. Setidaknya ia bisa memerintahkan
anak itu memakai kondom! Aku dapat melihat
mata Sandra yang tadinya terpejam tiba-tiba
terbeliak menerima pancutan kuat dan hangat
menerpa pangkal rahimnya. “Ohhh..Alfi sayang….. kamu.. dapettt..” Berkali-kali Alfi memancutkan benihnya memenuhi
cekungan liang senggama Sandra. Ia membiarkan
zakarnya tertancap dalam kemaluan Sandra
beberapa saat ketika meresapi sisa orgasme
hingga tuntas. Sesaat kemudian Alfi menarik lepas
batang penis yang berselimut berlendir dan kelihatan kulit kulupnya mengecut. Seketika itu
juga kulihat dengan jelas cairan putih dan kental
yang tentunya benih anak itu mengalir keluar dari
bibir vagina Sandra. “Begitu banyak…Sandra..Sandra.. bagaimana jika
kamu hamil?” kataku dalam hati saking
menghayatinya adegan itu Aku lihat daging itu Alfi masih sangat keras. Kepala
bulatnya bersinar dengan limpahan spermanya
yang masih keluar. “Oouuuuuhh.. Fii masukin lagiiiii, sayang!!” rengek
Sandra mengemis agar Alfi menghujam dirinya lagi.
Aku ingat saat bercanda dengan Tamara dan Tina
tempo hari. Sandra mengatakan kalau dia geli
dengan pelir tak disunat. Namun Sekarang ia malah
ingin segera pelir berkulup Alfi mengaduk-aduk lubang kemaluannya. Tiada sedikitpun adengan
persetubuhan tersebut yang terlewat olehku.
Cairan lendirku sendiri semakin banyak yang
keluar. Terasa celana dalamku telah basah di
bagian kemaluanku. Aku begitu terangsang
melihat adegan mereka barusan. “Kak, Alfi ngentot kakak lagi.” Sandra hanya tersenyum seperti memberi izin Alfi
melakukan pencabulan terhadap dirinya. Sandra
tak henti-henti memandang daging kenikmatan
Alfi yang sedang menuju ke arah kemaluannya
yang sudah dibanjiri oleh lendir pelincin yang
banyak. Dan .. tiba-tiba kepala Sandra terangkat sedikit diikuti oleh punggungnya juga terangkat. “Auu.. aahh.. mmmmmm.” aku mendengar jeritan
dan erangan dari mulutnya ketika kepala bulat licin
itu memasuki kembali separuh ke dalam lubang
kemaluannya. Bibir vagina Sandra seperti ikut
masuk ke dalam bila kepala besar itu mulai
menyelam. Kontras sekali warna pelir Alfi dengan warna vagina Sandra. Batang bulat hitam berurat
terbenam dalam lubang merah di celah paha
Sandra yang putih mulus. Mata Sandra terbeliak menerima batang hitam tak
bersunat yang berbentuk helm itu. Secara terus
menerus mengaduk aduk bagian dalam
kewanitaannya. Kemaluan Sandra mengepit kuat
batang Alfi. Sandra sedang sepuas-puasnya
menikmati batang Alfi yang panjang dan besar itu, ia menjerit penuh nikmat tiap kali Alfi menarik dan
menolak batangnya keluar masuk. Beberapa menit
kemudian aku lihat Sandra sekali lagi sedang
dilanda kenikmatan. “Fiii kamu besar bagettttt.ouuhhhhg” Sandra
seperti meracau, meminta dengan suara erangan
nikmat. “Fiiii tahannn di dalemmm… kakak… keluarrr…
Oughhhhh!!!!…mmmmmmmgggh,” Alfi menekan penisnya sedalam ia mampu dan
menahannya disitu bersamaan dengan tubuh sintal
Sandra mengejang dan sampai pada puncak
kenikmatan untuk kali yang kesekian. Kali ini
kenikmatan itu berlangsung lama sekali. Mungkin
Sandra benar-benar puas bila batang kemaluan anak asuhnya yang besar dan panjang itu penuh
memadati seluruh dinding lubang kemaluannya.
Persetubuhan itu berjalan lagi. Aku dapat melihat
dengan jelas batang hitam keluar masuk dalam
vagina Sandra yang berwarna merah muda.
