Tuesday, December 29, 2015

AKU dan VITA,Adikku

Main domino206 bisa dapat bonus hingga 50juta? klik di sini
sexy girls


Alkisah antara kakak dan adik kandung yang saling mencintai. Si kakak bernama Tama 17 tahun dan adiknya bernama Vita, 14 tahun. Setelah kelaihran Vita, ibunya harus menjalani operasi, karena terdapat kelainan kandungan. Hingga ibunya tak bisa melahirkan lagi, dan ayah mereka "terpaksa" menikah lagi. Hubungan istri tua dan muda, sangat akur, karena ibu Tama-lah yang mencarikan istri kedua ayah mere
ka dan masih ada hubungan saudara.
Ayah Tama bekerja sebagai pedagang buah cokelat. Dia mengambilnya dari petani di desa-desa, kemudian dikeringkan (dijemur) lalu coklat yang sudah kering itu dia jual ke kota, terkadang bahkan dia sampai ke luar pulau.
Tama kos di sebuah kota untuk melanjutkan SMA-nya. Untuk menghemat, terpaksa Vita adik Tama ikut kos pula di kota itu. Ayah Tama memang telah membeli rumah di kota itu dan dikontrakkan kepada saudara juga. Sedangkan di sisi rumah, katakanlah semacam pavilyun ditempat oleh Tama dan Vita.
Pagi-pagi sekali Vita sudah bangun menyiapkan sarapan buat mereka berdua. Sepulang sekolah, mereka bersma mencuci pakaian dan membersihkan rumah. Kedua kakak beradik ini sangat kompak dan selalu saja akur. Pengontrak rumah mereka pun iri melihat mereka. Terdengar kata-kata dari sebelah, agar tiga anak-anak mereka bisa meniru kelakuan Tama dan Vita yang kompak dan saling menyayangi. Walau kamar mereka berdampingan, Vita selalu saja datang ke kamar kakaknya minta diajarilah, tolong ini dan itu serta sebagainya.
Seusai makan malam, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Tiba-tiba pula halilintar datang mengemuruh memekakkan telinga. Tiba-tiba listrik mati. Dalam hujan lebat itu, Vita memeluk Kakaknya dengan rasa takut. Tama memeluk adiknya yang dia sayangi itu dan menenangkannya. Dengan meraba-raba, mereka mencari lilin. Lilin dipasang di atas piring kaca dan diletakkan di atas meja. Ketika Tama mau keluar kamar menginci pintu, Vita tak mau ditinggal. Dia tetap ikut dan memeluk Tama. Setelah semua pintu terkunci, Vita memeluk Tama dari belakang dan Tama menggendong adiknya itu, membawanya ke kamar. Vita menolak tidur di kamarnya sendirian.
"Takut, Kak," katanya.
"Aku tidur bersama kakak aja di kamar kakak," katanya. Tama tak sampai hati melihat adiknya ketakutan. Dia gendong adiknya ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Tama mengunci kamar, lalau membaringkan adiknya di atas tempat tidurnya. Tempat tidur Tama memang lima kaki besarnya. Jika ayahnya datang ke kota membawa daganganya, Tama selalu tdiur bersama ayahnya di kamar itu. Jika ibunya yang datang, Tama harus mengungsi ke kamar Vita dan Vita bersama ibunyalah yang tidur di kamar Tama. Sudah kebiasaan mereka berdua pula, jika tidur harus mengganti pakaian dengan piyama tidur. Vita tidur dekat dinding dan Tama di tepi tempat tidur yang tanpa dibatasi dinding.
"Sudah Kak, tidurlah. Tak usah belajar dulu," kata Vita kepada Tama. Tama mengiyakan, karena cahaya lilin kecil itu bisa merusak mata dan dia tidur di sisi adiknya. Vita merasa tenang didampingi oleh abangnya. Sekali lagi suara halilintar menggema. Saat itu Vita kembali memeluk abangnya kuat-kuat. Angin begitu kencang, hingga lilin tertiup angin dan mati. Kamar menjadi gelap gulita, bahkan seantero ruangan.
"Kak, Vita takuuuut," katanya dengan manja kepad kakaknya. Tama membalas pelukan adiknya untuk menenangkan adiknya. Mereka berpelukan ditutupi selimut. Vita merasa tenanag diperlakukan demikian oleh Tama. Tanagn kiti Tama berada di leher Vita merangkul tubuh Vita. Tangan kanan Tama memeluk pinggang Vita. Sebaliknya tangan kiri Vita memeluk pingang Tama erat-erat. MUlanya mereka tidak sadar, kalau dada mereka sudah menempel. Lama kelamaan, Tama merasakan dada adiknya begitu empuk. Dielus-elusnya punggung adiknya itu dengan lembut. Tama merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ada rasa hangat mengalir dari dalam tubuhnya. Libidonya naik. Penisnya bangkit. Mulanya, Vita juga tidak merasakan apa-apa. Lama kelamaan, dia merasakan penis abangnya menyentuh-nyentuh pahanya. Dalam tidur berpelukan itu, kaki kanan Vita ditindih oleh kaki kanan Tama, yang dijepit oleh kaki kiri Vita. Kedua kaki Vita menjepit kaki kanan Tama. Terasa sekali bagi Vita penis Tama menghentak-hentak di pangkal pahanya. Vita membiarkan saja. Kini Vita juga darahnya seperti dialiri struum listrik. Ketika Tama membelai-belai punggung Vita, secara tak sadar, Vita juga membalas belaian Tama. Vita membelai punggung Tama juga. Mereka saling membelai.