Kontras sekali kulit Alfi yang gelap dengan kulit Sandra yang putih. Batang hitam tersebut terlihat
berlendiran dan di selaputi buih putih. Tedengar
bunyi aneh bila Alfi melajukan tikamannya. Bulu-
bulu dipangkal kemaluan Alfi mengusap-usap bibir
kemaluan Sandra yang lembut. Pinggul Sandra
terlonjak-lonjak mengikuti irama entotan Alfi dan kepalanya terlempar kiri kanan kerena sengatan
kenikmatan. Paha Sandra bergetar dan kakinya
menendang-nendang udara. Pahanya yang mulus
itu mangepit rapat pinggang Alfi. Berkali kali Alfi
menghantarkan Sandra ke puncak kepuasan
sebagai wanita dewasa di atas ranjang Sandra dan suaminya. Selain diriku hanya cahaya temaram
lampu dan deritan ranjang yang menjadi saksi
pergumulan dua insan yang tak lama lagi akan
mencapai klimaksnya. Di dalam kebisuan malam
yang dingin dan tenang itu, hanya terdengar
erangan Sandra dan lenguhan Alfi yang masih berpacu dalam birahi. Selepas setengah jam aku lihat Alfi makin
melajukan hentakannya. Selama setengah jam
jugalah Sandra menjerit dan mengerang penuh
nikmat. Kepala penis kepunyaan Alfi membuat
Sandra menjerit histeris. Jeritan nikmat ini
menyebabkan Alfi makin bergairah. Dayungan Alfi makin laju hingga badan Sandra bergoyang-
goyang. Hingga akhirnya Alfi merapatkan
badannya ke badan Sandra dan ditekan paling
kuat dan terdengar Alfi mengerang kuat. “Aakkkhhh… Kakkkkkk enakkkkk!!” Dari caranya aku rasa Alfi sedang memancutkan
maninya ke dalam rahim Sandra. Rahim yang
merupakan hak suaminya, Didit. Mata Sandra
terbeliak menerima semburan mani panas
kepunyaan Alfi. Pantat Alfi menekan habis daging
penisnya sedalam mungkin ke celah paling dalam vagina Sandra dan saat itu juga sekali lagi Sandra
menjerit sungguh kuat. “Oughh…Fiiii kakakkk juga kuluarrrr!!!!! Oghh…” Aku kagum pada batang pelir Alfi yang berbentuk
pelik tersebut. Benda itu mampu memberikan
kenikmatan ragawi bagi Sandra hingga berulang –
ulang kali. Sandra memeluk erat tubuh kecil Alfi
seperti tidak ingin melepaskannya. Sepertinya
Sandra ingin batang berkepala tomat tersebut terendam selama-lamanya dalam lubang
vaginanya. Sandra mau batang Alfi melekat dalam
kemaluannya macam pelir anjing melekat dalam
vagina anjing betina bila kawin. Sandra seperti
ingin memerah habis hingga ke titik mani Alfi yang
terakhir. Gerakan Sandra kemudiannya mengendur telentang lemah dibawah dekapan
tubuh Alfi sambil tersenyum puas kepada Alfi.
Tiada lagi gerakan dan suara erangan Sandra. Alfi
memeluk erat tubuh Sandra. Sandra mencium pipi
Alfi dengan mesra dan penuh kasih sayang. Sandra
mengulum bibir tebal Alfi yang hitam itu. Kemaluan Alfi masih terendam dalam kemaluan Sandra. Alfi
membiarkan saja senjatanya terendam dalam
terowong nikmat Sandra. Selepas beberapa menit
bila tak lagi benihnya yang keluar, Alfi menarik
perlahan kemaluannya dari lubang kemaluan
Sandra. Batang yang masih berlendir itu terjuntai separuh keras. Lubang vagina Sandra masih
ternganga selepas Alfi mencabut keluar daging
kemaluannya. Cairan putih pekat terlihat meleleh
keluar dari lubang vagina Sandra membasahi
sprey. Di depan mataku sendiri aku menyaksikan seluruh
perselingkuhan sahabat baikku dengan seorang
bocah ABG. Memang aku benar-benar tidak
menyangka Sandra telah tega menghianati Didit
dengan menyerahkan tubuh dan kehormatannya
sebagai isteri pada Alfi. Apakah kejantan Alfi yang telah membuat sahabatku itu rela digaulinya. Tak
dapat kupungkiri Alfi meski masih di bawah umur
telah membuktikan daging penis berkulup
berkepala tomat digilai oleh perempuan dewasa
yang tak lain adalah ibu angkatnya sendiri Sandra.
Aku menjinjit kembali menuju ke tingkat bawah. Aku putuskan untuk pulang agar mereka berdua
tetap tak menyadari kedatanganku. Biarlah besok
aku kembali lagi ke sini. Aku tak ingin Sandra tahu
jika aku mengetahui perselingkuhannya dengan
Alfi. Hati-hati aku keluar melalui pintu depan dan
kembali menguncinya dan pergi mengunakan taxi. Dalam beberapa minit saja aku telah sampai di
rumah tubuhku terkulai lemas Ketegangan masih
cukup terasa setelah cairanku membasahi hampir
seluruh celana dalamku. Aku masuk ke kamar dan
tidur keletihan. *************************** Dua hari kemudian Aku kembali ke rumah Sandra kali ini aku tidak lagi
menyelinap masuk ke dalam rumahnya secara
diam-diam. Tak lama setelah kupencet bel Sandra
muncul dari balik pintu menyambutku dengan
kecupan hangat di pipiku. “Nad..sayang!!!kemana saja sih kok ngga pernah
kesini nengokin aku,..?” cecarnya manja. Memang
di antara kami bertiga Sandra yang paling manja. Sandra menarikku ruang keluarga lalu kami
berdua duduk di sofa “Sorry ya Sand aku sibuk sekali akhir-akhir ini,
lagian aku takut nganggu rumah tangga kamu
sama Didit” “uhhh..kamu ngga tahu aku kesepian banget
soalnya Didit kerap berangkat dalam waktu yang
panjang” “Bukannya Dian sering kemari, bahkan katanya di
telpon dia sering kamu minta nginep nemenin
kamu” “itu dia, sebenarnya dian sudah tinggal bersamaku
di sini, cuma tiga hari yang lalu ia harus berangkat
ke Singapore selama tiga minggu karena ada
pekerjaan kantornya, jadinya aku sendirian di
rumah” “maksudmu aku mau kamu tahan di sini selama
Dian ngga ada?” “emang iya sih tapi apa kamu tega biarin aku
sendirian? Dan emang kamu ngga kangen sama
aku?” “Iya..iya tuan putri” “Cup! Trims ya nad kamu sama Dian memang
sahabatku yg paling kusayang” ujarnya
kesenangan sambil mengecup pipiku. Sejak dulu aku memang tak bisa menolak
permintaan sahabatku yang satu ini. Selalu saja aku
berhasil ia paksa menuruti kemanjaan-
kemanjaannya. Kami bertiga begitu menyayangi
satu dengan yang lain. Sand…pakaianmu awut-awutan gitu? Kamu baru
bangun jam segini? dasar putri malas” Sandra saat
itu mengenakan gaun tidur pajang mirip kimono,
mungkin karena ia banyak bergerak talinya
terlepas dan jatuh ke lantai hingga gaun tidur itu
tersingkap ke samping. Sandra segera merapikan bajunya meski kejadian
itu terlihat wajar dan berlangsung cepat namun
aku sempat melihat bagian-bagian tubuh Sandra
yang terbuka tadi. Terlihat bercak-bercak merah
gigitan di seputar payudaranya yang putih bersih.
Deg..hatiku kembali di jalari perasaan aneh seperti beberapa hari yang lalu. Apakah mereka baru saja
melakukan hal itu lagi pikirku. “Ada apa Nad? Kok bengong gitu?” Sandra
memperhatikan kebengonganku. Sejenak alam pikiranku masih dipengaruhi
kejadian tsb hingga aku tak segera menjawab
Sandra. “ohh.. uhh..tidak a.pa apa” aku tergagap Kebodohanku barusan itu mengundang tanya
tentu saja Sandra dapat melihat kejanggalan dari
sikapku barusan . Seperti halnya diriku mengerti
akan dirinya begitupun sebaliknya. Pergaulan
yang demikian erat dan mendalam sudah barang
tentu sulit untuk menyembunyikan rahasia diantara kami. Senyum Sandra membuatku makin
salah tingkah. Hingga ia membuka kembali
percakapan. “Sini ada yang ingin aku beritahukan kekamu,
Nad” Ia menatap mataku sambil menghela napas dalam-
dalam. Wajahnya tersirat kepasrahan. “Ada apa Sand, nampaknya serius sekali?” “Nad sayang sebenarnya sudah lama aku
mempertimbangkan untuk mengatakan hal ini
kapadamu, hanya saja tadinya aku masih ragu
takut kalau kamu malah tidak suka dan
membenciku” Deg..hatiku berdebar apakah Sandra bermaksud
membuka aib perselingkuhannya padaku. “aku tahu hari itu kamu datang ke sini dan melihat
apa yang aku lakukan dengan si Alfi” “a..aa..pa kamu tahu Sand?” aku terkejut
bagaimana mungkin ia mengetahui jika
kehadiranku kala itu. Seingatku aku tak membuat
mereka terganggu. “Iya Sand, maaf saat itu aku tak sengaja
memergoki kalian” “Ngga pa pa, aku pikir suatu saat cepat atau lambat
kamu akan tahu juga. Aku sempat mendengar
suara langkahmu saat menaiki tangga, mungkin
kamu lupa tangga rumahku terbuat dari kayu” “Jadi kamu sengaja membiarkan aku menyaksikan
semua. Kenapa kamu tak cegah aku saat itu? Apa
kamu ngga kuatir aku mengatakannya pada
Didit?” “Aku percaya kamu tak akan melakukan hal itu
apa lagi terhadap aku. Aku tahu kamu menyayangi
aku seperti halnya diriku terhadap dirimu.” “Tentu saja Sand kamu tahu itu” “Untuk itulah aku ingin mengatakan semuanya
sekarang kepadamu” Sandra lalu menceritakan suatu kisah yang
sungguh luar biasa buat kudengar. Tak pernah
terbayangkan olehku sahabatku Sandra telah
menyerahkan kegadisannya untuk direngut Alfi
yang kala itu belum genap berusia 17 tahun. Lebih
gilanya lagi hal itu dilakukan atas permintaan sang calon suaminya, Didit. Bahkan hal itu berlangsung
di hadapannya! Jadi meleset dugaanku selama ini, Sandra ternyata
tidaklah menghianati cinta Didit. Malahan Alfi
merupakan penentu utuhnya rumah tangga
mereka. Sebab Didit kerap harus meninggalkan
Sandra demi kariernya. Dengan adanya Alfi
memungkinan Sandra tidak berpikir berselingkuh dengan pria lain. Anak itu sungguh perkasa Sandra
tidak harus kehilangan akan nafkah batin dari
Didit. Malam-malam Sandra selalu diisi dengan
persetubuhan panas dengan sang Alfi kecil.
Kondisi ini mereka lakukan nyaris hampir setiap
hari sejak mereka menikah. Sedangkan Didit ketimbang bersetubuh langsung dengan Sandra
istrinya, ternyata ia mencapai kepuasan lebih
dasyat hanya bermasturbasi di sofa menonton
persetubuhan istrinya dengan anak itu. Aku mendengarkan sambil melongo dengan
takjub dan sulit dipercaya apabila aku tak
mendengarkan langsung dari mulut Sandra.