Vita merasakan nafas Tama menghembus di lehernya. Pipi mereka menempel. Lalu Tama mencium pipi Vita. Vita merasakan kelembutan ciuman Tama di pipinya. Kini Vita membalas ciuman Tama. Vita mencium leher Tama yang masih terasa aroma sabun lux-nya. Tama semakin nafsu. Tama mengarahkan bibirnya ke bibir Vita dan melumatnya perlahan-lahan. Lembut sekali bibir mungil itu. Eh...Vita membalasnya. Kini mereka sudah saling melumat bibir. Saat Tama memeluk Vita lebih erat, Vita membalas lebih erat lagi.
Tama memasukkan tangannya ke sela-sela baju Vita dan melepaskan pengkait BH Vita. Kini tali Beha itu sudah terlepas. Perlahan tangan Tama menjalar ke susu Vita. Dielusnya susu Vita, lalu tangannya mencari puting susu Vita, semuanya regfleks saja. Kini Nafas Vita yang sudah mulai memburu. Tama terus menciumi Vita dari bibir dan kini berada di leher, sembari tangan Tama terus melepas kancing baju piyama Vita satu-persatu. Kini semua kancing baju piyama itu sudah terlepas. Tama menurunkan jilatannya dari leher ke puting susu Vita. Vita memegang kepala Tama dan menekan-nekan kepala Tama di puting susunya. SEdang tangannya yang satu lagi, menggerayangi tubuh Tama. Tama juga tak tinggal diam dan melepaskan baju Vita dan BH. Kini Vita sudah tak memakai baju dan BH lagi, walau mereka masih berada dalam selimut. Tama juga melepas baju piyamanya, sekalian melepas celana piyama dan kolornya. Tama sudah bertelanjang bulat. Mulutnya masih terus menerus menjilati dan mengisap-isap puting susu Vita. Sebelah tangannya meraba susu yang lain dan sebelah tangan Tama meraba ke sela-sela celana piyama. Tama merasakan ada rambut-rambut halus pagina Vita. Vita semakin tak mampu mengatur nafasnya. Dia mendesah-desah. Jari tengah Tama mulai mengelus-elus di antara kedua bibir pagina Tama yang sudah basah dan licin.
Tama mengangkat pantatnya, tatkala Tama memeloroti celana piyana dan kolor Vita. Kini kduanya sudah telanjang bulat, walau lagi-lagi masih berada di bawah selimut. HUjan di luar semakin deras dan suara halilintar sesekali terdengar dengan dahsyat. Jari tengan Tama, terus mengelus dan mengelus sela-sela bibir pagina Vita. Bibir mereka masih terus saling memagut. Tangan Vita tak mau ketinggalan mengelus-elus penis Tama.
"Ah...enak sekali. Teruskan mengocoknya, kata Tama. Vita terus mengocok penis Tama dan pagina Vita terus dieleus-elus dengan cepat pula oleh Tama.
"Ahhhhh....." Tama menggumam dan memeluk Vita dengan lebih erat lagi sembari menekan kuat-kuat penisnya ke paha Vita. Lahar panas terlepas dari penis Tama daaaann "crooooottt...", tumpah di atas paha Vita. Tama menghentikan elusannya pada pagina Vita. Vita justru memeluk Tama lebih erat dan seperti tak mau melepaskannya. Vita naik ke tubuh Tama. Bibir paginanya berada tepat pada paha Tama. Di jepitnya paha Tama kuat-kuat dan digesek-gesekkannya klitorisnya pada paha Tama. Nafasnya terengah-engah. Gesekannya semakin cepat dan cepat, lalu jepitannya semakin kuat. Vita mendesah panjang. Lalu dia lemas. Vita sudah pula orgasme. Vita nafasnya memburu dengan cepat. Sampai akhirnya mereka tertidur. Suara ayam berkokok pagi itu, membangunkan Vita. Dengan cepat dia bangan. Dia melihat tubuhnya telanjag bulat, sama dengan abangnya Tama. Dia ambil piyamanya dan dia berlari ke dapur setelah memakai pakaiannya, menunaikan tugasnya menhyiapkan sarapat. Setelah hidangan tersedia, dia bangunkan abangnya Tama. Saat Tama menggeliat terbangun, Vita langsung meninggalkannya. Tama mengetahui dirinya telanjang bulat. Dengan cepat dia pakaian dan pergi ke kamar mandi.