Birahiku menjalar naik keseluruh tubuhku
sepanjang mendengarkan ceritanya “bener-benar tak pernah kusangka apa yang
terjadi pada rumah tanggamu Sand. Anak itu
bahkan yang merengut kegadisanmu bukan Didit,
sungguh aneh Sand jika suamimu tidak sampai
cemburu” ujarku masih termagu-magu “Bukan hanya aku saja yang sudah ia perawani” “Emang ada gadis lain? Ten..tentunya kamu tidak
bermaksud mengatakan ….” aku tak dapat
menyelesaikan kalimatku. Tidak mungkin…
mustahil…. Dian! “iya si Dian, Nadine sayang, malah Dian sendiri
yang mau suka rela diperawani Alfi.” Ternyata penis berkulup itu sudah menambah satu
korban lagi dan lagi-lagi korbannya juga sahabat
baikku. Begitu banyak kejadian yang tak ku duga
selama ini Dian aku tahu sekali sifatnya ia yang
paling sering mencampakan pria, jika ada cowo
yang berani menyentuhnya walau itu hanya merangkul pasti akan didepaknya jadi jangan
harap bisa berhasil mendapatkan cintanya. Ia
mengenal hubungan seks untuk pertama kali dari
Alfi . Awalnya hanya melihat anak itu masturbasi
malah keterusan. Sejak Alfi berhasil merengut
keperawanan Sandra dan Dian, keduanya menjadi begitu tergila-gila bahkan ketagihan berhubungan
seks dengan Alfi. Anak itupun demikian, ia tak
pernah seharipun melewati hari-harinya tanpa
ngentot kedua sahabatku yang cantik itu. Semakin
lama hubungan batin yang aneh diantara mereka
bertiga semakin kuat dan tak terpisahkan lagi. “Alfi itu begitu jantan meski ia masih di bawah
umur, kemampuannya di atas ranjang melebihi pria
dewasa sekalipun.” ujar Sandra memuji anak itu Aku hanya termagu mendengar cerita Sandra. Ini
bukanlah hanya angan-angan seorang istri yang
kesepian namun hal ini sebuah realita yang sudah
terjadi meski terdengar sangat aneh. “Apa kalian tidak takut atau jangan-jangan sudah
pernah hamil,” “aku malah berharap Alfi bisa membuahi rahimku
begitu juga dengan Dian, namun sampai saat ini tak
satupun dari kami berdua berhasil ia buahi.
Sebetulnya aneh juga padahal kami sudah
berhubungan ratusan kali selama enam bulan ini
dan kami tak pernah mempergunakan kondom atau pengaman lainnya” Geli juga aku membayangkan kehamilan mereka
diperoleh dari seorang ABG kurus seperti Alfi.
Kupikir benih anak seusia Alfi belumlah matang
betul untuk membuat kehamilan pada seorang
wanita dewasa. Kalaupun itu terjadi itu merupakan
satu kebetulan. “Nad..” Suara Sandra memecah keheningan barusan “Ya..” “Alfi bilang ia menginginkan kamu Nad” Aku kaget sekali mendengar ucapan Sandra “maksuddd..mu ….anak itu mempunyai…. hasrat
padaku?” Sandra mengangguk “Kupikir kamu juga menginginkan anak itu gituin
kamu kan?” “Ng…gak lah” “ngaku saja ..aku yakin kamu mau kan?” “Ngaco akh” “Lihat ni kalau kau tak percaya,” Sandra
menyerahkan satu benda kepadaku. Aku meneliti benda yang diserahkan Alfi. Itu celana
dalam wanita. Aku terkejut begitu mengenali
celana dalam satin lembut warna krem itu adalah
milikku. “Itu milikku Sand” “kutemukan di bawah bantalnya pagi ini” “Untuk apa anak itu menyimpan celana dalam
kotorku?” “Biasanya ia bermasturbasi sambil membayangkan
sedang bersetubuh dengan pemilik celana dalam
tersebut.” jelas Sandra lagi Aku agak jengah mendengar penuturan Sandra
yang demikian vulgar. “Tapi aku tetap ngga mau begituan sama anak bau
kencur gitu Sand,” akal sehatku masih berusaha
bertahan meski desakan didalam dadaku
menggelora ditambah lagi bagian kewanitaanku
berdenyut-denyut simultan tak kumengerti. “Terserah kamu kalau tak mau. Tapi kalaupun
kamu melakukannya kamu tak akan menyesal lo.”
tambah Sandra sambil tersenyum menggodaku,
sepertinya ia tahu kegelisahanku, “Sand…” “Mmm?” “Engg…”ada sesuatu pada kerongkongan yang
megganjal suaraku “Kenapa Nad?” “Ah..ngga jadi” “Loh.. kamu malu mengatakan padaku.
Hmmm..Aku tahu kamu sebenarnya juga kepingin
digituin sama dia, khan?” “Sudah…sini ikut aku, kamu ngga boleh nolak
sekarang” Sandra dengan cepat mengalahkan
reaksiku sadari mengamit lenganku dan
menarikku menuju kamarnya. Aku tahu apa
maksud sahabatku itu. “Aaargg Sandraaaa kamu mau apaa?” “Aku mau kamu dikawinin si Alfi sekarang..” “Sannnd….Argg..akuu ngga mauuu!” Mulutku mengatakan tidak mau namun langkahku
tetap mengikuti tarikan Sandra menuju ke
kamarnya. Benar saja dugaanku di dalam kamar
Sandra nampak Alfi tanpa busana sedang duduk di
kasur. Meski sepertinya ia terkejut namun di
wajahnya terpancar kegirangan. Mungkin ia tadinya berharap Sandra masuk untuk kembali
bercinta dengannya namun tak diduganya ia
malah mendapatkan bonus. “kak Sandra…..?” “Fi ..kakak mau pergi ke mall sebentar. Kakak ingin
kamu nerusin yang kita lakuin tadi pagi tapi kali ini
kamu sama kak Nadine” “Sanddd.. kamu udah gilaaa… masa aku haruss..”
aku protes, spontan rasa maluku muncul Perkataanku tak sempat selasai karena Sandra
menyergap bibirku dengan ciuman panas. Aku tak
sempat menghindar, ciuman itu demikian bernafsu.
Lidah Sandra menerobos rongga mulutku dan
menari-nari disana. Aku serasa melayang ke awan
di buatnya. Belum pernah Sandra dan aku melakukan ini juga terhadap Dian. Dua menit kami
bercumbu dengan panas hingga akhirnya Sandra
melepaskan ciumannya. Sandra tahu aku sudah
menyerah pasrah “Kamu maukan manis?” ia kembali meminta
kesediaanku secara suka rela. “Sandd… aku masih perawan” “Biar Alfi membuatmu tidak perawan lagi” ujarnya
sambil membelai rambutku. Aku tak dapat berkata-kata lagi sepertinya aku
memang harus menuruti apa kata hatiku sendiri.
Memang aku sudah terlalu terangsang akibat
menonton langsung ataupun mendengarkan cerita
tentang hubungan mereka. Hasrat liar dalam diriku
memang menginginkannya, hanya saja tadinya aku ragu untuk melakukannya dengan anak
sekecil itu. Kini keraguan itu sirna, yang tertinggal
hanyalah gejolak birahi yang menggebu untuk
disalurkan. Tak ada waktu untuk mencari-cari pria
lain yang macho ataupun tampan, saat ini hanya
ada Alfi yang sudah siap menggauli aku di ranjang Sandra. Ia mendorong tubuhku ke sofa perlahan
kancing blusku di lepasinya satu demi satu hingga
nampak bra yang kupakai lau rokkupun
dilucutinya hingga hanya tersisa celana dalamku,
lalu jemarinya memberi kode ke Alfi untuk
mendekat. Anak itu melompat dari kasur ternyata Sandra sengaja tidak melepas penutup terakhir
diriku ia ingin Alfi sendiri yang membuka hadiah
utamanya “Nad..aku tinggal kalian berdua ya biar kali
pertama ini bisa kalian nikmati berdua saja tanpa
gangguan orang lain.” Sandra pergi setelah membuka jalan bagi aku
sahabatnya untuk merasakan pula apa yang
pernah ia dan Dian rasakan dulu. Sepeninggal Sandra, Alfi mulai agresif
menggauliku. Meski belum dewasa namun Alfi
sangat berpengalaman ia seolah tahu apa yang
aku butuhkan. Tanpa bicara ia mulai membelai
belai pipiku yang halus dan memberikan hawa
nafasnya ke tengkukku. Rasa geli dan hangat mulai menjalariku. Aku semakin membiarkannya
melakukan itu dan suatu kesempatan dengan
keberaniannya ia pun mencium bibirku. Aku
terkejut dan melepaskan kulumannya pada
bibirku. Kulumannya terlepas, namun anehnya aku
tidak berusaha menjauh dari pelukannya. Aku kemudian melengoskan wajahku ke arah lain
padahal aku melakukan itu semua adalah untuk
menghindarkan kesan aku amat butuh saat itu.
Tampak Alfi bukanlah bocah laki laki kemaren sore
yang bisa aku bikin semaunya. Tanpa di suruh dia
lalu meraih wajahku dan kembali mengulum bibirku beberapa saat. “Sudah ahhh Fii, aku gak bisa bernafas nih” kataku
berusaha melepaskan kulumannya. Namun apalah dayaku untuk menahan setiap
tindakannya. Dia lalu melepaskan kulumannya dari
bibirku, namun sebelah tangannya sudah
memasuki blus piyamaku. Dengan perlahan dan
pasti jari-jarinya memasuki belahan dadaku dan
berhenti di puting susuku. Rasa geli, juga nafsu mulai melandaku. Aku tak kuat diperlakukan
begitu olehnya. Tanganku berusaha menahan
gerakan jari-jarinya yang sudah berada di dalam
bhku saat itu, bagaimanapun aku merasa malu.
Dengan sebisaku aku berusaha menahan setiap
gerakan jari-jarinya di permukaan puting susuku. sekuat aku menahannya sekuat itu pula ia
berusaha memilinnya sehingga usahaku
menahannya semakin melemah karena deraan
nafsu yang sudah mulai mempengaruhi setiap
sendi tubuhku. Diperlakukan seperti itu, aku
semakin terjerat oleh percikan birahi yang di kobarkan Alfi. Perlahan dan pasti ia berhasil
melepas atasan piyama tidurku dan kini hanya
tinggal bh yang hanya menutupi sebagian kecil di
dadaku. Aku semakin terjebak ke jurang gairah
yang mulai menampakkan wujudnya. Aku pun kini
seolah ikut menerima perlakuannya saat itu. Rasa hangat yang di pancarkan jari jari Alfi di
permukaan kulitku sanggup membuatku
merelakan dia melepas pengait bh yang aku
kenakan saat itu. Bibir anak itu mulai merayap dan menggigit kecil
puting susuku secara perlahan dan mampu
membuatku seolah melayang. Kulit dadaku seakan
rela menerima semua perlakuannya saat itu.
Berulang ulang ia ekspos kedua bukit dadaku
dengan intensitas yang meninggi. Aku serasa di perlakukan utuh sebagai wanita. Dengan kedua
tanganku aku raih kepala Alfi, seakan tak rela ia
menyudahi tindakannya itu. Saat ini aku tak peduli
lagi siapa Alfi dan apa statusnya, yang penting saat
ini bagiku bagaimana dahagaku terpuaskan.