Mereka sarapan pagi berdua dengan diam. Masing-masing mereka merasa malu. Ketika pergi ke sekolah, di atas sepeda motor, mereka juga masih dalam keadaan diam. Baik Tama dan Vita tidak konsentrasi, ketika belajar di sekolah. Sampai-sampai gurunya menegur, kenapa Tama termenung. Hal sama juga terjadi pada diri Vita. Mereak memang satu sekolah. SMP dan SMU di bawah satu naungan yayasan.
Begitu lonceng sekolah berbunyi pertanda semua pelajaran untuk hari itu usai, Tama seperti biasa langsung ke tempaty sepeda motornya yang terparkir. Dan biasanya adiknya Vita sudah menunggu di sana atau sebaliknya Tama yang menunggu adiknya. Mereka pulang berboncengan naik satria FU bututnya. yang satu berseragam putih-biru dan Tama berseragam putih-abu-abu. Mereka seperti biasa, sempat membeli seikat sayur dan tiga ekor ikan, untuk lauk mereka makan siang dan makan malam. Untuk sarapan, mereka biasa makan roti atau makanan lainnya dan jajan di kantrin sekolah.
Berdua mereka memasak di dapur dan bersama menghidangkan makanan. Lalu berdua pula mereka mencuci piring bekas periuk dan kuali serta piring da sebagainya di kamar mandi. Ketkka mata mereka beradu, Tama sengaja memberikan senyum kepada adiknya adar suasana tidak kaku. Tapi Vita malah tertunduk. Tama mencari akal, bagaimana mencairkan suasana agar tidak kaku. Ketika Vita membawa cucian ke rak piring, saat itu, Tama datang dan memeluk adiknya dari belakang. Vita diam saja dan meneruskan menyusun piring pada rak piring.
"Kamu marah, Vit?"
"TIdak. Tapi tadi malam kok kita bisa tidur telanjang berdua, ya kak" tanya Vita yang jawabnya dia sendiri tentunya sudah tau.
"Sudah gak usah dipikirkan. Yang penting, gak seorang yang boleh tau," kata Tama.
"Betul? Abang tidak cerita pada siapa-siapa kan?" kata Vita.
"Sumpah. Aku tidak akan cerita," jawab Tama.
Dibalikkannya tubuh Vita, hingga mereka sudah saling berhadapan. Dipeluknya tubuh adiknya itu dan diciumnya kening Vita. Vita membalas pelukan Tama. Suasana, kini sudah mencair. Tama bahagia sekali. Rupanya, Vita takut, kalau-kalau Tama akan bercerita atas kejaidan tadi malam.
Seusai belajar di kamar Tama (karena di kamar itu ada komputer dan meja belajarnya juga besar), mereka menyusun buku-buku ubntuk besok.
"Kamu tidur di kamarku lagi, ya," kata Tama. Vita tak menjawab. Dikembalikannya buku dan tasnya ke kamarnya. Tama merebah diri dikasurnya. Beberap amenit kemudian, terdengar suara pintu terbuka dan Vita muncul, lalu menutup pintu dan menguncinya. Vita merebahkan diri di samping Tama. Tama langsung menunggangi Vita dan mencium bibirnya. Mereka sudah saling melumat, memeluk dan mengelus. Tama menghentikannya sejenak. Dia berdiri dan membuka semua pakaiannya. Setelah dia telanjang di kamar yang lampunya tidak dimatikan, Vita melihat jelas tubuh Tama yang telanjang. Tama mendekati Vita lalu membuka pakaian Vita satu-persatu. Vita tidak menolak, tapi dia tertunduk malu. Setelah semuanya terlepas dari tubuh mereka, Tama kembali memeluk Vita. Dijilatinya susu Vita bergantian. Dielusinya pagina yang ditumbuhi bulu masih beberapa lembar itu. Keduanya sudah berada pada alam bawah sadar. Seperti yang pernah ditonton Tama pada BF, dia praktekkan kepada adiknya Vita. Tama menjilati pagina Vita setelah mengangkangkan kedua paha itu lebar-lebar. Vita menggelinjang.
"Baaaannggg...apa enggak jijik njilati memek Vita?"
"Ohhh...baaaanggg...enaaaakkkk" Vita berbisik.
Tama amembalikkan tubuhnya. Kini penisnya berada di wajah Vita. Dimintanya Vita menjilati dan mengulum penisnya sedang dia sendiri terus menjilati pagina Vita. Tama kembali membalikkan tubuhnya. Dia sudah berada di antar kedua paha Vita. Diarahkannya penisnya ke lubang pagina Vita. Perlahan-lahan dia dorong penis itu menusuk liang pagina Vita.
"Aduuuhhh...pelan Bang..."
Tama menahan sejenak tusukannya. Kemudian dia lanjutkan lagi. Berulang-ulang hal itu dilakukannya, hinga kini semua penisnya sudah hilang tertelan pagina Vita. Tama memaju-mundurkan penisnya di dala liang pagina Vita. Makn lama makin cepat. Keduanya saling memeluk erat dan erat. Keduanya saling mendesah dan mendesah. Kedaunya orgasme dan merasa nimmat.
Sejak saat itu, mereka terus menerus melakukan senggama dengan berbagai gaya.

0 comments:

Post a Comment