Merasa aku sudah menerima semua perlakuannya, Alfi membisikkan sesuatu padaku. “Kak…Nadin, di kasur kakak aja kita gituan ya? Alfi
pengen perawani di tempat tidur seperti kak
Sandra sama kak Dian” Anak ini secara terang-terangan menyatakan
hasratnya. Ia seakan yakin aku akan mau
melakukan hubungan yang lebih lagi denganku
malam itu. Aku juga sadar Alfi, hal ini akan terjadi
juga tanpa dapat kuhindari lagi. Saat ia meminta
pindah ke kamarku, aku terbayang sedikit tentang kejadian yang akan terjadi. Apalagi status ku yang
masih gadis. Masih ada harapan bagiku untuk
membatalkan keinginan Alfi saat itu. Akupun
bangun dari rebahan di sofa berjalan ke arah kasur
Sandra dan duduk di atas ranjang. Alfi saat itu
menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia lalu duduk di sampingku, diraihnya tanganku dan
dibawanya ke bibirnya dan diciuminya. Melihat
tingkahnya itu, aku seakan terenyuh akan
sikapnya yang terlihat sabar. Aku yakin tanpa
dapat kucegah pasti malam ini ia akan melakukan
hal yang belum pernah aku lakukan dan ia bakal mengambil sesuatu yang berharga yang
seharusnya kupersembahkan bagi pria yang bakal
menjadi suamiku kelak. Aku tahu ini amat
bertentangan dengan norma agama dan adat
ketimuran yang kuanut, apalagi aku termasuk
wanita dari keluarga yang amat menjunjung tinggi tata krama, namun saat ini seakan hilang semua.
Perbuatan dan penyelewengan Sandra seakan
menjerat diriku untuk melakukan perbuatan itu,
meski saat itu aku menyadari tidaklah benar
tindakanku saat ini. Anak itu tentu saja tak pernah
menyadari perbuatannya saat itu menyalahi hukum dan amat tercela, hanya saja ia tak ingin
memaksaku melakukan hal itu. Dengan suara lirih seolah menahan sesuatu dia
masih sempat bertanya padaku. “Kakak mau..Alfi entot kan?” sambil menatap bola
mataku dalam dalam. Aku pun memandangnya dengan tatapan yang
sayu seolah mengiyakan keinginannya, namun
hanya beberapa saat.Aku kembali menundukkan
mukaku ada rasa malu jika aku memintanya
melakukan itu. Alfi adalah anak laki laki yang
terlanjur cepat mengalami kedewasaan, ia sudah amat banyak pengalaman seolah tahu apa yang
harus ia perbuat. Sikap diamku saat itu seakan
persetujuan untuk perbuatannya selanjutnya.
Sambil meraih kedua tanganku lalu tubuhku
dibawanya ke pelukannya. Kini tubuh kami amat
dekat, meski saat itu kami masih mengenakan pakaian. Namun karena aku tak memakai bra saat
itu, seolah mampu membuatnya semakin bernafsu
padaku. Ketika aku dalam pelukannya, aku
merasakan ada rasa damai dan hangat yang sudah
lama tidak aku rasakan lagi. Ada rasa nyaman
dalam pelukan tubuh Alfi yang kurus itu, meski aku akui ada juga takut dan sedikit keraguan aku
rasakan saat itu. Namun hasrat dan gairah seolah
mampu mengalahkan semua rasa yang ada dalam
diriku itu. Aku semakin tenggelam dalam sosok
tubuh Alfi. Masih dalam pelukan ketat Alfi, akupun
kembali terpaksa menerima kuluman panasnya di bibirku. Rasa geli karena lidahnya yang menjelajah
dalam rongga mulutku mampu membuatku terlena
dan susah untuk bernafas. Dipancing seperti itu,
aku mau tidak mau membalas kuluman Alfi, hingga
membuat lidah kami seakan saling berkait dan
ludah kami bercampur satu sama lainnya. Dengan lincah tangan Alfipun melepas kancing atasan
piyamaku hingga terlepas ke lantai. Jari-jarinya itu
pun memilin dan memutar putingku hingga aku
semakin terlonjak nafsuku. Puas memainkan
lidahnya di bibirku mulutnya turun melata di kulit
dadaku. “Kak, tetek kakak lebih gede dari punya kak
Sandra, Alfi suka banget, mmhh!” celotehnya
sambil melumat payudaraku gemas, ya di banding
Sandra atau Dian, payudaraku memang yang
paling besar, 34B. Kembali aku merasakan geli yang amat sangat
diperlakukan begitu. Aku hanya bisa meraih
kepalanya yang saat itu berada di belahan dadaku.
Kalung yang kukenakan seolah mengganggu
aktifitas mulutnya di dadaku. Dengan tangan
kirinya ia singkirkan kalungku kearah tengkukku lalu kembali ia menyedot bukit dadaku bergantian
kiri kanan. Berbagai rasa kembali menderaku. Aku masih
meraih kepalanya seakan tak ingin cepat
berlalu.aku merasakan rasa basah di organ vitalku
saat itu. Selama beberapa menit Alfi menggigit gigit
dadaku dengan lembut dan meninggalkan tanda
kemerahan di dadaku yang putih. Aku hanya mampu memicingkan mataku dan menuruti
perbuatan bocah itu. Tiba tiba ia menghentikan
aktifitasnya pada dadaku. Aku pun membuka
mataku ingin tahu apa yang menyebabkan ia
menghentikan perbuatannya itu. Ternyata anak itu
menaiki tubuhku menempatkan tubuhnya di antara ke dua pahaku, kupikir sudah saatnya ia
akan melakukan eksekusi. Aku memang pernah
melihat kemaluan Alfi yang aneh itu saat ia dan
Sandra bersenggama tempo hari. Namun baru kali
ini kulihat kedahsyatannya dari dekat. Inilah benda
yang telah merengut kegadisan kedua sahabatku sekaligus memberikan kenikmatan hingga
keduanya ketagihan akan seks. Dan sebentar lagi
adalah giliranku, daging itu sudah sedemikian
tegang siap untuk melaksanakan tugasnya, yaitu
memerawaniku. Batangnya panjang dan besar.
Rasanya mungkin lebih enam inci panjangnya yang tentunya akan membuatku bakal kesakitan
untuk pertama kali. Yang menjadi fokus
perhatianku ialah kepala zakar Alfi karena yang
tidak disunat itu. Aneh bila melihat penis anak
seusia Alfi yang tak disunat. Apalagi daging
kepalanya tidak muncul keluar daripada kulit kulup sungguhpun dalam keadaan tegang. Hanya
sepertiga saja kepala zakarnya yang berwarna
merah kelihatan bila dalam keadaan keras. Bila dia
menarik kulit kulup kepala pelirnya berkilat hitam
kemerahan macam yang seperti tomat itu terpacak
di ujung batangnya. Kulit kulupnya seperti mencekik di bagian belakang leher takoknya. Kulit
kulup yang ditarik itu berkedut-kedut macam
simpul melingkari batang zakar. Bentuk kepalanya
yang heboh dan aneh digilai Sandra dan Dian.
Pertama kepala pelir Alfi sungguh terlalu besar.
Kepala yang lebih besar itu berbanding batangnya kelihatan aneh. Kini benda itu mengacung tegak
diarahkan Alfi tepat di mulut kewanitaanku. “akh Fi…perih….akh..pelan-pelannn!!!” erang ku
saat kepala penis Alfi mendesak pelan ke dalam
liang vagina ku. Anak ini sungguh tidak sabaran. Ia main eksekusi
saja. Aku menahan perutnya dengan kedua
telapak tanganku hingga gerakannya terhenti. Mungkin takut aku akan mengurungkan
persetubuhan kami, ia kini berlaku lebih sabar . Alfi
menahan laju penisnya sejenaknya lalu dengan
pelan dan lembut ia coba lagi masukan benda itu
ke dalam vaginaku. Rasa perih makin menjadi dan
terasa sakit meski penisnya terus maju pelan. “Fi….akh…” pekikku, Alfi menahan lagi,
mendiamkan otot vagina aku merekah dan relax
supaya ngga tegang. aku memejamkan mata
sambil tanganku meremas sprey menahan perih.
Beberapa saat kemudian ia mulai memajukan lagi
pantatnya dan mendorong penisnya lagi makin dalam dan rupanya vagina aku mulai terbiasa.
Perih yang tadi aku rasakan berkurang “Fi…sakit….” erangku tertahan. Alfi berhenti lagi, rupaya belum setengah dari penis
Alfi yang masuk, setelah diam sebentar Alfi mulai
masuk lagi, kali ini perih dan sakit semakin
berkurang. Ia lalu mencium bibirku
memenangkanku, kubalas ciumannya dengan
lembut. Begitulah ia melakukan tarik ulur hingga akhirnya ujung penisnya menumbuk dan tertahan
sesuatu dalam liang senggamaku, aku tahu itu
selaput daraku, lambang kesucianku sebagai
seorang gadis perawan yang akan segera hilang. “Kak Nadin.. Alfi tak kuat lagiii..” erangnya sembari
memeluk pinggangku erat Dengan sekali dorongan kuat Alfi menekan habis
sisa batang kemaluannya hingga akhirnya masuk
penuh ke dalam vaginaku. Aku tersentak dan
sedikit menjerit merasakan ada sesuatu yang
robek “Aduhhh!!Fiiii…sakiiiit!!” aku menjerit lirih. Nafasku tak teratur merasakan vaginaku penuh
oleh batang penis Alfi. Aku tahu aku kehilangan
keperawananku namun saat itu kemaluan Alfi
kurasakan berdenyut-denyut lalu
cretttt….creettt..creettttt! beriring setiap denyutnya
sesuatu memancar deras menghantam dasar liang vaginaku. Sungguh aneh, kegadisanku telah direngut oleh
seorang ABG yang masih di bawah umur, bahkan
aku tak berusaha mencegahnya. Setelah ejakulasi
tadi batang penis anak ini tak kunjung mengecil,
benda itu terus-terusan berdenyut dan kaku. Alfi
mendiamkan beberapa saat, perih masih aku rasakan, namun perlahan rasa gatal nikmat mulai
muncul dan seperti tahu akan itu Alfi mulai
menggoyang dan memaju-mundurkan penisnya. Vaginaku yang basah melicinkan gerakan masuk-
keluar penisnya di vaginaku. Aku mulai merasa
nikmat dengan perlakuan Alfi. aku buka mata dan
melihat Alfi tersenyum. Alfi mengecup bibirku lalu
bilang “Kakak sayang vaginanya sempit banget…..kakak
ngerasa kan?” “iya Fi….” sahut ku pelan ”udah ga sakit kan kak?” tanya Alfi, aku
mengangguk. Vaginaku semakin basah oleh lendir cintaku.
Pantat Alfi maju-mundur dan gerakannya penisnya
meluncur lancar dalam kekesatan liang vaginaku.
Aku yang mulai meregang kegelian dan nikmat
semakin menikmati persetubuhan pertamaku.
Bibirku mulai dan merintih keenakan, desahan- desahan mulai keluar dari mulutku. Alfilah yang
kini semakin intens bergerak memberinya
kenikmatan mengocok penisnya di dalam
vaginaku. Ia tetap telaten meski aku mulai terbiasa,
kurasakan penuh di dalam vaginaku. Gatal dan
nikmat, lebih nikmat dibanding saat Alfi menjilat vaginaku tadi. Ia mencium bibir sambil meremas
dadaku, kami mulai liar, goyangan Alfi mulai bisa
kuimbangi. Kadang ia menggoyang keras, namun
kembali lembut payudaraku bergoyang seirama
dengan goyangannya. Alfi mulai mengoceh “Kak….eeuukkk…uuh…
nikmat…banget vagina……nya….eekk!” “Fi….kakak juga….akh….oh….eeemmm…..penis……
akh….aohk….” ocehku keenakan. Bocah ini memang amat pintar mengatur tempo
persenggamaan. Hujamannya amat penuh dengan
ketelatenan dan pengalaman. Kuakui Alfi memang
perkasa meskipun masih di bawah umur. Pejantan kecil ini melebihi kemampuan laki laki
dewasa dalam hal bersetubuh. Betapa aku sudah
pernah menyaksikan ia membuat Sandra
sahabatku menggelepar takluk dalam pelukannya.
Dan kini aku merasakan sendiri bagaimana
perkasanya anak ini dalam menaklukan perempuan di atas ranjang. Namun rasa nikmat
menyengat memutus pikiranku saat itu. Hingga
kenikmatan itu tak tertahankan lagi
menghantarkanku kepada orgasme. ”Fi…Fi…akh….kakak…akh…ooo…eemmppppp…
mau…kelu…keluar…Fi…akh!!” aku merasakan ada
cairan yang menyembur deras dari dalam
vaginaku. Orgasme itu terasa begitu kuat seakan menarik
lepas jiwa dari ragaku aku mendekap tubuh Alfi
dengan keras sambil menutupkan mataku rapat.
Aku menggigit bibir bawahku merasakan
kenikmatan saat itu. Alfi tahu aku orgasme dan ia
sendiri dapat merasakan cengkraman bagian kewanitaanku pada penisnya. Alfi menjerit keras
dan panjang saat mencapai orgasme. “kakkk!!..enakkk!!!!” Anak itu membalas dekapanku sambil
menghujamkan kemaluannya sedalam mungkin
ke liang rahimku sambil melepaskan spermanya di
dalamnya. Crettttt!!!!…creettttt!!!! Crettttt….Crutttttt!! pancutan
demi pancutan deras dan hangat menerjang
bagian terdalam kemaluanku. Alfi bisa kembali
orgasme setelah hampir beberapa menit
menggauliku. Tiada rasa ngilu lagi. malah
kurasakan amat nyaman berada di dekapan Alfi. Tubuh kecil Alfi masih berada di atas tubuhku
tanpa melepaskan kemaluannya. Alfipun
mencumbuku dengan mesra sambil tangannya
mengelus-elus seluruh tubuhku yang halus bahu,
dada, dan leherku yang jenjang yang basah oleh
keringat dikecupinya dengan mesra. Tubuhku tergolek tak berdaya sesaat, mataku yang terpejam
dengan penuh cinta, seraya memberikan kecupan
hangat. Dibiarkannya aku menikmati sisa-sisa
kenikmatan orgasme yang hebat. Juga memberi
kesempatan menurunnya nafsu yang kurasakan. “Kak Nadin maafin Alfi ya kak” “Ngga pa pa Fi..kakak juga sudah bisa menikmati
tadi.” Aku merasakan kepuasan bersebadan dengan Alfi
meski harus kehilangan kesucianku. Aku
memandang wajahnya dari bawah dengan
pandangkan sendu .kami sama-nama sudah letih
dan kehabisan tenaga. Seiring waktu kemaluan Alfi
kembali ke ukuran semula dan terlepas dari jepitan liangku. Saat itu barulah Alfi rebah tertidur sambil
mendekap tubuhku. Kepalanya terkulai di dadaku ************************* Sudah seminggu Alfi menjadi ‘suami’ku dan jujur
saja aku sangat menikmati kehidupan seksku
selama seminggu ini. Alfi benar-benar pemuda
yang sangat perkasa, kehebatannya
memuaskanku di atas ranjang membuatku betul-
betul ketagihan merasakan nikmatnya sodokkan penisnya yang besar dan panjang. Ia membuatnya
tergila-gila dan aku mau melakukan apa saja yang
ia inginkan. Jika nafsu birahi sedang memuncak,
aku tak segan-segan memintanya menyetubuhiku.
Aku sudah tak perduli lagi kalau Alfi adalah anak
bau kencur atau bukan. Selama seminggu ini liang vaginaku selalu disiramnya dengan sperma segar.
Dan entah berapa kali aku menahan jeritan karena
kenikmatan luar biasa yang ia berikan. Walaupun
semalam-malaman sudah puas menjilat,
menghisap, dan mencium sepasang payudaraku.
Alfi selalu meremasnya lagi jika ingin berangkat sekolah saat pagi hari, katanya sich buat
menambah semangat. Aku tak mau melarang
karena aku juga menikmati semua perbuatannya
itu, walau akibatnya aku harus merapikan bajuku
lagi. Hari demi hari aku selalu melakukan itu hingga
aku jarang pulang ke rumah. Mamaku tidak pernah mempermasalahkannya, sebab ia tahu aku tinggal
bersama kedua sahabatku. Dua bulan berselang
tamu bulananku tak kunjung datang, Sandra dan
Dian membawaku ke dokter Lila, darinya ternyata
aku dinyatakan positif hamil. Hal ini disambut
gembira Sandra, betapa tidak, ia dan Didit, suaminya sudah berusaha agar bisa hamil oleh Alfi
namun ternyata akulah yang duluan hamil walau
paling terakhir ditiduri Alfi. Kini kami bersama
tengah menanti kelahiran bayiku dan Alfi.
0 comments:
Post a Comment